9 Tips Diversifikasi Portofolio Investasi yang Bisa Anda Lakukan

Investasi450 Dilihat

Pernah mendengar pepatah “Don’t put all your eggs in one basket”? Pepatah ini mungkin cocok untuk menggambarkan mengapa diversifikasi investasi sangatlah penting bagi para investor. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir resiko kerugian besar dari portofolio investasi yang di pilih dengan menempatkan dana investasi pada beberapa instrumen investasi yang berbeda.

Menurut Nico Laurens (Head of Research of Panin Sekuritas) sebenarnya tidak ada aturan ataupun desain diversifikasi investasi yang baku karena setiap investor biasanya sudah memiliki style tersendiri dalam melakukan investasi yang sesuai dengan masing-masing investor. Jadi Anda tidak bisa langsung menyamakan portofolio investasi Anda dengan orang lain.

Meskipun begitu, kita tetap wajib belajar bagaimana cara diversifikasi investasi dengan lebih teliti dalam pemilihan aset maupun penyesuaian profil resiko. Selain itu tidak ada salahnya untuk belajar mendiversifikasi investasi dari mereka yang sudah terbukti sukses di bidang ini.

Apalagi jika kita adalah pemula, mungkin masih bingung hal-hal apa sih yang penting di perhatikan saat melakukan pembagian instrumen portofolio investasi. Untuk itu mari kita simak beberapa tipsnya berikut ini!

1. Pertimbangkan Risk Tolerance

Hal pertama yang penting Anda perhatikan dalam melakukan diversifikasi adalah mengindentifikasi risk tolerance Anda sebagai investor. Risk tolerance ini berkaitan dengan tingkat toleransi Anda pada resiko investasi.

Jadi bisa di katakan bahwa risk tolerance itu mengukur sejauh mana keberanian dan kemampuan Anda dalam menerima resiko innvestasi yang ada. Untuk itu maka Anda harus mengenali diri sendiri dulu.

Secara umum ada 3 tipe risk tolerance yang di miliki inverstor yakni :

  1. Konservatif (Risk Averter Investor), yaitu investor yang sama sekali tidak ingin kehilangan uangnya dalam proses berinvestasi alias mau main aman saja.
  2. Konservatif Moderat (Risk Moderate Investor), yakni tipe investor yang keberanian dan toleransi kehilangan uangnya berada di level tengah-tengah. Biasanya ia memiliki pengetahuan yang cukup tentang investasi dan berani kehilangan sebagian kecil uangnya dalam berinvestasi
  3. Moderat Agresif (Risk Taker Investor), yakni investor yang punya keberanian besar hingga kehilangan seluruh uangnya untuk mendapatkan hasil return yang paling maksimal

Kira-kira saat ini Anda termasuk tipe investor yang mana? Untuk bisa menjalani proses investasi yang tidak bikin trauma, Anda perlu jujur kepada diri sendiri untuk menjawabnya.

Jangan sampai kita hanya ikut-ikutan saja. Jika sudah mendapatkan jawaban, yuk kita lanjut ke aspek penting kedua yang perlu di pertimbangkan dalam mengatur portofolio investasi kita.

2. Perhatikan Time Horizon

diversifikasi investasi perhatikan time horizon
Time Horizon

Kedua, pertimbangkan juga time horizon atau kapan Anda akan menggunakan dana yang Anda investasikan tersebut. Jadi, ini pastinya berkaitan dengan tujuan keuangan Anda dalam berinvestasi. Apakah untuk dana pendidikan anak 10 tahun lagi, dana pensiun sekitar 25 tahun lagi dll.

Time horizon sangat penting untuk di masukan dalam pertimbangan diversifikasi karena akan mempengaruhi produk investasi apa yang lebih cocok untuk tujuan investasi Anda.

Misalnya, dana pensiun bisa di tempatkan pada instrumen investasi yang bersifat high risk karena masa pemakaiannya masih lama.

Contohnya saham atau reksadana saham. Meskipun nilai investasi Anda turun keesokan harinya atau 2-3 tahun kemudian, itu tidak akan membuat Anda rugi selama dana tidak di ambil saat itu.

Tapi jika tujuan keuangan Anda hanya memerlukan 2-3 tahun saja, sebaiknya tidak menggunakan instrumen investasi yang high risk. Anda bisa memilih instrumen lain yang lebih rendah resikonya misalnya seperti reksdana pendapatan tetap, atau obligasi.

3. Meniru Gaya Investor Terkemuka

Dalam diversifikasi portofolio investasi kita bisa mencontoh pola-pola yang di lakukan para investor besar dunia seperti Warrent Buffet, Peter Lynch, dll.

Tapi meniru disini bukan berarti Anda menjiplak langsung gaya investor lain, melainkan belajar dari mereka. Aspek-aspek apa saja yang mereka pertimbangkan lalu menganalisanya dalam konteks kita sendiri.

Investor-investor besar yang di sebutkan di atas memiliki gaya investasi yang berbeda-beda tapi hampir semuanya cenderung menerapkan value investing (investasi jangka panjang).

Dalam value investing, ada aspek-aspek yang wajib di perhatikan sepperti rasio pada fundamental perusahaan, nilai intrinsik saham tersebut serta MoS (margin of safety).

Secara umum, strategi value investing ini membuat Anda bisa menemukan saham yang tergolong undervalued (harganya di bawah normal) sehingga berpotensi tinggi naik berkali-kali lipat di kemudian hari.

4. Pertimbangkan Berinvestasi Pada Saham dengan MoS yang Besar

Pertimbangkan Berinvestasi Pada Saham dengan MoS yang Besar
Berinvestasi Pada Saham

Seperti yang di sebutkan sebelumnya, MoS (margin of safety) merupakan salah satu unsur penting dalam value investing. Saham-saham yang memiliki margin of safety yang besar artinya saham-saham tersebut memiliki batas aman yang tinggi.

Berinvestasi pada saham ini akan meningkatkan potensi return Anda karena saham-saham tersebut meruapakan saham yang termasuk low risk high return. Namun untuk mengetahui MoS, Anda perlu tahu nilai instrinsik saham atau nilai saham yang sebenarnya.

Dalam memperhitungkan nilai intrinsik perlu melibatkan pertimbangan dari segi aset yang terlihat (ekuitas saham) maupun aset yang tidak terlihat seperti prospek perusahaan, nama besarnya dan lain sebagainya.

Misalnya saham ABCD memiliki nilai instrinsik Rp. 1000/ lembar saham. Saat ini harganya adalah Rp 500/ lembar saham, maka saham ABCD memiliki MoS sebesar 50%.

5. Memanfaatkan Momentum

Jika Anda merupakan salah satu investor yang mengelola investasinya sendiri, mungkin Anda juga bisa mencoba memanfaatkan momentum dalam melakukan diversifikasi investasi. Hal ini berarti alokasi aset investasi akan di sesuaikan dengan kondisi-kondisi potensial yang ada.

Misalnya pada saat market turun (downtrend) di tahun 2020 kemarin Anda bisa menempatkan dana investasi pada sektor yang defensif seperti consumer goods. Sektor ini cenderung tetap stabil atau performanya termasuk paling baik meski pasar sedang mengalami downtrend.

Saat itu juga banyak sekali saham-saham blue chip yang diskon cukup besar, Anda juga bisa memilih saham-saham tersebut karena potensi naik setelah pasar kembali stabil cukup tinggi.

6. Mengatur Alokasi dan Rasio Investasi

Tips Diversifikasi Investasi yang Bisa Anda Lakukan
Mengatur Alokasi dan Rasio

Selanjutnya Anda bisa mengatur portfolio investasi dengan mengatur alokasi dan rasionya. Dengan mencampur portfolio pada berbagai aset yang berbeda bisa membuat investasi yang Anda lakukan lebih efektif.

Sebagai contoh, Anda memerlukan dana sebesar Rp 300 juta untuk dana pendidikan anak 10 tahun lagi. Hari ini Anda hanya memiliki Rp 150 juta saja, maka Anda bisa menempatkannya di instrumen saham. Lalu sisanya Anda cicil melalui reksadana pendapatan tetap dan obligasi.

Yuk baca apa itu reksadana di, Apa itu Reksadana? Berikut Penjelasan Lengkapnya!

Mengenai pertimbangan rasionya bisa Anda atur sendiri sesuai time horizon ataupun dengan mempertimbangkan investor type Anda masing-masing. Generasi milenial biasanya termasuk tipe investor moderat atau agresif.

Contoh alokasi dan rasio bagi investor moderat bisa menggunakan komposisi berikut : 40% untuk saham, 15% pada properti  : 25% di tempatkan di deposito: dan reksadana 15%.

7. Diversifikasi Pada Instrumen Investasi yang di Pilih

Selain menempatkan dana pada instrumen yang berbeda-beda Anda juga bisa melakukan diversifikasi pada instrumen investasi yang di pilih. Coba perhatikan ilustrasi berikut!

Anda punya rencana menikah 6 tahun lagi dan membutuhkan dana sekitar Rp. 250 juta. Setelah melakukan riset mandiri, pilihan Anda jatuh pada reksadana. Anda bisa memilih minimal 2 produk reksadana pada manajer investasi yang berbeda.

Misalnya dengan trend returnnya 15% per tahun, hitunglah berapa jumlah dana yang harus Anda setorkan ke reksadana A dan B setiap bulannya.

Anda juga bisa mempertimbangkan investor type Anda sendiri. Misalnya jika Anda tipe investor moderate, Anda bisa menempatkan dana pernikahan tersebut dengan komposisi 55% reksadana pasar uang, 15% reksadana saham, dan sisanya yakni 30% pada reksanadana pendapatan tetap.

8. Diversifikasi Investasi Berdasarkan Sektor Industri

Diversifikasi Investasi Berdasarkan Sektor Industri
Diversifikasi Investasi

Biasanya diversifikasi investasi berdasarkan sektor industri dilakukan oleh mereka yang sudah cukup senior atau punya pengalaman bertahun-tahun di pasar modal.

Sebab pengaturan investasi seperti ini tentunya memerlukan pemahaman dan pengamatan mendalam terhadap trend sektor masing-masing. Itu artinya kita juga perlu benar-benar mengenali emiten dan ciri khas sektornya.

Tapi jika Anda masih pemula dan ingin belajar melakukan diversifikasi seperti ini, Anda bisa mencoba diversifikasi berdasarkan sektor industri pada reksadana saham sektoral. Bagaimana, Anda tertarik dengan diversifikasi portfolio investasi berdasarkan bidang industrinya?

9. Perkecil Keterlibatan Spekulasi Dalam Berinvestasi

Perlu Anda ketahui, spekulasi dan rumor mungkin akan menjadi makanan sehari-hari saat berhadapan dengan market. Tapi seorang smart investor tidak mengandalkan spekulasi semisal memanfaatkan pergerakan harga yang bisa jadi hanya bersifat sementara dalam keputusan investasinya.

Investor kawakan biasanya justru tidak langsung mempercayai rumor yang beredar karena memiliki segudang “alat” analisa dan prinsip investing yang bertanggung jawab.

Hanya mengikuti rumor maupun spekulasi akan memberikan kerugian alih-alih return yang besar. Jadi jika Anda sudah memutuskan masuk dalam dunia investasi, sebaiknya Anda juga harus belajar mempersiapkan diri dalam menghadapi spekulasi yang ada.

Salah satu caranya adalah dengan mempelajari value-value investasi, membaca laporan keuangan dan juga belajar prinsip-prinsip investasi dari para investor sukses dunia.

Nah jika kita termasuk investor pemula, kita bisa menanyakan kepada diri sendiri bagaimanakah cara kita berinvestasi selama ini? Apakah sudah menggunakan alat analisa dan mendasarkan keputusan investasi pada alasan yang rasional atau cenderung hanya sekedar mengikuti spekulasi saja? Jika spekulasinya lebih besar, yuk mulai ubah hal tersebut sebelum terlambat!

Penutup

Diversifikasi investasi pada dasarnya adalah strategi untuk mengurangi resiko dalam berinvestasi dengan cara meracik portofolio investasi sehingga bisa mendapatkan return atau keuntungan yang lebih seimbang. Jika Anda sudah melakukan diversifikasi portofolio investasi, langkah penting selanjutnya adalah jangan lupa untuk memantau semua instrumen investasi yang Anda pilih secara berkala. Kira-kira 3- 6 bulan sekali Anda perlu memeriksa kembali portofolio Anda, dan melakukan pengaturan ulang jika di butuhkan.

Selain itu jika sebelumnya Anda menempatkan dana pada instrumen investasi yang high risk, ada baiknya kira-kira satu tahun sebelum dana tersebut akan Anda gunakan coba pindahkan ke instrument investasi yang sifatnya lebih low risk. Karena bagaimanapun kita tidak bisa benar-benar memastikan kondisi market. Dengan begitu dana yang akan kita gunakan bisa lebih aman dan siap digunakan sesuai rencana. Demikian tips untuk mengatur portfolio investasi, semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *