Pembelian Terburuk di Umur 20-an dan Cara Menghindarinya

Keuangan399 Dilihat

Setelah membicarakan tentang pembelian terbaik di usia 20-an, sekarang kita akan membicarakan hal yang sebaliknya. Yaitu pembelian terburuk yang seringkali malah dilakukan oleh anak muda.

Tentunya kalau bisa, kita semua ingin menghindarinya. Karena bukannya jadi kaya, tapi keuangan malah bocor kemana-mana dan tidak efektif karena salah melakukan pembelian. Dengan kata lain, pembelian terburuk ini malah akan membuat kita jadi susah kaya!

Jadi, selain membahas pembelian terburuk, kita juga akan membahas tips untuk menghindarinya. Walaupun mungkin saran yang ada dalam artikel ini tidak selalu relevan bagi setiap konteks. Tapi setidaknya secara umum kita bisa tahu jenis pembelian seperti apa yang sebaiknya kita hindari.

Yuk langsung kita bahas, apa saja sih hal-hal yang bisa di kategorikan menjadi pembelian terburuk khususnya bagi mayoritas anak muda?

1. Membeli Tanpa Pertimbangan Kebutuhan dan Fungsi

Membeli Tanpa Pertimbangan Kebutuhan dan Fungsi
gambar : unsplash.com/ naipode

Banyak anak muda usia 20-an yang baru saja merasakan enaknya berpenghasilan sendiri jadi lepas kendali.

Setiap selesa gajian rasanya seperti menjadi orang kaya sedunia. Beli ini itu, tanpa pertimbangan kebutuhan dan fungsi. Alhasil pembelian barangnya hanya untuk ditumpuk-tumpuk saja dan tidak jarang jadi mubazir.

Misalnya make up. Padahal sudah ada lebih dari 5 jenis make up bibir di rumah. Tapi ketika jalan-jalan ke mall awal bulan melihat warna terbaru jadi muncul keinginan membeli.

Setelah membeli, lalu produk di pakai 1-3 kali dan selanjutnya di lupakan karena ada yang baru lagi. Siapa yang juga begini?

Banyak anak muda 20-an tidak sadar kalau pembelian kurang efektif. Padahal jika di pikirkan secara teliti membeli berdasarkan kebutuhan fungsi bukan hanya berpengaruh pada kondis keuangan pribadi.

Tapi juga sustainability terhadap alam. Karena semakin banyak produk yang di buang maka limbahpun akan semakin banyak. Jika ini dilakukan secara masif oleh kebanyakan anak muda, termasuk kita kira-kira apa yang akan terjadi pada alam yang kita tempati ini?

Oleh karena itu, membeli tanpa pertimbangan kebutuhan dan fungsi termasuk digolongkan dalam pembelian terburuk. Lalu bagaimana caranya agar kita bisa membeli dengan lebih bijak?

Tips Agar Membeli dengan Lebih Bijak

Jika kita tebiasa membeli tanpa pertimbangan kebutuhan dan fungsi, tentu tantangan pertamanya adalah membangun reflek analisa sebelum membeli.

Anda bisa berhenti dulu sejenak saat ingin melakukan pembelian. Misalnya saat di mall dan hendak membeli sepatu batu. Diam dulu beberapa detik, untuk memberi sedikit jeda bagi otak agar bisa berpikir.

Lalu tanyakan, pada diri sendiri apakah saya sudah butuh membeli sepatu baru? Apa dampaknya kalau saya membeli sepatu ini?

Anda bisa mempertimbangkan gaya hidup minimalis untuk mengadopsi kebiasaaan ini.

Yang kedua yakni dengan membuat budgeting bulanan. Tidak masalah kok jika ingin membeli barang favorit atau yang kita inginkan, asal di lakukan dengan pertimbangan rasional dan terkendali.

Artinya kita sudah punya dan mematuhi pos keuangan untuk biaya hidup sehari-hari, menabung dan investasi lalu menyisihkan juga budget untuk pembelian life style seperti ini.

Baca juga :

2. Beli Barang Mewah yang Harganya Menyusut

pembelian terburuk Barang Mewah yang Harganya Menyusut
gambar : unsplash.com/ Laura chouette

Pembelian terburuk yang kedua adalah membeli barang mewah yang harganya menyusut atau depreciating luxuries. Banyak anak muda yang menganggap bahwa hal ini adalah sesuatu yang bisa di justifikasi. Misalnya seperti self reward atau semacamnya.

Tapi sebenarnya tidak demikian.

Mungkin kita sering menemukan banyak dari teman-teman kita yang rela menabung atau melakukan cicilan dari pinjol hanya demi membeli luxury brand (barang mewah). Tas branded, baju-baju branded, gadget flag-ship dan lain sebagainya.

Yang jadi pertanyaan, sebenarnya produk-produk seperti ini ditujukan untuk siapa sih?

Sayangnya bukan untuk orang kaya. Tetapi untuk orang-orang belum kaya yang ingin terlihat kaya. Padahal disisi lain, pembelian jenis ini adalah hal yang membuat kita susah kaya.

Itulah bagiamana cara perusahaan dari brand-brand besar menargetkan target marketnya. Kalau kita yang masih muda dan belum kaya berpikir untuk membeli barang-barang tersebut, artinya kita sudah terkena strategi marketing mereka.

Sebenarnya beberapa barang mewah nilainya bisa meningkat /apresiasi. Jika kita berpikir untuk berinvestasi saat membeli. Namun kebanyakan anak muda jarang ada yang mau mempelajari dan menjadikan barang mewah sebagai investasi.

Selain menguras uang kita, pembelian terburuk yang kedua ini juga tanpa sadar akan mengurangi self-esteem (harga diri) kita. Kok bisa?

Karena sebagian orang yang membeli barang-barang mewah ini tujuannya bukan untuk diri sendiri tapi untuk pamer kepada orang lain. Dengan kata lain, orang-orang ini hanya membeli untuk mengejar validasi dari eksternal (social status).

Misalnya merasa layak bergaul dengan golongan tertentu atau merasa keren karena membeli barang A.

Untuk saat-sata tertentu hal ini mungkin masih sehat. Tapi tahukah Anda, sebuah studi menyebutkan kalau kita terlalu sering untuk mencari external validation agar merasa percaya diri, maka self-esteem (harga diri) aka berkurang.

Karena pada momen kita mendapatkan pujian dari orang lain, misalnya saat membeli mobil baru. Dopamin akan meningkat, dan secara otomatis meningkatkan standar rasa percaya diri kita.

Namun masalahnya, eksternal itu tidak mungkin selalu memberikan pujian seperti itu atas barang-barang yang kita miliki. Disisi lain, internal self-esteem kita tidak naik, dan disitulah kita akan mempertanyakan apakah diri ini worth-it atau tidak.

Mungkin bagi sebagian orang membeli barang mewah bisa memberikan dampak yang lebih positif. Misalnya lebih mudah me-lobby, dan networking. Namun untuk sebagian lainnya ini adalah pembelian terburuk khususnya bagi anak muda berusia 20-an.

Bagi yang merasa hal ini akan menjadi salah satu pembelian terburuk, maka jangan lakukan. Anda bisa mencoba tips di bawah ini!

Tips Menghindari Pembelian Barang Mewah yang Nilainya Menyusut

Fokuslah kepada diri sendiri dalam melakukan pembelian. Maksudnya, apakah pembelian yang dilakukan bisa berdampak positif terhadap diri kita?

Misalnya membuat kita lebih happy dengan sendirinya tanpa pujian orang. Yang kedua, apakah kita sudah mampu membelinya.

Sebenarnya bukan barang mewahnya yang jadi pusat masalahnya. Kita bebas kok membeli barang apapun yang kita mau selama itu legal. Namun masalahnya seringkali pada kondisi keuangan kita yang sebenarnya.

Kita tidak akan benar-benar kaya meski memakai barang-barang yang katanya membuat kita terlihat seperti orang kaya. Jadi dari pada membeli barang mewah sebelum waktunya, lebih baik kita mempersiapkan finansial kita untuk menjadi orang kaya yang asli.

3. Cicilan yang Bersifat Konsumtif

pembelian terburuk Cicilan yang Bersifat Konsumtif
gambar : unsplash.com/ Desola Lanre-Ologun

Pembelian terburuk yang ketiga adalah cicilan yang sifatnya konsumtif. Sebaiknya, apun yang sifatnya hutang, kalau bisa kita hindari. Apalagi jika itu bersifat konsumtif.

Banyak youtuber yang meriview pembelian terburuknya adalah mencicil mobil. Sudah nilainya yang pasti turun, mereka juga merasa sesak karena bunganya.

Selian itu yang perlu menjadi perhatian kita saat mengambil cicilan konsumtif adalah pada pembentukan mental kita. Kalau kita terbiasa mencicil hutang konsumtif maka kita akan berpikir bahwa kita akan selalu bisa memiliki barang yang belum mampu kita beli.

Hal ini tentu membuat liabilitas semakin tinggi dan stuck saat ingin bekembang.

Disisi lain, hal-hal konsumtif memang sesuatu yang harus kita beli. Barang-barang itu adalah alat untuk memutar roda ekonomi kita. Tidak ada financial planer manapun yang bilang kalau kita tidak oleh membeli barang-barang konsumtif.

Tapi harus ada aturannya. Misalnya kita menyisihkan income bulanan sebesar 50% untuk membeli kebutuhan konsumtif. Termasuk jika ingin punya cicilan yang benar-benar urgent, asalkan tidak di jadikan kebiasaan.

Tips Mengurangi Cicilan Konsumtif

Untuk mengurangi cicilan konsumtif, Anda perlu membuat pos keuangan serta budgeting yang jelas. Aturan untuk mengambil cicilanpun harus jelas.

Misalnya saat benar-benar urgent, atau di rasa lebih menguntungkan (kita sudah mempersiapkan dananya).

Tapi prinsipnya, kita perlu membuat pos keuangan tersendiri jika kita hendak membeli barang-barang konsumtif yang nilai besar (melebihi budget untuk kebutuhan sehari-hari), seperti gadget atau kendaraan.

Karena kalau sampai berpikir bahwa kita bisa mendapatkan barang yang belum mampu kita beli, keuangan kita akan kacau balau. Jadi jika sudah dapat gaji, simpan uangnya untuk di tabung dan membeli pada saat yang tepat.

Karena mindset bis abertaha sampai kita tua nanti. Hal ini yang membuat kita sulit kaya.

Jika terlanjur sudah punya cicilan konsumtif, maka prioritaskan unuk membayarnya. Setelah lunas, stop hutang konsumtifnya.

Baca juga, 6 Cara Menghitung Kemampuan Mencicil

4. Membeli Barang Murahan

Membeli Barang Murahan
gambar : unsplash.com/ Megan Lee

Tidak sedikit anak muda 20 tahunan terjebak dalam pembelian terburuk ke-empat ini. Yakni membeli barang-barang murahan.

Mungkin kita sudah menghindari poin ke satu, kedua dan ketiga, namun poin keempat biasanya terjadi sebagai implikasi dari keinginan lebih hemat.

Kalau kita sedang belanja di marketplace, mungkin kita akan scroling atau mengaktifkan filter ‘harga termurah’. Sepatu, baju, laptop sampai cari yang paling murah, yang seconda dan lain sebagainya.

Padahal sebenarnya itu bukanlah pilihan terbaik yang bisa kita lakukan untuk berhemat.

Banyak kasus yang menunjukan ketika membeli barang-barang murahan itu justru membuat kita harus mengeluarkan uang lebih banyak. Karena barang-barang tersebut tidak tahan lama dan gampang rusak.

Tips Supaya Tidak Beli Barang Murahan

Kita bisa mengikuti startegi menciptakan value. Yakni apa yang didapatkan selaras dengan harga yang di bayarkan.

Kita bisa kok lebih hemat dengan membeli barang yang lebih mahal. Contohnya membeli kaos.

Berdasarkan pengalaman pribadi saat membeli kaos yang harganya Rp 50-an di marketplace hanya bertahan beberapa bulan saja kasnya sudah robek, menyusut atau sebaliknya dan warnanya pudar. Sementara saat membeli kaos-kaos yang harganya Rp 100-150 ribu di toko yang sudah terjamin kualitasnya, bisa bertahan sampai bertahun-tahun.

Jadi dibanding mencari produk-produk paling murah, carilah poduk yang value dan sesuai kebutuhan kita.

Penutup

Selain yang sudah di sebutkan diatas, sebenarnya ada 1 lagi jenis pembelian terburuk di usia 20an yakni belanja untuk lari dari masalah.

Di usia dewasa muda, sebagian orang masih mearsa kesulitan menghadapi masalahnya sendiri dan memilih untuk melampiaskannya dengan belanja. Jika ini terjadi, cobalah untuk melatih mindfulness.

Nah itulah pembelian terburuk yang sebaiknya dihindari di usia 20 tahunan dan beberapa tips yang bisa Anda coba. Semoga bermanfaat!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *