Pertumbuhan Positif UMKM Optimis Hadapi Inflasi

Berita644 Dilihat

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencatat pertumbuhan positif UMKM hadapi inflasi dengan skor indeks bisnis 103,2 pada kuartal III – 2022.

Skor indeks yang sangat positif ini mengindikasikan UMKM memiliki basis pondasi semakin kuat pasca pandemi dan kini menyambut inflasi.

Capaian skor diatas level 100,0 yang diinterpretasikan dalam fase optimistis diperoleh dari survei yang melibatkan 7.090 responden UMKM pada seluruh sektor ekonomi di 33 provinsi.

Sunarso, direktur utama BRI,menyampaikan bahwa UMKM memiliki multiplier effect yang kuat terhadap perekonomian Indonesia.

Ini tetap membuat BRI percaya diri untuk terus berkomitmen membantu tumbuhkembang UMKM meski di tengah kenaikan inflasi.

Dua hal utama yang bisa dilakukan BRI kepada UMKM adalah melalui pemberdayaan dan pembiayaan yang komprehensif.

Pada tahun 2022, sebanyak 60,51 persen PDB Indonesia disumbangkan dari sektor UMKM.

Sehingga wajar bila BRI berupaya untuk mengalokasikan resources yang dimiliki untuk memberdayakan dan menumbuhkembangkan UMKM dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi, termasuk inflasi.

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menjadi penopang pertumbuhan bisnis UMKM pada kuartal III-2022.

Pertama, pengendalian pandemi COVID-19 pada tahun 2022 terbilang cukup baik.

Kedua, kembali normalnya aktifitas tatap muka, baik work from office (WFO) dan Pembelajaran Tatap Muka (PTM).

Ketiga, kebijakan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) berimplikasi positif terhadap tekanan inflasi dan daya beli masyarakat. Hal ini berdampak pada peningkatan penjualan dari UMKM.

Penurunan Indeks Bisnis

Indeks Bisnis UMKM pada kuartal III-2022 bukanlah level yang paling tinggi, malah merupakan penurunan jika dibanding dengan kuartal sebelumnya.

Tercatat pada kuartal II-2022, skor indeks bisnis UMKM sebesar 109,4.

Ada dua faktor penyebab turunnya skor indeks bisnis, yaitu penurunan volume penjualan pasca-Idulfitri dan kenaikan harga BBM bersubsidi pada September 2022.

Dalam survey juga terungkap bahwa sebagian pelaku UMKM menurunkan pembelian bahan baku akibat kenaikan harga sehingga volume produksi mengalami penurunan.

Curah hujan yang relatif tinggi juga berdampak pada aktifitas ekonomi masyarakat.

Mulai dari gagal panen tanaman hortikultura, nelayan terkendala melaut, dan hambatan pada aktivitas harian pertambangan dan konstruksi.

Bisa dibilang hampir seluruh komponen penyusun Indeks Bisnis UMKM kuartal III-2022 mengalami penurunan.

Penurunan paling besar terjadi pada komponen volume produksi/penjualan disebabkan berlalunya periode lebaran membuat permintaan kembali ke level normal.

Naiknya harga BBM subsidi juga meningkatkan harga bahan baku dan menurunkan volume penjualan.

Dampaknya adalah pelaku UMKM terpaksa sedikit menaikkan harga jual agar volume penjualannya tidak semakin tergerus.

Namun karena volume penjualan menurun dan kenaikan harga jual yang lebih kecil, membuat omset penjualan ikut menurun.

Secara sektoral, bisnis UMKM masih mampu tumbuh terbatas, kecuali sektor pertanian.

Penurunan drastic bisnis UMKM sektor pertanian disebabkan oleh harga barang pendukung yang relatif tinggi dan sulit didapat.

Kemudian juga adanya serangan penyakit pada ternak dan hama tanaman, faktor cuaca yang kurang kondusif.

Turunnya harga beberapa komoditas perkebunan seperti karet dan kelapa sawit juga menurunkan pendapatan petani.

Fase Optimis Indeks Ekspektasi

Meski ada penurunan indeks dari kuartal II ke kuartal III, namun sebagian besar pelaku UMKM tetap optimistis terhadap kinerja usahanya pada kuartal IV-2022.

Hal ini dapat dilihat dari indeks ekspektasi bisnis UMKM yang menunjukkan fase optimis yaitu berada di level 126,5.

Hasil survey BRI kepada UMKM menyebut efek kenaikan harga BBM bersubsidi cenderung bersifat sementara.

Sehingga pelaku UMKM optimistis bisnisnya dapat lebih ekspansif pada kuartal IV-2022.

Baca juga: 5 Cara Hemat Paling Realistis dan Mudah

Fase optimis tersebut didukung oleh hasil survey Ekspektasi Indeks Sentimen pebisnis UMKM yang tetap berada pada level yang tinggi yaitu 134,6, jauh diatas ambang batas 100.

Sedikit melambatnya bisnis UMKM juga menurunkan sentimen pebisnis UMKM terhadap perekonomian dan usaha.

Pada Indeks Sentimen Bisnis (ISB) UMKM dari 126,1 pada kuartal II-2022 turun menjadi 114,6 pada kuartal III-2022.

Meski menurun, namun skor yang  masih mampu melewati ambang batas 100,00 berarti masih kondusif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *