Cara Beli dan Jual (Trading) Ethereum yang Aman dan Terpercaya

Investasi453 Dilihat

Berstatus sebagai cryptocurrency dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua di dunia tepat di bawah Bitcoin (BTC), membuat Ether (ETH) menjadi aset kripto yang diburu banyak orang. Tak heran kalau peminat trading Ethereum terus meningkat seiring dengan pergerakan harga mata uang kripto satu ini di pasar yang cukup menjanjikan.

Bahkan para peminat trading Ethereum ini tidak hanya berasal dari para trader yang sudah senior di pasar kripto saja, melainkan juga para trader pemula yang ingin meraih keuntungan dari cryptocurrency. Yap, dalam beberapa bulan terakhir, mata uang kripto memang menjadi salah satu aset keuangan yang sangat diburu.

Ketika banyak instrumen-instrumen investasi ambruk karena pandemi Covid-19, tidak dengan cryptocurrency seperti Ether. Anda tentu tahu bagaimana pasar modal bergejolak ketika nilai-nilai saham perusahaan merosot, emas si logam mulia yang sempat menembus Rp1 juta per gram pada pertengahan 2020 tapi sekarang masih melemah, hingga sulitnya menjual properti.

Baca juga: Review Binance Coin (BNB): Pesaing Bitcoin dari Bursa Kripto Terbesar

Belum dihitung dengan bunga deposito hingga obligasi yang terus terpangkas akibat inflasi hingga sulitnya menjadi investasi P2P (Peer-to-Peer) Lending yang meyakinkan. Berbagai rentetan hal-hal ini pula yang akhirnya membuat investor dan trader menjadi instrumen terbaru yang menjanjikan, dan kemudian hadirlah cryptocurrency.

Pergerakan mata uang kripto di pasar tentu dipimpin oleh Bitcoin yang per hari Jumat (18/6) pagi, berada di level US$37,647 (sekitar Rp545,9 juta). Mengekor di belakang Bitcoin tepat, ada Ether yang membuat kinerja trading Ethereum makin positif. Bahkan untuk harga Ethereum sendiri di hari yang sama mencapai US$2.334 (sekitar Rp33,7 juta), seperti dilansir Coindesk.

Dengan masuknya Ether sebagai salah satu dari 229 cryptocurrency yang sudah diizinkan diperdagangkan di Indonesia oleh Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi), membuat kegiatan trading Ethereum Indonesia bisa dilakukan para investor dan trader secara lancar, tanpa perlu lagi cemas oleh regulasi.

Cara Mudah Jual-Beli (Trading) Ethereum

cara jual-beli Ether
© pluang

Sebelum membahas bagaimana sih cara trading Ethereum, Anda tentu harus tahu sedikit mengenai aset kripto Ether ini. Tidak seperti Bitcoin yang sosok penemunya sangat misterius karena hanya dikenalkan lewat entitas bernama Satoshi Nakamoto, Ethereum dibesut oleh Vitalik Buterin, seorang programmer berkebangsaan Rusia-Kanada pada tahun 2013.

Kala itu Buterin masihlah pemuda berusia 19 tahun yang berhasrat menciptakan sebuah sistem keuangan adil dan demokratis, lewat konsep terdesentralisasi. Setelah berhasil mengumpulkan dana untuk pengembangan Ethereum dengan crowdfunding di tahun 2014, barulah pada 30 Juli 2015 sekitar 72 juta keping Ether siap meluncur.

Yang menarik, Buterin pada awalnya tidak pernah berniat ’melahirkan’ cryptocurrency karena minatnya pada blockchain itu sendiri. Hal inilah yang membuat Ethereum hadir sebagai sistem jaringan blockchain sementara mata uang kriptonya dikenal sebagai Ether. Nah, bagaimana agar bisa melakukan trading Ethereum? Penjelasan berikut ini bisa Anda coba terapkan:

1. Buka Rekening di Exchange

Hal pertama sekaligus paling mendasar kalau Anda ingin jual-beli Ether adalah membuka rekening di exchange. Yap, kembali lagi pada fakta bahwa di Indonesia, cryptocurrency dilarang menjadi alat pembayaran tapi diperbolehkan untuk diperdagangkan. Nah, tempat untuk bisa melakukan perdagangan mata uang kripto adalah di exchange.

Berbeda dengan broker saham yang merupakan pialang, di mana mereka menawarkan jasa untuk membantu Anda memperoleh saham lewat jaringan dealer, exchange menyediakan platform online agar para pembeli dan penjual bisa memperdagangkan cryptocurrency mereka. Nantinya aset kripto yang diperjual belikan itu berdasarkan pada harga pasar.

Lewat proses perdagangan ini, Anda bisa memperjual belikan cryptocurrency seperti Ether untuk mata uang digital hingga mata uang fiat. Sehingga bisa disimpulkan kalau exchange merupakan platform yang tepat bagi investor dan trader yang ingin meraih keuntungan, dari pergerakan harga mata uang kripto setiap harinya.

Kembali lagi pada fakta bahwa trading Ethereum di Indonesia saat ini sudah diizinkan oleh Bappebti, OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan BI (Bank Indonesia), jumlah platform exchange kripto pun terus meningkat. Hanya saja hingga Februari 2021, hanya 13 exchange di Indonesia yang memperoleh izin operasional resmi dari Bappebti.

13 perusahaan yang merupakan Calon Pedagang Fisik Aset Kripto adalah TokoCrypto, Indodax, Zipmex, Idex, Pintu, Luno, Koinku, Upbit, Triv, Bechipindo, Rekeningku, Bitocto dan Pluto. Sehingga kalau Anda ingin melakukan trading Ethereum dengan aman, bergabunglah di satu dari 13 perusahaan di atas.

Ingin ulasan Exchange Crypto, yuk baca artikel 10 Broker Crypto Terbaik.

Berikut adalah tata cara bergabung agar bisa buka rekening di exchange kripto:

  • Pilih salah satu platform exchange kripto yang sudah terdaftar Bappebti
  • Kunjungi website atau unduh aplikasi platform exchange di smartphone
  • Lakukan pendaftaran dengan memilih tombol DAFTAR/REGISTRASI
  • Isi semua data yang diminta mulai dari nama lengkap, identitas pribadi, email, username, password hingga nomor ponsel
  • Lakukan proses verifikasi yang ketentuannya berbeda-beda tiap exchange. Verifikasi ini adalah tahapan KYC (Know Your Customer) yang biasanya dilakukan dengan mengunggah foto selfie serta foto selfie dengan kartu identitas seperti e-KTP, SIM atau paspor maupun tahapan video call

Jika semua proses sudah dilalui, maka yang bisa Anda lakukan adalah menanti informasi dari exchange apakah pengajuan pembukaan rekening disetujui atau tidak.

Ada beberapa hal yang membuat pengajuan ditolak seperti usia di bawah 18 tahun, foto di kartu identitas tidak terbaca jelas, foto selfie tak sesuai ketentuan hingga nomor kartu identitas sudah terpakai di akun lain.

Tenang saja, jika pengajuan Anda ditolak, Anda bisa meminta proses verifikasi kembali meskipun memang harus menunggu antrian. Namun Anda bisa memilih jalur singkat dengan berpindah platform exchange.

Baca juga: Review Bitcoin, Calon Mata Uang dan Aset Investasi Masa Depan

2. Setor Dana Deposit

ilustrasi koin Ether
© Tom’s Guide

Kalau proses verifikasi Anda lolos, maka artinya Anda sudah resmi terdaftar di platform exchange dan memiliki rekening untuk trading cryptocurrency. Agar bisa melakukan proses perdagangan di bursa kripto, Anda haruslah menyetor sejumlah uang terlebih dulu ke rekening. Aturan setoran dana deposit ini diberlakukan di seluruh exchange resmi.

Masing-masing exchange juga punya ketentuan yang berbeda-beda mengenai besaran minimal untuk penyetoran dana deposit awal ini. Namun besaran minimun untuk setoran dana ke rekening di platform exchange kripto Indonesia biasanya mulai dari Rp50 ribu, yang artinya amat sangat terjangkau bagi trader atau investor pemula.

Untuk menyetorkan dana inipun bisa melalui berbagai cara mulai dari transfer bank (SMS banking, mobile banking, internet banking), transfer ke VA (virtual account) hingga transfer lewat e-wallet (DANA, OVO, GoPay, LinkAja). Tentunya dari setiap cara penyetoran dana itu juga punya besaran fee yang berbeda-beda sesuai dengan aturan exchange serta pihak ketiga.

Dana yang sudah disetorkan ke rekening bisa Anda gunakan untuk membeli mata uang kripto seperti Ether. Tentunya makin besar dana yang dimiliki, Anda makin leluasa berdagang exchange. Sehingga pastikan Anda cukup bijaksana dalam menggunakan modal dana supaya mampu meraup cuan maksimal di exchange.

3. Cara Beli Ether

PIlihan pertama dalam trading Ethereum adalah pembelian Ether. Lantas bagaimana caranya? Tidak terlalu berbeda saat Anda melakukan trading forex. Yap, Anda haruslah memasangkan koin kripto yang hendak diperdagangkan. Setiap platform exchange akan menyediakan pasangan (pair) cryptocurrency di bursa.

Seperti yang sudah disebutkan, pasangan mata uang kripto ini bisa antar mata uang digital atau dengan mata uang fiat. Contohnya, Ether/Rupiah (ETH/IDR), Ether/Dolar AS (ETH/USD), Ether/Bitcoin (ETH/BTC) hingga Ether/Ada coin (ETH/ADA). Usai memilih pair, Anda harus memilih satu dari dua jenis order yang disediakan exchange yakni market (taker) dan limit (taker).

Secara singkat jika Anda memilih market, maka order akan langsung diproses karena memang sesuai dengan berapapun harga yang tersedia di pasar saat itu. Namun kalau Anda memilih limit, proses order harus menanti sampai harga pasar sesuai dengan harga yang kita pasang. Fee untuk order market sebesar 0.1% dari nilai transaksi sementara fee untuk order limit gratis.

Anda harus tahu bahwa harga beli Ether di masing-masing exchange bisa sedikit berbeda. Kok bisa? Karena setiap prediksi Ethereum hari ini disesuaikan dengan permintaan dan pasokan Ether di exchange tersebut. Jika proses pembelian Ether ini berhasil, maka saldo Ether dalam rekening wallet Anda yang dikelola exchange bakal bertambah. Anda bisa mentransfer Ether ke wallet pribadi atau wallet di exchange lain dengan pertimbangan keamanan.

4. Cara Jual Ether

Setelah paham bagaimana sih caranya beli Ether, maka hal berikutnya adalah mengenai tahapan penjualan Ether. Lagi-lagi sama seperti saat Anda hendak menjual mata uang fiat di bursa forex, hal serupa juga terjadi di bursa kripto. Supaya penjualan bisa lancar, Anda dapat mengecek terlebih dulu berapa jumlah saldo Ether yang bisa dijual di wallet.

Tak berbeda jauh dengan proses pembelian, penjualan Ether juga melibatkan pair baik dengan sesama mata uang kripto atau mata uang fiat. Dua jenis order penjualan Ether juga sama yakni market serta limit. Setelah proses penjualan berhasil dilakukan, Anda akan langsung memperoleh penambahan saldo di wallet sesuai dengan pair yang dilakukan.

Misalkan saja Anda menjual Ether lewat pair ETH/IDR, maka nanti akan ada Rupiah yang bertambah di saldo wallet. Tentunya besaran nominal Rupiah ini disesuaikan dengan jumlah Ether yang dijual dan sudah dikonversi langsung oleh pihak exchange, dengan harga Ether paling update. Anda juga bisa mentransfer uang Rupiah dari wallet ke rekening pribadi.

5. Pencairan Saldo ke Rekening

ilustrasi koin Ether
© wccftech

Sudah disebutkan sebelumnya bahwa saldo mata uang fiat dalam hal ini Rupiah, bisa dicairkan ke rekening bank pribadi. Bagaimana caranya? Tinggal pilih saja menu withdraw atau penarikan yang dapat diakses di aplikasi exchange. Dalam menu withdraw, Anda akan diminta memasukkan informasi nomor rekening dan bank tujuan, serta nama penerima harus sesuai.

Hanya saja di beberapa platform exchange, Anda hanya bisa menarik dana dari saldo wallet ke rekening yang sudah didaftarkan sebelumnya dan sudah menyelesaikan tahapan verifikasi. Untuk itulah ada baiknya Anda mengecek dengan betul rekening yang disematkan saat proses pendaftaran supaya tidak salah kirim nantinya.

Baca juga: Review ADA (Cardano), Mata Uang Kripto Pesaing Bitcoin dan Ethereum

Ada beberapa hal yang wajib Anda perhatikan saat hendak mencairkan dana dari saldo wallet exchange:

  • Biasanya bank yang bisa digunakan untuk withdraw saldo wallet hanyalah bank-bank yang beroperasi dan terdaftar di Indonesia. Sehingga artinya, Anda tak bisa mentransfer dana ke rekening bank di luar negeri
  • Biasanya proses penarikan dana mata uang fiat seperti Rupiah, diterima dan diproses dalam waktu 24 jam selama sepekan termasuk hari libur
  • Kalau Anda ingin menarik saldo dana lebih dari Rp50 juta setiap transaksi, maka harus menggunakan jaringan RTGS (Real Time Gross Settlement) yang biasanya butuh waktu satu hari kerja

6. Pencairan Saldo ke e-Wallet

Tak hanya bisa mencairkan saldo wallet exchange ke rekening bank, Anda juga bisa menyetorkannya ke saldo e-wallet. Karena bagaimanapun juga, gaya hidup cashless seperti saat ini membuat banyak orang memilih menyimpan uang mereka di e-wallet. Namun supaya prosesnya lancar, Anda harus tahu terlebih dulu apakah platform exchange menyediakan kerjasama e-wallet.

Karena bukan ke rekening bank, pencairan saldo ke e-wallet biasanya dikenai biaya administrasi tambahan sesuai dengan ketentuan masing-masing perusahaan penerbit e-wallet. Sehingga Anda harus mengetahui besaran fee tambahan ini supaya tidak kecewa.

7. Batas Uang yang Dicairkan

Agar proses penarikan dana ke rekening bank atau e-wallet ini berjalan lancar, Anda harus tahu juga berapa batas alias limit penarikan. Masing-masing exchange memiliki aturan minimal penarikan yang berbeda-beda. Indodax misalnya, minimal penarikan adalah Rp100 ribu dan maksimal Rp200 juta per hari. Bahkan untuk WNA, maksimal penarikan adalah Rp10 juta per hari.

Kemudian platform Pintu menetapkan minimal penarikan Rp50 ribu dan tak ada batas maksimal penarikan Rupiah, asalkan dilakukan saat hari kerja Senin-Jumat. Karena untuk akhir pekan dan hari libur nasional, Pintu menetapkan jumlah penarikan tertinggi adalah Rp200 juta per pengguna. Beda Pintu, beda juga Rekeningku yang menetapkan batas minimal penarikan hanya Rp30 ribu.

Sedangkan untuk limit maksimal withdraw di Rekeningku sebesar Rp500 juta per hari yang selalu di-reset pada pukul 00.00 WIB. Tidak seperti ketiga platform sebelumnya, TokoCrypto punya aturan berbeda sesuai level anggota. Di mana untuk KYC Level 0 tidak dapat melakukan deposit dan penarikan dana.

Kemudian untuk KYC Level 1, mendapat limit penarikan sebesar Rp250 juta per hari dan KYC Level 2 yang sudah memperoleh akses premium trading, bisa menarik dana maksimal per hari mencapai Rp3 miliar! Hampir sama seperti TokoCrypto, Luno juga menetapkan beberapa kategori maksimal penarikan dana yakni tak dapat deposit dan menarik dana (level 1), maksimal penarikan Rp25 juta per bulan (level 2) dan tidak ada limit (level 3).

8. Biaya Penarikan Dana

Sama seperti saat melakukan transfer antar rekening di bank-bank konvensional, waktu pencairan atau penarikan uang ke rekening sangatlah cepat. Biasanya permintaan diproses maksimal satu hari kerja, dan hanya butuh waktu 5-10 menit saja. Namun seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, masing-masing exchange punya besaran biaya berbeda.

Luno menetapkan biaya setiap kali penarikan sebesar Rp15 ribu flat. Lalu ada Indodax dengan biaya 0,5% untuk penarikan lebih dari Rp5 juta dan fee sebesar Rp25 ribu untuk pencairan dana kurang dari Rp5 juta. Platform Rekeningku membebankan fee 0,5% dari jumlah penarikan dengan biaya minimalnya Rp7.500.

Sementara dua exchange dengan biaya penarikan dana termurah dipegang oleh TokoCrypto sebesar Rp5.500 flat dan Pintu malah ’hanya’ Rp4.500 flat. Dengan besaran biaya penarikan yang berbeda-beda, tentu Anda bisa mempertimbangkan berapa besar nominal yang ingin dicairkan ke rekening, sesuai dengan kebutuhan dan perhitungan fee.

Alasan Kenapa Anda Harus Mulai Trading Ethereum

alasan jual-beli Ether
© Media Indonesia

Mungkin Anda bertanya-tanya, kenapa sih harus mulai trading Ethereum? Padahal kan mata uang kripto yang memperoleh izin Bappebti di Indonesia ada 229 koin? Kenapa harus Ether? Apakah karena kapitalisasi pasar token digital yang satu ini mengekor Bitcoin? Sebetulnya tidak hanya itu saja. Ada beberapa alasan yang membuat Ether sangat menarik diperdagangkan.

Baca juga: Review Ethereum dan Prediksi Harga Lima Tahun ke Depan

Apa saja? Berikut ulasan beberapa di antaranya:

1. Performa Ethereum yang Gemilang

Alasan pertama kenapa Ether sangat layak dipilih sebagai cryptocurrency saat ini adalah karena performanya yang gemilang. Saat diluncurkan pada Juli 2015, harga Ethereum pertama kali saat itu hanyalah US$0,90 (sekitar Rp12 ribu) per ’keping’. Hanya butuh waktu kurang dari tiga tahun bagi ETH sampai akhirnya menembus level US$1.405,21 (sekitar Rp18,3 juta) per ETH, yang terjadi pada 10 Januari 2018.

Dua tahun terlihat muram, Ether justru memperlihatkan tanda kebangkitan ketika pandemi Covid-19 makin melanda di seluruh dunia. Yap, mulai bulan Agustus 2020, performa ETH terlihat menggembirakan hingga menutup perjalanan di tahun lalu pada level US$681,28 (sekitar Rp9,7 juta). Pencapaian Ether di 2020 ini bahkan dianggap jauh lebih baik daripada Bitcoin.

Tunggu, bukankah nilai tukar Bitcoin jauh lebih tinggi daripada Ether?

Benar.

Namun Ether membuktikan diri menjadi salah satu cryptocurrency yang berhasil pulih dan stabil saat market crash di tahun 2020 lalu. Bahkan pada semester pertama tahun 2020, Ethereum mengungguli pencapaian Bitcoin dalam hal ROI (Return of Investment), dengan kenaikan sebesar 75% di tahun wabah corona membuat banyak perekonomian dunia luluh lantak.

Perkembangan harga Ethereum di tahun 2021 bahkan makin menggila sama seperti mata uang kripto lainnya. Sejak Januari 2021, Ether stabil di atas US$1.000. Pencapaian tergila Ether terjadi pada 12 Mei 2021 yakni di level US$4.132,76 (sekitar Rp58,8 juta) dan US$4.100,03 (sekitar Rp58,4 juta) pada 15 Mei 2021.

2. Peminat Makin Besar

ilustrasi koin Ether
© CNBC

Jika melihat harga Ethereum dari tahun ke tahun yang cenderung besar, tentu dapat disimpulkan kalau mata uang kripto yang satu ini jumlah peminatnya selalu bertambah. Memang pasokan Ether bisa dianggap lebih dari tiga kali lipat Bitcoin yang membuat harganya tidak sampai 1/10 dari nilai tukar BTC. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan kalau peminatnya makin besar.

Peminat yang makin besar sudah pasti membuktikan kalau aset kripto ini sangat layak untuk dipilih. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Ethereum dikembangkan lewat sistem crowdfunding pada tahun 2014. Dimana sang penemu yakni Buterin, berhasil meraih dana sebesar US$100 ribu (sekitar Rp1,1 miliar) dari organisasi Thiel Fellowship, dan US$18 juta (sekitar Rp213 miliar) yang dibantu developer Dr.Gavin Wood dan Joseph Lubin.

Total dana ratusan miliar itu adalah bukti nyata bahwa sejak awal kemunculannya, Ethereum sudah menarik banyak orang. Terbukti hanya dalam waktu kurang dari tiga tahun sejak diluncurkan pada 2015, nilai tukar Ether sudah berubah dari kurang dari satu Dolar AS, jadi lebih dari US$1.400! Tak heran kalau ETH sangat konsisten dengan kapitalisasi pasar yang besar.

Apalagi banyak sistem pelelangan NFT (Non Fungible Token) yang mempermudah pada pekerja content creator seperti seniman, animator, desainer, developer hingga fotografer yang menjual karyanya secara lelang. Di mana Ethereum menjadi tempat DeFi (Decentralized Finance) dan NFT yang membuat peminat Ether terus melambung.

3. Teknologi Blockchain Ethereum

Meskipun sama-sama dioperasikan dalam sistem blockchain, faktanya teknologi platform Ethereum berbeda dengan Bitcoin. Sudah disinggung sebelumnya jika Ethereum adalah jaringan terdesentralisasi yang di atasnya bisa dibangun banyak aplikasi. Sejak tahun 2016, Ethereum terpisah dari dua jaringan blockchain yakni Ethereum dan Ethereum Classics agar perlindungannya makin kuat.

Tak heran kalau akhirnya banyak praktisi kripto yang menyebutkan Ethereum sebagai infrastruktur yang bisa saja merevolusi wajah industri keuangan dan teknologi di masa depan. Bitcoin bolehlah berbangga sebagai pencetus blockchain, tapi Ethereum melakukan sejumlah inovasi teknologi yang luar biasa dalam jaringan blockchain mereka.

Mulai dari adanya fitur smart contract yang membuat transaksi jual-beli tak bisa dibatalkan atau diubah, dApps (Decentralized Application) yang merupakan teknologi aplikasi dengan server berbeda-beda sehingga sulit diretas, sampai jaringan blockchain yang ramah lingkungan. Yap, Anda tentu tahu bahwa industri cryptocurrency memang sangat boros daya listrik.

Baca juga: Apa Benar Investasi Minimal Trading Bitcoin Cukup Rp5 Ribu Saja?

Bitcoin misalnya.

Untuk melakukan mining (penambangan) Bitcoin, Anda harus membutuhkan perangkat komputer super canggih dengan spesifikasi fantastis, demi memecahkan algoritma-algoritma matematika super rumit di setiap blok Bitcoin. Untuk bisa menjalankan perangkat komputer tersebut, sudah pasti membutuhkan daya listrik luar biasa besar.

Semakin tinggi daya listrik, emisi karbon yang dikeluarkan server Bitcoin makin besar. Anggap saja ada jutaan komputer yang sedang melakukan mining Bitcoin, pastinya daya listrik dan emisi karbon yang dihasilkan bisa mencemari lingkungan. Tak ingin melakukan kesalahan yang sama, Ethereum disebut-sebut tak butuh daya listrik sebesar penambangan Bitcoin.

Demi mewujudkan teknologi keuangan yang eco-friendly alias ramah lingkungan, ke depannya untuk mendapatkan Ether tak perlu lewat mining. Namun bisa diperoleh melalui jalur staking yang cuma membutuhkan perangkat laptop biasa dan jaringan internet. Berbagai teknologi yang terus dikembangkan ini jadi alasan kenapa trading Ethereum sangat menjanjikan.

4. Prediksi Harga Menjanjikan

Tak bisa dipungkiri kalau cuan adalah pertimbangan utama saat memilih instrumen investasi. Bicara soal cuan, tentu mengenai selisih harga beli dan harga jual. Makin besar selisihnya seperti Anda beli instrumen investasi seharga Rp5 juta lalu saat dijual dalam kurun waktu setahun jadi Rp25 juta, tentu sudah pasti menguntungkan, bukan?

Jika konsep demikian yang Anda patuhi, investasi alias trading Ethereum jelas memenuhi syarat. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pergerakan Ether sejak tahun 2015 hingga 2021 terus memperlihatkan tren meningkat. Bahkan berbagai analisa Ethereum 2021 menyebutkan kalau mata uang kripto yang satu ini berpeluang bisa melambung lagi.

Dilansir Nextren, harga Ether sudah meningkat lima kali lipat atau lebih dari 400% dari awal tahun hingga Mei 2021. Menanggapi hal itu, Oscar Darmawan selaku CEO Indodax menjelaskan kalau kenaikan harga Ether ini disebabkan oleh sambutan positif para developer atas jaringan Ethereum yang baru. Sekadar informasi, Ethereum kini sedang proses upgrade ke Ethereum 2.0.

Fakta bahwa teknologi Ethereum bisa ’melahirkan’ mata uang-mata uang kripto baru adalah alasan kenapa harganya akan tetap gemilang di sepanjang 2021. Hal inilah yang membuat Ether sebagai salah satu cryptocurrency yang memang layak dipilih, terutama jika Anda ingin melakukan diversifikasi investasi aset kripto, tak hanya Bitcoin.

Melalui upgrade kali ini, Ethereum sudah memberikan informasi soal road map proof of staking dan sharding, kedua fitur yang sangat ditunggu-tunggu. Nantinya sharding bisa memperluas kapasitas transaksi Ethereum karena sanggup membagi databse jadi 64 blockchain mini baru sehingga tak akan ada lagi kemacetan di jaringan blockchain Ethereum.

Risiko-Risiko Trading Ethereum yang Harus Diperhatikan

risiko pilih Ether
© TokoCrypto

Kendati memiliki banyak alasan dan berbagai keunggulan, Ether seperti halnya instrumen investasi pada umumnya, juga memiliki risiko. Bahkan jika dibandingkan dengan aset lainnya, risiko cryptocurrency seperti halnya Ethereum, jauh lebih besar. Kenapa begitu? Karena pergerakan harganya yang di luar akal sehat.

Bahkan kepada Kontan, Vinsensius Sitepu selaku pendiri Mahapala Multimedia, cukup sulit menilai jika mata uang kripto bisa menjadi instrumen digital yang cocok dalam investasi jangka pendek atau jangka panjang. Karena menurut Sitepu, pergerakan harga cryptocurrency masihlah bergantung pada banyak-sedikitnya permintaan dan penawaran di pasar selama 24 jam.

Lantas bagaimana untuk mengatasi kekhawatiran itu tapi tetap ingin trading Ethereum atau investasi mata uang kripto lainnya?

Menurut Constantin Papadimitriou selaku Co-Founder XBlockchain, calon investor dan para trader bisa mempertimbangkan terlibat dalam ICO (Initial Coin Offering). Selayaknya IPO (Initial Public Offering) di pasar saham, ICO adalah proses penggalangan dana untuk membentu mata uang kripto yang bakal dirilis di pasar.

Baca juga: 10 Broker Crypto Terbaik Indonesia dan Luar Negeri

Ketika Anda mengincar cryptocurrency saat ICO berlangsung, sudah pasti akan memperoleh harga yang sangat murah. Barulah ketika mata uang kripto itu meluncur di pasaran beberapa tahun mendatang dan berharga tinggi berkali-kali lipat, Anda bisa mulai menjualnya sehingga memperoleh keuntungan selangit.

Hal inilah yang membuat investasi pada cryptocurrency dipandang jauh lebih baik daripada sekadar trading. Trading seperti halnya dengan Ethereum, dilakukan dalam jangka waktu singkat bahkan durasi perharian. Di mana keuntungannya memang diperoleh dari pergerakan harga sehari-hari. Namun ketika nilai Ether anjlok, Anda tentu bisa merugi.

Supaya lebih waspada lagi, berikut beberapa risiko investasi dan trading Ethereum yang wajib Anda perhatikan beserta solusinya:

  • Disebut bakal berperan pada sistem komputasi global dan industri moneter, peminat Ether memang meningkat dan membuat sifat mata uang kripto ini sangat volatil. Bahkan volatilitas yang luar biasa tinggi membuat pergerakan harga Ether tak terkendali. Harga Ether dapat anjlok dan melambung dalam waktu singkat tanpa bisa diprediksi. Bagaimana solusinya? Mulai trading dengan modal kecil serta mempelajari informasi perihal pasar kripto sebaik mungkin
  • Ada banyak sekali negara yang melarang peredaran cryptocurrency. Mata uang kripto dianggap memicu economic bubble karena terdesentralisasi. Beberapa negara yang akhirnya melarang keberadaan aset kripto langsung membuat harga mata uang digital ini bergejolak yang tentunya mengganggu model bisnis berbagai mata uang kripto termasuk Ether
  • Meskipun jaringan blockchain Ethereum dijamin aman termasuk transaksi yang tak bisa dibatalkan atau diubah, tetap saja tidak kebal dari aksi peretasan online. Ada banyak cerita wallet-wallet cryptocurrency dibobol para hacker dan merugikan pemiliknya. Untuk mengatasi hal ini, kini disarankan menyimpan wallet pribadi pada perangkat komputer canggih
  • Kendati mengklaim diri sebagai blockchain dengan smart contract, ternyata tidak dimiliki oleh Ethereum seorang diri. Saat ini ada banyak cryptocurrency yang menggunakan sistem sama seperti Cardano dengan ADA coin atau BSC (Binance Smart Chain) dengan BNB (Binance coin) yang punya skalabilitas lebih baik daripada Ethereum, meskipun ekosistem smart contract Ethereum tercatat masih yang paling unggul
  • Risiko dari trading Ethereum terakhir adalah di Indonesia masih rawan menjadi aksi penipuan para oknum tak bertanggung jawab. Yap, ada banyak cerita orang yang menawarkan investasi cryptocurrency dengan keuntungan menggiurkan yang ternyata investasi bodong, sehingga uang yang sudah disetorkan masyarakat dibawa kabur

Meskipun risiko tersebut membuat banyak orang masih pikir-pikir untuk melakukan perdagangan Ether, tak bisa dipungkiri jika mata uang kripto yang satu ini sangat menjanjikan. Pergerakan harga Ether, kapitalisasi pasar yang masih besar dan berbagai teknologi yang dijanjikan, membuat Ether layak menjadi pesang kuat Bitcoin.

Dengan cara trading Ethereum yang sangat mudah, Anda sebagai trader atau investor pemula tentu tak akan kesulitan. Sekalipun mungkin baru pertama kali mencoba peruntungan di pasar kripto, Ether akan bisa memberikan keuntungan yang besar asalkan Anda paham betul segala risiko dan mempelajari seluk beluk pasar kripto. Jadi, semangat jadi trader Ether, ya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *