Blibli IPO, Meski Sedang Rugi dan Punya Utang

Berita306 Dilihat

Blibli IPO dan resmi melantai di lantai saham Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 7 Oktober 2022 kemarin. Lantas, kenapa Blibi IPO, padahal perusahaan ini dikabarkan sedang mengalami kerugian yang cukup besar dan masih memiliki utang?

PT Global Digital Niaga Tbk yang menaungi Blibli, memiliki target dana sebesar Rp 8,17 triliun untuk modal mereka yang akan bisa dihimpun dari penjualan saham di pasar modal BEI.

Hendry, CFO Blibli dikutip dari detik.com Rabu,19 Oktober 2022 mengatakan bahwa dana yang terkumpul dari hasil penjualan saham itu akan digunakan untuk membayar hutang perusahaan sebesar Rp 5,5 triliun.

Pembayaran hutang tersebut akan diberikan kepada Bank BCA dan Bank BTPN, yang masing-masing sebesar Rp 2,25 triliun.

Kemudian sisanya akan digunkan secara produktif untuk modal kerja perusahaan, karena kedepan Blibli tak hanya berfokus pada pemasaran dan penjualan, namun juga pengembangan produk dan biaya opersional dan penambahan fasilitas usaha.

Secara keseluruhan rincian penggunaan dana itu akan digunakan oleh entitas anak perusahaan Blibli yaitu GTNe sebanyak 43% dengan mekanisme penyaluran secara bertahap.

Peningkatan penyertaan modal kepada GNTe akan dilaksanakan pada kuartal IV-2022. Kemudian 57% lagi dananya akan digunakan oleh perusahaan dengan keperluan yang sudah disiapkan.

Baca Juga : Cara Membuat Portofolio Investasi, Supaya Cuan Maksimal

Alasan Blibli IPO Meski Sedang Rugi

Dalam Blibli IPO, Rentang penawaran saham Blibli dalam IPO nya sebesar Rp 410 – Rp 460 per lembar sahamnya.

Emiten baru yang memakai kode saham BELI dalam pasar saham BEI itu menawarkan saham sebanyak 17.771.205.900 lembar saham.

Lantas apa alasan Blibli yang nekad IPO meski saat ini sedang mengalami kerugian di sejumlah sektor usahanya.

Pada periode tahun berjalan di Juni tahun 2022, prospektus neraca keuangan Blibli tercatat mengalami kerugian sebesar Rp 2,5 triliun.

Kerugian yang dialami Blibli pada tahun 2022 ini tercatat lebih besar jika dibandingkan pada tahun sebelumnya.

Perusahaan E-commerce milik Grup Djarum ini dalam laporan neraca keuangannya tahun 2021 mengalami kerugian sebesar Rp 1,57 triliun.

Meski begitu, pihak Blibli optimis jika kinerja perusahaan akan semakin membaik dan lebih berkembang di tahun-tahun mendatang.

Optimisme pihak manajemen Blibli itulah yang menjadi penyebab mereka berani untuk melantai saham di BEI atau IPO.

Saat ini, Blibli bersama Tiket.com dan Ranch Market berencana akan menyatukan lini bisnis mereka dengan membentuk Blibli tiket.

Dengan adanya hal itu, mereka optimis jika kedepan perusahaan Blibli IPO akan menjadi semakin maju dan berkembang.

Gabungan tiga entitas bisnis ini akan menjadi sinergi yang kuat yang disebut sebagai Omnichanel.

Jika itu bisa terwujud, maka akan menjadi perusahan teknologi terbesar di Indonesia yang bisa memberikan keuntungan sangat besar dalam waktu dekat.

Dan menjadi perusahan yang selelu bisa memberikan laba positif di masa-masa mendatang.

Karena potensi bisnis e-commerce, travel and lifestyle, gocery ritail disebut bisa memberikan keuntungan yang sangat besar.

Pontensi keuntunganya bisa tembus U$$ 436 miliar dolar atau setara dengan Rp 6.746 triliun menurut data survey Euromonitor dan Frost & Sullivan.

Di luar negeri, bisnis serupa yang akan dilakukan oleh Blibli IPO terbukti berhasil mencatatkan kinerja yang cukup baik, antusias para investor untuk menanamkan modalnya juga positif.

Lantas, apa yang menjadi alasan Blibli tetap nekad untuk IPO, padahal saat ini dunia sedang terancam dengan adanya resesi global yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2023.

Menanggapi hal itu, pihak Blibli IPO optimis bahwa kondisi ekonomi indonesia tidak akan seperti negara lain yang terancam resesi karena perlemahan ekonomi dunia.

Negara Indonesia sampai saat ini masih menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi paling baik secara global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *