Tren Belanja Natal Dan Tahun Baru Bergeser

Berita259 Dilihat

Meski daya beli masyarakat mulai pulih, namun pada 2022 ini tren belanja natal dan tahun baru bergeser.

Belanja pada sektor makanan masih mendominasi menjelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.

Sementara angka pembelian pakaian dan alas kaki yang umumnya tinggi di hari raya tak mengalami kenaikan walau dibanderol promo diskon akhir tahun.

Mengacu pada data Badan Pusat Statistik, persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut kelompok barang, untuk makanan tercatat 50,14 persen.

Naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni 49,25 persen.

Untuk kelompok bukan makanan, persentasenya justru turun menjadi 49,86 persen dari 50,75 persen daripada tahun sebelumnya. Terlebih untuk pakaian dan alas kaki yang juga turun.

Meski jika melihat dari jumlah rata-rata pengeluaran per bulan untuk pakaian dan alas kaki, angkanya tak naik signifikan, baik di perkotaan maupun perdesaan.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menjelaskan, pemerintah dan pelaku usaha perlu saling mendukung untuk mendorong konsumsi masyarakat.

Pemerintah akan menggencarkan sosialisasi melalui berbagai media. Sedangkan pelaku usaha akan menjalankan peran untuk menyediakan penawaran yang menarik.

Seperti potongan harga untuk menarik minat belanja masyarakat, baik makanan maupun non makanan.

Dilansir dari Kompas pada 17-18 Desember 2022, sejumlah pusat perbelanjaan di Jakarta, seperti Mall Kota Kasablanka, Puri Indah Mall, serta Senayan City, terlihat ramai pengunjung.

Selain karena akhir pekan, kepadatan pengunjung terjadi sebab menjelang hari Natal dan Tahun Baru.

Sejumlah toko pakaian dan sepatu dengan jenama yang beragam menjadi titik kepadatan pengunjung.

Ketersediaan produk yang dipajang juga semakin menipis sebab banyak yang sudah terjual.

Padatnya pengunjung membuat petugas tidak sempat mengisi kembali produk pajangan akibat fokus

melayani pengunjung yang menumpuk.

Natalie Sandra (27), seorang karyawan di salah satu perusahaan swasta, memanfaatkan diskon untuk berbelanja menjelang Natal dan Tahun Baru.

”Saya jalan-jalan sebelum pulang ke Semarang, sekaligus mencari sepatu dan pakaian baru untuk merayakan hari Natal di sana,” ucap Natalie.

Sementara itu, Mal Ciputra, Jakarta, merasakan peningkatan penjualan.

”Kegiatan ekonomi Mal Ciputra semakin membaik dari hari ke hari, bulan ke bulan, serta tahun ke

tahun. Peningkatannya berkisar 8-10 persen dibandingkan dengan tahun lalu.”

Ucap General Manager Mal Ciputra,Ferry Irianto.

Suasana berbeda terlihat di sejumlah kios pakaian hingga sepatu di Mal Grand Indonesia dan Pacific Place, Jakarta Pusat, pada 22 Desember 2022.

Sejumlah kios pakaian dan sepatu ter kenal terlihat sepi pengunjung meskipun semakin mendekati Natal dan tanda diskon akhir tahun telah terpasang di setiap kaca etalase.

Perubahan Kebiasaan

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja, di Jakarta, mengungkapkan, belanja kategori makanan dan minuman masih mendominasi.

Namun, ia meyakini angka untuk belanja non-makanan, seperti pakaian dan alas kaki, menjelang Natal ini akan meningkat.

”Tahun ini diharapkan kondisi pencapaian usaha yang lebih baik setelah lebih dari dua tahun mengalami beban berat dan defisit yang berkepanjangan,” ungkap Alphonzus.

Secara terpisah,DirekturCenter ofEconomics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, keinginan belanja masyarakat mulai terdorong sebab mobilitas dan ekonomi mulai pulih.

Uang yang sebelumnya disimpan di bank sudah mulai dibelanjakan kembali.

”Menurut saya, efek pandemi Covid-19 membuat masyarakat lebih memilih menabung. Saat ini mereka sudah berani membelanjakan uang yang ditabung tersebut sehingga menguntungkan ritel saat ini,” ucap Bhima.

Meskipun begitu, konsumsi belanja masyarakat terhadap pakaian memang diprediksi tetap tumbuh, tapi masih di bawah rata-rata total konsumsi rumah tangga.

Adapun konsumsi peralatan rumah tangga pada triwulan III-2022 bertumbuh 2,3 persen.

Menurut Bhima, pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih belum optimal dan masih berada di bawah rata-rata konsumsi.

Lebih jauh, Bhima berpendapat, konsumsi masyarakat terhadap pakaian dan barang-barang penunjang lainnya diprediksi belum menjadi fokus pada 2023 yang disebabkan isu resesi.

Masyarakat lebih fokus pada belanja makanan, minuman, dan hiburan.

Naiknya Konsumsi Wisata

Masyarakat sudah sangat lelah dengan pandemi Covid-19, ditambah dengan isu resesi pada 2023. Jadi, mereka lebih membutuhkan sesuatu yang menghibur diri, seperti kuliner dan pariwisata.

Saat ini konsumsi masyarakat terhadap transportasi, restoran, dan hotel naik 12,8 persen dan 9 persen.

Baca juga: Mengenal Bahan Bakar CNG Yang Ganggu Euforia Kendaraan Listrik

Kebiasaan untuk tetap mengenakan pakaian dan alas kaki lama yang masih berfungsi juga berpengaruh pada menurunnya hasrat orang-orang untuk membeli baju baru.

Hari besar seperti Natal kini dimaknai berbeda. Co-Founder Setali Indonesia, Intan Anggita Pratiwie mengungkapkan, orang-orang mulai menyadari perlunya mengubah perilaku.

”Untuk pakaian baru, sekarang banyak yang memilih untuk mengubah pakaian lamanya,tanpa perlu membeli baru,” ujar Intan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *