Ingin Tahu Perkembangan Bisnis Anda? Cek Rasio Keuangannya!

Bisnis427 Dilihat

Dalam berbisnis kita tentu harus peka dengan apa yang terjadi pada bisnis kita. Salah satu caranya yakni dengan mengecek rasio keuangan dari bisnis kita.

Jangan sampai kita makin jauh dengan tujuan atau tanpa di sadari, bisnis makin melemah dan terpaksa harus gulung tikar.

Sayangnya, seringkali para pebisnis pemula belum memahami begitu pentingnya memperhatikan dari segi rasio keuangannya. Ada yang menganggapnya terlalu teoritis, terlalu rumit dan sebagainya.

Namun sebagai seorang pebisnis, memahami perkembangan bisnis sama pentingnya dengan membangun bisnis itu sendiri.Karena ketika kita hanya fokus membangun bisnis tanpa memperhatikan proses yang terjadi, akan sulit bagi sebuah bisnis untuk bertahan dan berkembang.

Jadi lebih baik, kita coba pahami apa sebenarnya rasio keuangan itu.

Apa Itu Rasio Keuangan?

Rasio keuangan singkatnya merupakan sebuah ukuran yang kita dapat dengan membandingkan 2 atau lebih data keuangan perusahaan. Contohnya, ingin mengetahui bagaimana perbandingan keuntungan bersih dengan revenue (omset) kita selama ini.

Secara umum, rasio keuangan terdiri dari 4 bagian yakni rasio profitabilitas, likuiditas, solvabilitas dan juga rasio aktivitas.

Tentunya rasio keuangan ini akan bisa membantu Anda mengamati dan mengevaluasi perkembangan bisnis dalam satu periode. Yuk langsung saja kita bahas satu persatu!

Baca juga, 10 Keuntungan Saat Anda Membangun Bisnis Sendiri Tanpa Partner

1. Rasio Profitabilitas

rasio keuangan perusahaan Rasio Profitabilitas
gambar : unsplash.com/ austin distel

Pertama, amati rasio profitabilitas. Seperti namanya, rasio ini berbicara tentang profit atau keuntungan perusahaan (laba) dalam periode tertentu. Rasio ini menggambarkan bagaimana kemampuan bisnis kita dalam menghasilkan keuntungan tekait penjualan, aset, dan ekuitas.

Dari perspektif investor, rasio ini tentunya sangat penting untuk menilai prospektus perusahaan. Apakah investasi yang di berikan kepada bisnis kita mampu memberikan return yang diharapkan. Karena semakin

Contoh rasio yang ada di dalamnya seperti :

  • Gross profit margin (GPM)
  • Net Profit Margin (NPM)
  • Return of Investment (ROI)
  • Return on Asset (ROA)
  • Return on Equity (ROE)
  • Rentabilitas modal sendiri (RMS) dan sebagainya

Untuk lebih jelasnya, coba simak bagaimana cara menghitung beberapa rasio profitabilitas yang penting khususnya bagi bisnis kecil-sedang di bawah ini!

Margin Laba Kotor/ Gross profit margin (GPM)

GPM digunakan untuk membandingkan persentase laba kotor dengan pendapatan yang dihasilkan dari penjualan. Apakah perhitungan harga pokok (biaya produksi) efisien?

Semakin besar GPM nya akan semakin baik, hal ini menunjukan bahwa harga pokok lebih rendah di banding penjualan. Namun jika yang terjadi sebaliknya, bisa di bilang bahwa bisnis kita masih kurang efisien dalam melakukan kegiatan operasional.

Untuk mengetahui rasio profitabilitas dari margin laba kotor Anda bisa menggunakan rumusa di bawah ini!

GPM = (Laba kotor ÷ Pendapatan) x 100%

Margin Laba Bersih/ Net Profit Margin (NPM)

Selanjutnya kita akan membahas rasio profitabilitas NPM yang berguna untuk menilai persentase laba bersih setelah dikurangi pajak pendapatan dari penjualan. Sama seperti GPM, semakin tinggi NPM suatu perusahaan artinya semakin baik untuk perusahaan.

Cara menghitung NPM yakni :

NPM = Laba Bersih Setelah Pajak ÷ Penjualan

Return on Investment (ROI)

Nah, untuk ROI mungkin Anda sudah lebih sering mendengarnya. ROI berguna untuk menilai rasio profitabilitas dari laba bersih setelah dikurangi pajak yang di bandingkan dengan total aktiva.

Rumus yang diguankan untuk menghitung ROI yaitu :

ROI = ( (Laba Atas Investasi – Investasi Awal) ÷ Investasi ) x 100 %

2. Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas
gambar : unsplash.com/ microsoft 365

Yang kedua yakni rasio likuiditas, dimana hal ini akan bisa memberikan gambaran tentang bagaimana kemampuan bisnis kita dalam membiayai berbagai pengeluaran dalam jangka pendek (sekitar 1-12 bulan kedepan).

Ada beberapa manfaat yang bisa di dapatkan ketika perusahaan menghitung rasio likuiditas. Diantaranya :

  • Kita bisa lebih mempersiapkan biaya-biaya terutama ketika ada kebutuhan yang mendesak
  • Bisa mempermudah para nasabah yang jika hendak menarik dana
  • Rasio ini juga sangat penting ketika ingin menarik investor untuk berinvestasi pada bisnis kita ataupun opportunity bisnis lainnya yang menguntungkan

Contoh rasio yang digunakan adalah Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio.

Rasio Lancar/ Current Ratio

Rasio lancar digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendek (yang harus di bayar dalam kurun waktu maksimal satu tahun) dibandingkan dengan total aset lancarnya. Misalnya seperti kas, piutang, ataupun persediaan.

Untuk mengukur rasio lancar caranya :

Rasio Lancar = Aset lancar ÷ kewajiban lancar

Rasio Cepat/ Quick Ratio

Rasio cepat kita gunakan untuk mengukur kemampuan bisnis dalam melunasi kewajiban lancarnya dengan menggunakan aset cepat. Apa itu aset cepat?

Aset cepat adalah aset lancar yang bisa dengan mudah di ubah menjadi uang tunai setidaknya dalam waktu 90 hari (aset yang paling likuid). Bagaimana cara mengukurnya?

Rasio cepat = (Uang tunai + piutang + surat berharga) ÷ kewajiban lancar

Rasio Kas/ Cash Ratio

Rasio kas adalah perbandingan cashflow dengan tagihan perusahaan yang harus dibayar saat ini. Hal ini berguna agar kita bisa mengetahui kemampuan bisnis dalam membayar tagihan mendesak menggunakan aset cashnya.

Oh ya. bagi yang belum tahu apa itu itu cashflow, cashflow merupakan uang tunai ataupun hal lain yang setara kas milik perusahaan. Contohnya surat berharga.

Rasio kas = (Uang tunai + surat berharga) ÷ kewajiban lancar

Baca juga, Cara Membuat Hobi Jadi Bisnis yang Bisa Memberikan Keuntungan

3. Rasio Solvabilitas

Rasio Solvabilitas
gambar : unsplash.com/ Abbe Sublett

Ketiga, untuk mengetahui kondisi bisnis coba cek juga bagaimana rasio solvabilitasnya. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam melunasi semua kewajiban hutang baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang menggunakan jaminan aktiva (kekayaan/ aset perusahaan).

Dengan kata lain, rasio ini membuat kita bisa mengetahui bagaimana kemampuan perusahaan dalam menutupi hutang-gutangnya.

Dalam mengukur rasio solvabilitas, kita akan membandingkan bagaimana beban hutang perusahaan secara menyeluruh dengan ekuitas dan aset bisnis. Tidak hean kalau rassio solvabilitas juga menjadi faktor penting dalam melihat untung atau bangkrutnya sebuah bisnis.

Semakin besar rasio yang di hasilkan, itu artinya akan semakin mudah bagi kita untuk memperbaiki kondisi perusahaan. Ada beberapa jenis rasio solvabilitas, diantaranya :

Rasio Hutang Terhadap Ekuitas/ Debt to Equity Ratio

DER digunakan untuk untuk mengetahui berapa modal yang dibutuhkan oleh bisnis kita. Hal ini mencangkup jenis modalnya dan modal yang menjadi jaminan. 

Makin kecil rasionya akan membuat perusahaan lebih baik karena modal tersebut akan bisa menjamin hutang yang secara porsi masih cukup besar. Cara menghitung DER yaitu :

DER = Total Hutang ÷ Ekuitas (Modal) X 100%

Rasio Hutang/ Debt Ratio

Selanjutnya adalah rasio hutang. Rasio ini digunakan untuk menilai tingkat hutang perusahaan untuk membiayai asetnya. Disisi lain debt ratio juga memperlihatkan bagaimana kemampuan perusahaan mendapatkan pinjaman baru untuk menjadikannya aktiva tetap sebagai tambahan modal.

Cara menghitung rasio hutang dari bisnis kita yakni :

Rasio Hutang = Total Hutang ÷ Total Aset x 100%

Rasio Cakupan Bunga/ Time Interest Earned Ratio

Selain rasio hutang, dalam menghitung rasio solvabilitas ada juga yang namanya rasio cakupan bunga atau lebih di kenal dengan time interest earned ratio (TIER) / Interest Coverage Ratio.

Rasio ini digunakan untuk menilai bagaimana kemampuan perusahan dalam melunasi semua beban bunga (yang berasal dari hutangnya) dimasa mendatang.

Acuannya, dilihat dari berapa besar jumlah laba sebelum pajak, bunga serta beban bunganya. Selain itu, bunga yang dibayarkan dalam TIER biasanya merupakan bunga yang bersifat jangka panjang. Untuk mengetahui TIER, kita bisa menghitungnya dengan cara berikut :

Time Interest Earned Ratio = Laba sebelum pajak dan bunga ÷ beban bunga

Baca jua, Ini Cara Mengelola Keuangan Bisnis Untuk Pemula, Yuk di Catat!

4. Rasio Aktivitas

Rasio keuangan rasio Aktivitas
gambar : unsplash.com/ LYCS Architecture

Terakhir, ada yang namanya rasio aktivitas atau rasio utilitas. Rasio ini akan menggambarkan efektifitas dan efisiensi dari bisnis kita dengan membantu kita untuk menganalisis persediaan, aset tetap, dan piutang dalam menghasilkan profit.

Sudah menjadi rahasia umum, jika perusahaan tidak mampu mengelola aset dengan baik maka hal ini akan menimbulkan beban biaya serta bisa menghambat profit yang dihasilkan. Disisi lain, dengan rasio aktivitas, sebenarnya kita juga menilai kinerja bisnis kita dalam persaingan dengan kompetitor.

Nah, seperti rasio keuangan lainnya, rasio aktivitas juga terdiri dari beberapa bagian, contohnya Total Asset Turnover Ratio, Cash Conversion Cycle Ratio dan rasio lainnya. Penjelasan selengkapnya, coba simak uraian di bawah ini!

Rasio Perputaran Total Aset/ Total Asset Turnover Ratio

Dalam mengukur rasio aktifitas kita bisa melihat dari perputaran total aset perusahaan. Hal ini bisa membantu kita menilai bagaimana aktivitas aset maupun kemampuan perusahaan untuk menghasilkan penjualan lewat aset yang dimiliki.

Jika rasio ini tinggi, maka artinya semakin baik. Karena ini artinya perusahaan mampu menghasilkan penjualan yang lebih banyak dengan aset-aset tertentu. Untuk menghitung perputaran total aset kita bisa menggunakan rumus dibawah ini!

Rasio Perputaran Total Aset = Penjualan Bersih ÷ Total Aset Rata-rata

Rasio Siklus Konversi Kas/ Cash Conversion Cycle Ratio

Untuk melihat rasio aktivitas (efisiensi modal kerja), kita juga bisa mengukur berapa lama waktu yang di butuhkan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan melalui asetnya. Dalam mengukur siklus koversi kas ini ada tiga tahapan pengukuran waktu, yakni :

  • Berapa lama perusahaan dalam memperoleh bahan, lalu memproduksi produk sampai dengan menjual produknya
  • Waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan agar bisa mengumpulkan kas untuk barang yang dijual/ piutang
  • Berapa waktu yang di butuhkan perusahaan untuk melunasi hutangnya ke para pemasok

Nah untuk menghitung siklus konversi kas, rumusnya adalah :

Rasio Siklus Konversi Kas = Periode Konversi Persediaan + Periode Konversi Piutang – Periode Konversi Hutang

Rasio Perputaran Persediaan/ Inventory Turnover Ratio

Hal ini akan menunjukan berapa lama biasanya perusahaan kita mengubah persediaan menjadi penjualan. Intinya semakin kecil rasio yang dihasilkan, artinya waktu yang di perlukan perusahaan untuk mengubah persediaan menjadi penjualan juga semakin sedikit.

Bagaimana cara menghitung perputaran persediaan?

Rasio Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan ÷ Persediaan Rata-rata

Penutup

Nah itulah 4 rasio keuangan yang perlu di pahami oleh pebisnis agar bisa menilai perkembangan usaha yang sedang dikelola. Dari ke empat rasio tersebut, manakah yang sudah pernah coba Anda hitung?

Jika Anda tidak sempat mendalaminya, jangan khawatir karena saat ini sudah banyak aplikasi dan layanan digital yang bisa membantu Anda. Tapi minimal Anda mengetahui dasarnya agar bisa menginterpretasikan hasil perhitungan dari rasio keuangan bisnis Anda.

Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *