Emiten BBRI Hasilkan Laba 103 Persen Pada Kuartal III – 2022

Berita277 Dilihat

Dahsyat! PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau emiten BBRI hasilkan laba 103 persen pada kuartal III – 2022.

103 persen ini merupakan laba bersih tahun berjalan secara konsolidasian sebesar Rp 39,31 triliun sampai dengan 30 September 2022.

Dikutip dari Harian Bisnis Indonesia yang mempublikasikan laporan keuangan BRI, tercatat bahwa laba BBRI melesat 103,34% secara tahunan atau year-on-year dari periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp 19,25 triliun.

Faktor utama pertumbuhan laba BBRI adalah kenaikan pendapatan bunga yang menjadi sebesar Rp 115,25 triliun.

Daya beli ekonomi pasca pandemi membuat usaha semakin tumbuh dan berani untuk mengajukan pinjaman dalam rangka pengembangan unit usaha.

Pertumbuhan pendapatan secara tahunan atau year-on year sebesar 9,19%, ari Rp 105,54 triliun pada posisi September 2021.

Naiknya pendapatan juga didukung oleh penyusutan beban bunga, jika dibandingkan secara year-of-year pada September 2021 sebesar Rp 22,58 triliun dan menurun pada September 2022 Rp 18,74 triliun.

Menyusutnya beban bunga berdampak pada konsolidasi pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) dari emiten BBRI.

Jika September 2021 ada pendapatan Rp 82,95 triliun, maka September 2022 BBRI bisa meraih Rp 96,5 triliun.

Naiknya pendapatan bersih juga berbanding lurus dengan kenaikan konsolidasi pada total aset BBRI.

Dari yang awalnya Rp1.678,09 triliun pada posisi 31 Desember 2021 menjadi Rp1.684,6 triliun hingga akhir September 2022.

Besaran total aset didapat dari penjumlahan liabilitas Rp 1.384,26 triliun dan ekuitas Rp 300,33 miliar.

Namun ada sedikit penurunan pada total kas dan setara kas, dibandingkan pada September 2021 sebesar Rp 162, 56 triliun sedikit menurun Rp 161,15 triliun per September 2022.

Namun ini masih bisa menjaga rasio keuangan tetap stabil, dengan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) BRI secara bank only tercatat berada di level 3,14 persen (gross) dan 0,87 persen (net).

Stabilnya rasio keuangan juga berdampak positif pada peningkatan loan to deposit ratio (LDR), yaitu sebesar 88,92% dari semula 83,05%.

Laporan keuangan juga menyertakan catatan mengenai margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) dan beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).

Emiten BBRI mencatatkan rasio masing-masing sebesar 7,23% dan 62,59% pada posisi per 30 September 2022.

Meski pendapatan paling besar adalah pada bunga pinjaman, namun Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Aestika Oryza Gunarto tidak akan gegabah dalam menyalurkan pinjaman.

Penyaluran kredit secara umum, penyaluran kredit valuta asing BRI akan tetap dilakukan secara selektif untuk menjaga kualitas kredit yang disalurkan.

Nilai tukar yang masih fluktuatif dan kenaikan suku bunga global akan tetap menjadi pertimbangan BRI dalam mengambil kebijakan bisnis ke depan.

Mitigasi Hadapi Ancaman Resesi

Pihak direksi BRI tetap optimis untuk pertumbuhan bisnis di 2023 sembari mempersiapkan beberapa langkah mitigasi jika resesi berdampak ke Indonesia.

Pertama, percepatan proses write-offs untuk meningkatkan nilai recovery rate serta untuk mempertahankan coverage ratio yang lebih besar.

Saat ini coverage ratio BRI terhadap NPL mencapai 266%, angka yang cukup aman jika ada sebuah skenario buruk.

Ini untuk menjaga bisnis BRI tetap aman, uang nasabah juga aman. Oleh karena itu pertumbuhan harus tetap dipantau secara selektif untuk kualitas pinjaman yang intensif.

Baca juga: Inflasi Amerika Serikat Turun, Kabar Baik Bagi Pasar Finansial

Kedua, melakukan enhanced-risk based pricing model untuk meningkatkan daya saing produk.

Ketiga, mengendurkan Loan Portofolio Guidline atau LPG untuk memacu pertumbuhan kredit.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *