Tips Menabung Untuk Gaya Hidup Cashless Tanpa Tersiksa

Keuangan374 Dilihat

Gaya hidup cashless menjadi cara bertransaksi yang sudah biasa dan banyak di pilih di tengah berkembangnya teknologi keuangan saat ini. Namun terkadang, gaya hidup cashless juga bisa membuat kita agak kesulitan untuk menabung.

Apalagi jika kita punya hobby traveling ataupun refreshing rutin seperti hang out di cafe dll. Sudah coba tips menabung ini dan itu tapi tetap saja setiap bulannya gaji hanya numpang lewat saja di dompet digital.

Menabung itu rasanya sangat menyiksa. Tidak bisa traveling, refreshing atau melakukan hal-hal yang Anda sukai. Bahkan saat kita merasa tidak membeli apa-apa, tapi kok uang gaji rasanya menguap entah kemana.

Selain itu padahal setiap tahunnya ada kenaikan gaji. Disisi lain kita mungkin paham nilai penting dari menabung, baik itu untuk tujuan keuangan dan juga dalam membentuk kebiasaan menjadi smart buyer di kemudian hari.

Jika Anda mengalami hal ini, mungkin ada yang perlu di perbaiki dari cara Anda menabung. Karena sebenarnya walaupun Anda menganut gaya hidup cashless, Anda masih bisa menabung sekaligus melakukan hal-hal yang Anda suka. Bagaimana caranya?

Nah untuk Anda yang punya gaya hidup cashless tapi masih merasa tersiksa dan selalu gagal saat menabung, berikut adalah tips menabung yang bisa Anda ikuti!

1. Hati-hati dengan Fenomena Latte Factor

Pernah mendengar tentang Latte Factor? Istilah Latte Factor ini sebenarnya di gunakan oleh salah satu motivator yang juga merupakan pengusaha sukses bernama David Bach.

Latte factor adalah sebutan untuk fenomena orang-orang yang menghabiskan penghasilan mereka untuk membeli hal-hal kecil tiap harinya walaupun belum tentu barang tersebut memang benar-benar penting.

tips menabung  Hati-hati dengan Fenomena Latte Factor
Hati-hati dengan Fenomena Latte Factor

Nah, Latte Factor ini sering dilakukan oleh orang-orang tanpa mereka sadari dan juga di lakukan oleh para millenial.

Baca juga yuk, 8 Cara Menghindari Gaya Hidup Boros Untuk Milenial, Wajib Dicoba!

Dalam bukunya yang berjudul “The Latte Factor: Why You Don’t Have to Be Rich to Live Rich” menurut Bach, Latte Factor ada 7 macam. Tapi kali ini kita akan membahas 2 diantaranya yang sering sekali kita hadapi sehari-hari, apa itu?

Kopi

Saat ini, trend kedai kopi sedang naik-naiknya. Para millenial pun tidak segan untuk membeli secangkir kopi setiap harinya. Bahkan bukan hanya secangkir, adanya kedai kopi hampir di setiap sudut jalan membuat kita terstimulus untuk membeli kopi.

Mau berangkat ke kantor, ngantuk beli kopi. Siang-siang sedang ngantor ngantuk, pesan kopi. Pulang kerja capek dan ngantuk beli kopi lagi.

Meskipun harga kopi itu murah, ya sekitar Rp 20 ribuan/ cup dan jauh di dibandingkan dengan gaji Anda tapi ternyata kopi menjadi salah satu Latte Factor yang di kemukakan Bach.

Coba hitung berapa pengeluaran Anda untuk membeli kopi dalam sebulan? Apakah nominalnya masih terhitung kecil? Pasti masih banyak yang tidak menyadari kalau uangnya banyak di keluarkan hanya untuk membeli kopi setiap harinya.

Kita ambil contoh, kopi di kedai saat ini paling murah Rp. 18 ribuan/ cup. Lalu di tambah ongkirnya Rp 6 ribu, jadi total Rp 24 ribu/ hari x 30 hari = Rp 720 ribu/ bulan. Itu jika hanya 1 gelas saja per hari, Anda bisa menghitung sendiri jika Anda terbiasa membeli kopi lebih dari 1 gelas per harinya. Belum lagi jika Anda merokok, biasanya kopi + rokok menjadi paket “cemilan”.

Jika gaji Anda Rp 10 juta/ bulan maka Anda menghabiskan 10% atau bahkan lebih dari itu hanya untuk menu kopi, ini belum cemilan yang lainnya. Itu kalau gaji Anda Rp 10 juta/ bulannya, kalau kurang dari itu? Hm..coba tarik nafas yang dalam dan fikirkan kembali kebiasaan ini.

Belanja (e-commerce)

Tahukah Anda kalau selama PSBB kemarin penjualan di e-commerce meningkat sebesar 10%. Kira-kira siapa pelakunya? Ya kita-kita ini yang mungkin selama PSBB sering sekali scrolling flash sale di e-commerce.

Selain itu, promo gratis ongkir terkadang membuat kita kalap, misalnya harga barang yang ingin kita beli adalah sebesar Rp. 30 ribu saja, tapi karena ketentuan gratis ongkir minimal belanja Rp 50 ribu maka kita menambahkan barang-barang lainnya yang tidak terlalu kita butuhkan supaya jumlahnya Rp 50 ribu.

Ada juga pengiriman instant yang mengharuskan kita menambah ongkir. Padahal barangnya akan di pakai minggu depan tapi karena tidak sabar jadi rela menambah ongkir.

Nah, hal-hal seperti itu tanpa di sadari membuat kita mengeluarkan uang lebih dari jumlah yang kita keluarkan. Seperti halnya membeli cemilan di minimarket.

Niatnya hanya membeli 1 cemilan yang harganya Rp. 10 ribu, tapi ketika membayarnya di kasir jadi bisa puluhan ribu. Jadi memang tidak terasa, tapi jika ditumpuk barulah terlihat berapa banyak pengeluaran tidak penting yang kita keluarkan untuk berbelanja di e-commerce.

2. Renungkan Tentang Tujuan Keuangan

Tips menabung yang kedua adalah merenungkan tujuan keuangan. Sebagian orang mungkin berpikir, gaji habis tapi sejauh ini kita masih bisa hidup kok jadi apa masalahnya? Ya mungkin itu memang ada benarnya. Tapi bagaimana jika di tengah bulan laptop kita yang biasa digunakan untuk bekerja tiba-tiba rusak? Atau bagaimana jika motor/ mobil kita tiba-tiba mogok dan perlu biaya yang cukup mahal?

Renungkan Tentang Tujuan Keuangan
Renungkan Tentang Tujuan Keuangan

Kita mungkin bisa menggunakan pinjaman online, tapi itu artinya gaji kita di bulan depan akan di potong untuk membayar hutang.

Konsekwensinya, kita mungkin harus memangkas uang makan, uang, transport dan kebutuhan wajib bulanan kita. Inilah yang menjadi awal mula kerumitan masalah finansial bisa terjadi.

Dari kasus di atas, kita mungkin mulai perlu merenungkan hal-hal yang pasti kita butuhkan di masa depan dan menjadikannya sebagai landasan tujuan keuangan kita.

Misalnya untuk dana darurat, untuk biaya menikah, asuransi kesehatan dll. Ini nantinya akan menjadi arah untuk apa kita menabung.

3. Membuat Alokasi Kebutuhan Primer, Sekunder dan Tersier

Setelah kita membuat tujuan keuangan, ada baiknya kita membuat alokasi kebutuhan harian secara lebih rinci. Karena ternyata banyanya penawaran dan iklan di sana sini membuat alokasi umum untuk kebutuhan rutin saja tidak cukup.

Pada praktiknya kita perlu benar-benar memahami apa hal-hal yang bisa kategorikan sangat penting, cukup penting dan tidak terlalu penting untuk kita beli.

Membuat Alokasi Kebutuhan Primer, Sekunder dan Tersier
Membuat Alokasi Kebutuhan Primer, Sekunder dan Tersier

Jadi yang penting disini adalah definisi dari kebutuhan primer, sekunder dan tersier yang nantinya kita gunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi dan memilih penawaran-penawaran yang datang. Untuk membantu Anda, mungkin Anda bisa menggunakan definisi di bawah ini :

  • Kebutuhan primer : sifatnya mendesak, tidak bisa di hilangkan, jika dihilangkan akan berakibat fatal. Contohnya : makan, tempat tinggal, listrik, air, transportasi
  • Kebutuhan sekunder : sifatnya mendukung kebutuhan primer, tapi masih bisa di tunda.
  • Kebutuhan tersier : sifatnya lebih netral, bisa mendukung tapi jika tidak di penuhi saat ini juga tidak masalah.

Mengindentifikasi jenis-jenis kebutuhan ini juga bisa membuat kita merefleksikan keinginan-keinginan yang ada. Dari manakah asal keinginan tersebut, apakah dari kebutuhan primer, sekunder atau tersier.

Perlu Anda ketahui kebutuhan primer orang-orang juga berbeda-beda. Bisa jadi dalam jenis pekerjaan yang tingkat stress sangat tinggi, kebutuhan refreshing menjadi kebutuhan primer yang harus di penuhi, entah bagaimanapun praktik pengelolaannya.

4. Tentukan Berapa Nominal Isi Dompet Digital Tiap Bulannya

Salah satu media transaksi bagi kita yang terbiasa bertransaksi cashless adalah dengan menggunakan dompet digital. Dengan fitur dompet digital yang bisa langsung terhubung dengan kartu debit, seringkali membuat kita kita sering tidak sadar dalam mengeluarkan uang. Ada promo dari dompet digital A, langsung “tap” sana sini dari smartphone.

Tips menabung tentukan Berapa Nominal Isi Dompet Digital Tiap Bulannya
Tentukan Berapa Nominal Isi Dompet Digital Tiap Bulannya

Sesuai namanya, sebaiknya dompet digital memang digunakan untuk keperluan kita yang sifatnya jangka pendek karena mudah digunakan.

Sementara yang sifatnya untuk saving jangka menengah dan jangka panjang bisa menggunakan media lainnya seperti deposito, reksadana, dll.

Tapi supaya pengeluaran Anda bisa di kendalikan, sebaiknya saat Anda memisahkan uang gaji untuk di tabung di awal bulan, Anda juga perlu menentukan berapa nominal isi dompet digital yang biasa Anda gunakan.

Anda bisa memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang perlu menggunakan dompet digital dan menjumlahkannya. Nah, itulah jatah dompet digital Anda untuk bulan ini.

Baca ulasan lainya, Strategi Mengatur Keuangan Dengan Gaya Hidup Minimalis dan Sederhana

Jangan lupa untuk rutin mengecek sisa nominal saldo dari dompet digital supaya Anda bisa ingat untuk mengestimasi pengeluaran selanjutnya. Jika Anda belum bisa mengendalikan diri, ada baiknya tidak mengaktifkan fitur connected dari dompet digital ke kartu kredit/debit.

5. Gunakan Aplikasi Transfer Uang Gratis

Terkadang kita tidak hanya menggunakan 1 dompet digital saja sehingga perlu mentransfer antar dompet digital. Tapi perlu di ingat, ada biaya admin untuk bisa melakukan transfer antar dompet digital karena kebanyakan e-wallet saat ini memberlakukan biaya transfer ke bank, belum lagi biaya admin untuk mengisi ulang e-walletnya.

Walaupun tidak seberapa, tapi jika frekuensi transfernya sering maka jumlahnya juga tidak akan kecil ketika di jumlah.

Fitur Tarik Tunai OY! Indonesia
Gunakan Aplikasi Transfer Uang Gratis

Jika Anda sering menggunakan beberapa e-wallet sekaligus dalam melakukan transaski sehari-hari, coba instal aplikasi transfer uang gratis seperti OY! Indonesia misalnya.

Atau ada juga e-wallet yang memberikan fasilitas gratis transfer antar bank seperti DANA. Namun jika menggunakan DANA, Anda mungkin bisa mentransfer gratis ke rekening bank tapi harus tetap menyiapkan biaya admin isi ulang yang di berlakukan masing-masing e-wallet.

6. Buat Daftar Refreshing dan Budgetnya

Tips menabung yang terakhir, untuk Anda yang punya kebutuhan refreshing bulanan atau hobby traveling, yang perlu Anda lakukan adalah me-manange-nya. Karena kalaupun di stop Anda pasti akan mengorek-ngorek caranya dan malah tersiksa.

Tapi tenang saja, Anda masih tetap bisa menabung kok. Caranya buat dulu daftar refreshing bulanan Anda beserta budgetnya. Sesuaikan dengan kebutuhan lainnya ya, di sarankan tidak lebih dari 10% gaji bulanan Anda.

Buat Daftar Refreshing Bulanan dan Budgetnya
Buat Daftar Refreshing dan Budgetnya

Atau misalnya Anda punya hobby traveling beberapa bulan sekali. Nah Anda bisa menggunakan dana ini untuk melakukannya. Jika demikian, disarankan menggunakan e-wallet/ rekening lain dalam menyimpannya.

Baca artikel lainya yuk, 6 Cara Mengendalikan Gaya Hidup Konsumtif dengan Paham Finansial

Dengan membuat rencana refreshing seperti ini setidaknya Anda tetap bisa melakukan hal yang Anda sukai dan bisa mengurangi resiko untuk “kebobolan” dan akhirnya gagal menabung.

Penutup

Ternyata besarnya gaji tidak lantas membuat seseorang bisa menjadi kaya. Apalagi dengan kecanggihan tekenologi keuangan saat ini, selain efek positifnya ada juga pengaruh negatif yang harus kita hadapi supaya tetap bisa menabung dengan cara yang tidak menyiksa tentunya. Selain 6 tips diatas, sebenarnya ada hal yang tidak kalah pentingnya untuk bisa berhasil menabung yakni sempatkanlah mengevaluasi keuangan setiap bulannya. Semoga tips menabung di atas bermanfaat untuk Anda, khususnya penganut transaksi cashless agar tetap bisa menabung sambil menjalankan hobby.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *