Uang Bisa Membeli Kebahagiaan, Bagaimana Caranya?

Keuangan442 Dilihat

Dari dulu hingga sekarang, pandangan tentang uang itu selalu ada pro kontranya. Anggapan bahwa uang adalah segalanya, sepertinya perlahan mulai berubah. Kita mungkin pernah mendengar kata-kata dari seorang yang bijak: “Money can buy a house but not home, can buy a bed but not rest, can buy food but not appetite”. Jadi katanya uang tidak bisa membeli kebahagiaan, tapi ternyata ada studi yang menunjukan sebaliknya!

Tentu, ungkapan bijak diatas memang benar adanya. Banyak orang kaya yang justru hidupnya menderita, depresi hingga bunuh diri. Namun uang adalah sebuah alat sehingga bebas nilai, tergantung pemakainya. Oleh karena itu uang bisa membawa kepada kebahagiaan maupun sebaliknya.

Saat Michael Norton berbicara di Tedx Talks ia menyebutkan, “Jika Anda tidak bahagia dengan uang Anda berarti ada yang salah dengan cara Anda mengeluarkan uang”. Hm.. nampaknya ini menjadi salah satu clue tentang yang akan kita bahas sekarang.

Sehingga menjadi antipati terhadap uang atau berhenti berusaha juga bukan solusi agar merasa “baik-baik” saja walaupun tidak punya uang. Nah, bagaimana sih caranya agar uang kita bisa membeli kebahagiaan?

1. Membeli Waktu

Membeli waktu
Sumber gambar : unsplash.com/ Who’s Denilo ?

Para ahli yang meneliti tentang kebahagiaan mengukur pengaruh uang terhadap kesejahteraan emosional orang dan seberapa puas dengan jalan hidup mereka secara keseluruhan.

Salah satunya adalah Elizabeth Dunn yang merupakan professor psikologi dari University of British Colombia. Ia melakukan sebuah riset memberikan uang sebesar 40 USD (sekitar Rp 500 ribuan) kepada subyek penelitian agar mereka bisa mendapatkan waktu luang. Ada yang membeli jasa cleaning service, baby sitter dll.

Lalu di minggu berikutnya meraka di berikan 40 USD lagi untuk membeli barang apapun yang mereka inginkan. Berdasarkan penelitian ini, hasilnya menunjukan bahwa kadar kebahagiaan yang di dapatkan jauh lebih tinggi saat orang bisa membelanjakan uangnya untuk mendapatkan waktu luang yang lebih banyak.

Jadi jika Anda mencari kebahagiaan dengan uang, jangan ragu untuk membeli waktu yang benar-benar Anda butuhkan sejak lama.

2. Menggunakan Uang Bukan Hanya Untuk Diri Sendiri

Kebutuhan hidup kita bukan hanya soal diri kita sendiri. Michael Norton menegaskan bahwa anggapan bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan itu keliru. Faktanya adalah mereka yang tidak bahagia dengan uangnya adalah orang-orang yang tidak bisa menggunakan uang dengan benar.

Pada penjelasannya di Tedx Talks, ia membahas sebuah artikel yang di tulis CNN tentang kehidupan seseorang yang memenangkan lotre namun kehidupannya berantakan di banding sebelumnya.

Jika di amati ternyata ada dua hal yang terjadi ketika orang memenangkan lotre, pertama mereka menggunakannya sampai punya hutang dan yang kedua orang-orang yang kenal maupun tidak kenal mendekatinya untuk uang mereka. Hal tersebut tentunya justru merusak hubungan sosial mereka.

Menariknya, ternyata memenangkan lotre membuat orang cenderung lebih antisocial. Ditambah lagi di bagian kolom komentar, orang-orang bukannya mempertanyaakan apa yang membuat pemenang lotre tidak bahagia tapi justru beradu khayalan tentang apa yang ingin di beli untuk dirinya sendiri jika mendapatkan lotre.

Kemudian Unieversity of British Colombia melakukan suatu eksperimen dengan membagian uang dengan nominal yang berbeda untuk di gunakan keperluan sendiri dan ada yang digunakan untuk orang lain.

Hasilnya menunjukan bahwa uang yang di habiskan hanya untuk diri sendiri tidak lebih bermakna dibanding digunakan untuk aktivitas sosial (prosocial) meskipun nominalnya lebih kecil.

Hal ini juga mungkin berkaitan dengan psikologis manusia yang membutuhkan rasa terhubung dan berguna. Jadi kebahagiaan seseorang bukan lagi soal berapa jumlah uangnya melainkan cara menggunakannya yang tidak hanya diginakan untuk diri sendiri melainkan berbagi dengan orang lain.

3. Membeli Pengalaman Dibandingkan Barang

Membeli Pengalaman Dibandingkan Barang
Sumber gambar : unsplash.com/ Andrew Neel

Familiar dengan quote yang satu ini? “Traveling is the only thing you buy that makes you richer”. Kok bisa?

Karena traveling sendiri sebenarnya sama dengan membeli pengatahuan dan juga pengalaman yang tidak bisa kita dapatkan hanya dengan membeli sebuah barang. Selain itu, pengalaman biasanya membuat kebahagiaan bisa lebih bertahan lama di banding membeli barang.

Misalnya saja kita ingin membeli sebuah smartphone baru kemudian setelah uang terkumpul kita bisa membelinya.

Saat membeli smartphone baru kita pasti bahagia, namun dalam waktu 1-2 minggu saja euphoria itu akan hilang. Smartphone yang kita beli lalu kita gunakan setiap hari. Semakin hari perangkat dan elemen-elemen smartphone akan semakin berkurang kualitasnya.

Baca yuk, Kisah Sukses Manuel Villar, Anak Penjual Ikan yang Jadi Miliarder Filipina

Pada dasarnya barang memiliki sifat depresiasi. Jadi semakin lama, nilainya akan semakin berkurang. Berbeda dengan pengalaman yang bisa membuat kita bisa mengingat memori, pengetahuan dan pemaknaan yang berhasil kita serap sehingga memunculkan perasaan bahagia lebih lama.

Walaupun sudah berlalu, namun setiap kita membuka melihat-lihat lagi foto, video atau mengingat kembali perasaan bahagia tersebut akan bisa muncul kembali.

Sebenarnya pengalaman ini tidak harus traveling, tapi juga bisa dengan mengambil suatu kursus atau pelatihan tertentu yang kita minati. Kebahgiaan akan mucul dengan cara yang berbeda. Entah dari momentnya, atau skil yang berhasil kita dapatkan dan mengantarkan kita pada masa depan yang lebih baik.

4. Menantikan dan Mempersiapkan Masa Depan

Mitchell dan tim melakukan sebuah penelitian pada tahun 1997 dengan mengamati perilaku wisatawan. Hasilnya menunjukan bahwa para wisatawan mengaku lebih merasa bahagia saat sedang menantikan hari H traveling di banding ketika mereka benar-benar menjalaninya.

Hal ini menunjukan bahwa kebahagiaan juga muncul dari sebuah harapan yang dinantikan di masa depan. Harapan tersebut bisa bermacam-macam. Termasuk rencana-rencana hidup lain yang kita miliki. Misalnya saja, Anda punya keinginan menikah di usia 27 tahun.

Maka sebenarnya usaha dalam mempersiapkannya pun bisa membuat kita bahagia dari pada terlalu cemas. Biasanya yang membuat kita terlalu cemas adalah justru pikiran-pikiran yang negatif sebenarnya terlalu jauh kita pikirkan dibanding kenyataannya. Jika perhitungan sudah realistis, sambil berproses dan berusaha kita bisa fokus untuk menantikan hal indah tersebut datang serta selalu memiliki harapan.

5. Membeli Dengan Memperhatikan Letak Esensi Kebahagiaan

Memperhatikan apa yang kita butuhkan
Sumber gambar : unsplash.com/ Fernando Brasil

Kebahagiaan justru bisa muncul dengan menahan pembelian dibandingkan gegabah membeli apapun yang kita inginkan. Misalnya saja dalam traveling. Sebaiknya kita paham betul diri kita sendiri.

Jenis traveling seperti apa yang kita butuhkan dan bisa membuat kita bahagia dibandingkan hanya sekedar bertujuan posting feed Instagram saja. Alias hanya untuk di lihat orang.

Baca juga, Ulasan Keuntungan dan Tata Cara Bisnis Apotek

Sebab hidup hanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain akan sangat melelahkan. Alih-alih memberikan kebahagiaan sejati kita malah menjadi budak ekspektasi orang lain. Jadi dalam melakukan pembelian barang ataupun jasa sebaiknya kita perhitungkan baik-baik, tidak membeli hanya karena sedang trend saja.

Untuk itu, belajarlah lebih jujur pada diri sendiri. Saat kapan dan liburan atau barang seperti apa yang Anda butuhkan misalnya. Terkadang, liburan ke tempat-tempat terdekat dengan orang yang di cintai lebih membahagiakan dibanding traveling keluar negeri namun tetap merasa sepi.

6. Jangan Hanya Lihat Dari Permukaan

Ketika kita belanja atau membeli sesuatu, biasakan untuk tidak melihat hanya permukaannya saja. Untuk membeli kebahagiaan, kita harus benar-benar paham berapa harga sebenarnya yang harus kita bayar. Itu kan mudah, tinggal melihat pricetagnya saja?

Mungkin untuk baju, makanan, atau skincare kita bisa langsung mudah tahu berapa banyak yang harus kita bayar. Tapi ini tidak berlaku dalam pembelian beberapa hal lainnya.

Misalnya saja dalam hal tempat tinggal. Lebih baik membeli rumah atau ngekost dulu saja? Lalu akhirnya kita memutuskan untuk membeli rumah meskipun jauh dari kantor dengan cara KPR. Hal ini dilakukan karena kita merasa sudah mampu membayar cicilannya.

Tapi membeli rumah bukan hanya perkara membayar cicilan KPR, tapi juga tentang biaya perawatannya, biaya iuran komplek/ kampung dll. Kita perlu memikirkannya baik-baik, apakah saat ini tinggal di kosan yang dekat dengan kantor tidak lebih membahagiakan di banding terbebani dengan cicilan rumah plus biaya lainnya?

Contoh lainnya dalam hal kebutuhan transportasi. Lebih baik menggunakan ojol atau membeli mobil? Ketika memutuskan membeli mobil, kita tidak hanya memikirkan biaya cicilan perbulannya, tapi juga juga biaya service, ganti spertpart, membuat STNK dan SIM dll.

7. Membeli Kebahagiaan Untuk Membantu Kinerja Kita

Membeli Kebahagiaan Untuk Membantu Kinerja Kita
Sumber gambar : unsplash.com/ XPS

Pada tahun 2017, ada penelitian yang di lakukan oleh seorang Profesor dari Harvard. Profesor tersebut meneliti tentang kebahagiaan.

Berdasarkan penelitiannya tersebut ia menemukan kalau kebahagiaan bukan hanya tentang nominal uang yang kita miliki tapi juga tentang cara kita membelanjakannya yang dalam hal ini khususnya digunakan untuk meningkatkan kinerja kita.

Sebenarnya mirip dengan membeli waktu yang ternyata bisa meningkatkan kebahagiaan. Namun titik tekan yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah waktu luang yang kita beli tersebut berhubungan dengan alasan mengapa kita butuh waktu luang itu sendiri.

Baca yuk, Cara Mendapatkan Uang dari TikTok untuk Penghasilan Tambahan

Dalam konteks ini, membeli waktu juga sepertinya perlu di dasarkan pada kesadaran kita akan kebutuhan meningkatkan kinerja.

Misalnya kita terlalu kelelahan mengurus rumah sehingga dengan menyewa jasa cleaning service atau asisten rumah tangga sehingga Anda bisa beristirahat sejenak dan mood Anda naik kembali. Seperti yang kita tahu, bahwa stress yang terjadi secara jangka panjang adalah salah satu pemicu ketidakbahagiaan.

Atau kita ingin mengejar passion kita yang saat ini belum benar-benar bisa menghasilkan secara ekonomi sehingga dana yang terkumpul bisa digunakan untuk hidup tanpa terlalu keras bekerja di kantor.

Penutup

Uang bisa membeli kebahagiaan hanya jika orang tahu bagaimana cara mengeluarkan uangnya dengan baik. Nominal tentu penting tapi kebahagiaan tidak selalu bisa di dapatkan hanya dengan itu. Kenyataannya, banyak fenomena yang menunjukan kalau harta yang berlimpah justru bisa membuat orang semakin asocial dan tidak bahagia. Oleh karena itu, kebahagiaan bisa di beli dengan uang jika kita tahu dimana dan cara menggunakannya dengan benar.

Setelah membaca artikel ini, apakah Anda sudah mulai punya gambaran bagaimana cara Anda akan menggunakan uang?

Sebagai saran saja, mulai sekarang coba pikirkan kembali cara Anda membelanjakan uang. Sebab hal ini nampaknya harus menjadi salah satu concern utama kita jika ingin uang yang kita miliki membuat pemiliknya merasa bahagia. Supaya kita tidak hanya banting tulang mencari uang tapi tidak mampu bahagia dengan apa yang sudah dimiliki.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *