7 Tips Agar Bisa Beli Rumah Untuk Sandwich Generation

Keuangan482 Dilihat

Sandwich generation ingin punya rumah, apa bisa ya? Bagaimana mengatur alokasinya? Ikuti terus tips membeli rumah untuk sandwich generation ini sampai selesai ya!

Menjadi sandwich generation memang tidaklah mudah. Disatu sisi status ini adalah derita tapi sisi lainnya ini bisa dijadikan sarana untuk berbakti kepada orangtua. Disatu sisi bangga, tapi juga seringkali mungkin bingung bagaimana mengalokasikan keuangan secara tepat.

Kita makin bingung saat harus memilih antara memenuhi kebutuhan keluarga kecil atau kebutuhan orangtua dulu. “Mending bayar spp anak atau spp adik terlebih dulu ya?”

Apalagi kedepan, kita dan keluarga kecil punya beberapa tujuan keuangan seperti mengumpulkan dana pendidikan anak, memiliki asuransi, liburan bersama, dana pensiun dan juga membeli rumah sendiri. Sementara, penghasilan kita saat ini belum seberapa.

Duh, rasanya pusing 7 keliling!

Tenang dulu, bagi Anda yang merasa menjadi sandwich generation Anda tetap bisa punya rumah sendiri kok. Begini tips membeli rumah untuk sandwich generation dan juga alokasi untuk tujuan keuangan yang lainnya!

1. Periksa Dulu Kondisi Kesehatan Keuangan

Periksa Dulu Kondisi Kesehatan Keuangan
gambar : unsplash.com/ sigmund

Sebelum melangkah kemana-mana, coba periksa terlebih dulu apakah keuangan keluarga kecil Anda dalam keadaan sehat?

Untuk membantu Anda mengeceknya Anda bisa menjawab pertanyaan berikut ini!

  1. Berapa total pemasukan perbulan?
  2. Berapa total pengeluaran perbulan?
  3. Berapa total free cashflow yang tersisa setiap bulan?
  4. Apa saja aset yang sudah Anda miliki?

Ciri pertama keuangan yang sehat adalah kebutuhan bulanan Anda terpenuhi dengan baik. Hal ini bisa di lihat apakah Anda tidak harus mengurangi alokasi setiap menjelang akhir bulan.

Ciri yang kedua, kita sudah terbiasa mencatat pengeluaran sehingga memahami kemana uang kita mengalir.

Kemudian ciri yang ketiga, kita sudah punya dana darurat yang cukup dan memahami portofolio aset yang dimiliki.

Beberapa ciri diatas bisa di jadikan indikator untuk memeriksa kesehatan keuangan kita. Nah sekarang, bagaimana dengan keuangan Anda? Apakah keuangan dalam keadaan sehat ataukah kurang sehat?

Jika Anda ingin lebih tahu bagaimana cara mengevaluasi keuangan pribadi, bisa membaca artikel berikut ini!

Baca juga, Ini Cara Evaluasi Keuangan Pribadi Anda di Tahun 2022

Namun seandainya Anda mengidentifikasi adanya pertanda kurang sehat dari keuangan, jangan panik. Selalu ada jalan untuk memperbaikinya. Anda bisa membaca artikel yang berkaitan dengan hal tersebut disini.

2. Pastikan Punya Dana Darurat yang Cukup

Sekedar mengingatkan saja, sebelum Anda memulai investasi untuk tujuan keuangan apapun pastikan dulu bahwa Anda dan keluarga kecil sudah punya dana darurat yang cukup.

Jika saat melajang Anda biasa menyiapkan dana darurat sebesar 3 kali pengeluaran rutin Anda sendiri, maka sekarang jumlahnya didasarkan pada 12 kali pengeluaran rutin bulanan keluarga kecil Anda.

Misalnya, total pengeluaran bulanan keluarga Anda adalah Rp 5.000.000. Maka Anda perlu menyiapkan dana darurat sebesar Rp 60.000.000. Anda tidak perlu menyiapkannya dari nol jika sudah punya aset sebelumnya.

Aset tersebut bisa di alih fungsikan menjadi dana darurat yang sebagiannya disimpan di dalam tabungan. Contohnya kira-kira Rp 15.000.000 (3 kali pengeluaran rutin bulanan). Lalu sisanya bisa di simpan dalam bentuk emas, reksadana pasar uang atau deposito dengan tenor pendek. Yang penting instrumen keuangan yang digunakan untuk menyimpan dana darurat bersifat likuid (mudah cair).

Bagaimana jika aset kita masih kurang untuk memenuhi kebutuhan dana darurat?

Tidak apa-apa. Jika masih kurang, maka kekurangannya bisa di cicil dengan menyisihkan 5% dari penghasilan bulanan kita.

3. Memiliki Asuransi Sebagai Proteksi

Memiliki asuransi sebagai proteksi
gambar : unsplash.com/ vlad deep

Jenis asuransi utama yang wajib di miliki oleh seluruh anggota keluarga adalah asuransi kesehatan. Sebab asuransi ini berfungsi sebagai proteksi atau perlindungan dari resiko penyakit atau gangguan kesehatan untuk seluruh anggota keluarga.

Minimal Anda sudah memastikan bahwa seluruh anggota keluarga terdaftar dlaam BPJS kesehatan. Selain itu pastikan juga pembayarannya tidak menunggak sehingga kartu bisa aktif digunakan kapan saja.

Lalu bagaimana dengan asuransi jiwa?

Asuransi jiwa sendiri adalah proteksi terhadap resiko kehilangan pendapatan bagi seseorang yang memiliki tanggungan. Maka dari itu, asuransi jiwa diperlukan oleh suami sebagai kepala keluarga.

Namun jika seandainya Anda harus memilih mana dulu yang harus di dahulukan, maka proteksi kesehatan lebih baik untuk di segerakan. Apalagi jika salah satu anggota keluarga punya riwayat mudah sakit, atau perlu penanganan medis (seperti sedang hamil, punya penyakit tertentu yang terkadang kambuh dll).

4. Lakukan Riset Mengenai Tujuan Keuangan

Selain dana darurat dan alokasi untuk proteksi kesehatan juga kehilangan pendapatan, biasanya keluarga kecil punya beberapa tujuan keuangan lainnya. Seperti menyiapkan dana pendidikan anak, dana untuk berlibur bersama hingga membeli rumah.

Namun sayangnya, kadang kita harus di hadapkan dengan situasi yang tidak ideal. Kenyataannya, sebagai generasi sandwich kita masih perlu membantu keuangan orangtua kita. Misalnya bantu membayar spp adik atau bahkan membantu kebutuhan bulanan orangtua.

Permasalahan akan terlihat runyam dan menyisakan rasa putus asa jika hanya dilihat dari satu sudut pandang. Maka dari itu kita perlu riset dan mengamatinya lebih dalam. Berikut contoh riset tentang tujuan keuangan

Dana Pendidikan Anak

Jika salah satu tujuan keuangan keluarga kecil Anda adalah menyiapkan dana pendidikan anak, maka Anda wajib memahami mana yang merupakan :

  • Dana pendidikan jangka pendek (misalnya, PG- TK-SD)
  • Dana pendidikan jangka menengah (SMP-SMA)
  • Dan dana pendidikan jangka panjang (Kuliah)

Kemudian cari tahu berapa jumlah dana yang dibutuhkan dan berapakah yang perlu di sisihkan tiap bulannya. Jika Anda kesulitan menghitungnya, kini beberapa perusahaan finance sudah menyediakan tools kalkulator khusus untuk menghitung dana pendidikan seperti yang di miliki zap finance.

Dana Liburan

Dana liburan adalah contoh tujuan keuangan yang biasanya ingin direncanakan oleh keluarga kecil. Untuk itu, Anda bisa menyisihkan 5% dari pendapatan Anda sebagai pos playing (gaya hidup). Dana liburan akan terkumpul dari pos playing.

Lakukan hal yang sama untuk dana pensiun. Kok sedikit sekali?

Tenang, jika pendapatan kita bertumbuh kita juga bisa menambah alokasi pos playing maupun dana pensiun.

Umumnya, kita menggunakan alokasi 50-30-20 untuk mengelola keuangan. Yang mana 50% pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari (living), kemudian 30% untuk menabung dan investasi (saving) dan sisanya 20% nya untuk gaya hidup (playing).

Namun hal ini tidak selalu pas apalagi jika kita punya tanggungan keluarga yang perlu di bantu dan kondisinya pendapatan pun masih minim.

Membeli Rumah

Memiliki rumah sendiri mungkin menjadi impian banyak keluarga di Indonesia. Walaupun kita termasuk generasi sandwich, tapi dengan perencanaan yang matang, impian tersebut juga bisa realistis kok untuk diwujudkan.

Misalnya Anda dan pasangan ingin membeli rumah sekitar 5 tahun lagi. Langkah selanjutnya adalah memilih harga rumah yang ingin dibeli. Saat ini ada berbagai kelompok harga rumah, ada yang Rp 150 juta, Rp 400 juta, Rp 600 juta dan seterusnya. Kemudian bagaimana metode pembayarannya (KPR, cash, atau cash bertahap).

Baca juga, Pembayaran Rumah Cash, KPR, Over Kredit, Cash Bertahap, Pilih Mana?

Sebaiknya Anda memilih sesuai dengan kemampuan. Tidak apa-apa rumah pertama bukanlah rumah impian, namun setidaknya itu bisa menjadi tangga pertama bagi Anda dan keluarga untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.

Seperti dana pendidikan Anda bisa memanfaatkan kalkulator khusus untuk menghitung mimpi membeli rumah.

Riset Juga Masalah Keuangan Orangtua yang Ingin Kita Bantu

Misalnya saat ini Anda memiliki adik yang sedang menempuh pendidikan SMA yang biaya spp nya Anda bantu. Coba jawab beberapa pertanyaan ini :

  • Berapa biaya spp perbulan, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai lulus.
  • Berapa lama adik Anda bisa mulai belajar hidup mandiri. Untuk ini Anda perlu berdiskusi dengan adik Anda untuk mengetahui perspektifnya. Misalnya ia ingin kuliah namun sambil bekerja part time, ataukah ingin bekerja dulu selama 2 tahun setelah lulus SMA lalu baru lanjut kuliah atau bagaimana.

Jika Anda juga punya tanggungan membantu biaya hidup sehari-hari orangtua :

  • Berapa biaya yang dibutuhkan
  • Apakah orangtua benar-benar perlu dibantu 100% atau masih bekerja/ juga dibantu oleh anggota keluarga lain namun pendapatannya kurang

5. Tetapkan Prioritas dan Strategi

Tips Beli Rumah Untuk Sandwich Generation Tetapkan Prioritas dan Strategi
gambar : unsplash.com/ brett jordan

Setelah data yang kita kumpulkan sudah dirasa cukup, maka saatnya menetapkan prioritas!

Setiap keluarga memiliki kondisi yang berbeda dan tidak persis sama. Oleh karena itu sangat wajar akan ada terjadi perbedaan dalam mengambil keputusan. Namun prinsipnya, tentukan prioritas berdasarkan :

  • Fungsi (apakah hal tersebut memang merupakan kebutuhan utama, sekunder ataukah tersier)
  • Urgensitas (apakah hal tersebut perlu segera di atasi atau tidak)
  • Kemampuan (apakah hal tersebut mampu kita lakukan, jika mampu maka seberapa mampukah kita berdasarkan kondisi saat ini)

Jika prioritas sudah ditetapkan, maka saatnya membagi alokasi pendapatan Anda perbulan. Sebagai contoh, Anda bisa memperhatikan ilustrasi berikut ini!

  1. Hitung pendapatan perbulan (Rp 8.000.000) dan kebutuhan bulanan (tanpa bantu ortu) (Rp 4.000.000)
  2. List tujuan keuangan prioritas : Membantu spp adik Rp 250.000/bulan (2 tahun lagi), bantu kebutuhan harian ortu Rp 500.000/ bulan, sisanya bisa di alokasikan untuk tujuan keuangan lain (dana pendidikan, liburan beli rumah). Sehingga Rp 8.000.000 – Rp 4.750.000 = Rp 3.250.000 (free cash flow)
  3. Membagi alokasi free cash flow tersebut untuk tujuan keuangan lainnya.
  4. Hitung dan amati aset yang dimiliki. Kira-kira mana aset yang bisa membantu Anda membeli rumah, dana pendidikan anak, dan lainnya (sesuai prioritas)? Apakah ada yang bisa di pindahkan ke instrumen keuangan yang lebih baik?

6. Fokus Meningkatkan Pendapatan dan Aset

Sudah mulai mulai terbayang bagaimana menetapkan prioritas dan mencari strategi yang tepat untuk konteks keluarga Anda?

Sekarang yang perlu Anda lakukan adalah fokus meningkatkan pendapatan dan juga aset. Walaupun berat, namun jangan sampai hal ini membuyarkan konsentrasi Anda dalam bekerja.

Coba baca artikel ini agar Anda bisa mengurasi stress dan menjadi semakin tangguh!

7. Bangun Budaya Sadar Finansial di Keluarga

Bangun Budaya Sadar Finansial di Keluarga
gambar : unsplash.com/ sofatutor

Ini tips terakhir agar bisa beli rumah untuk generasi sandwich.

Selain mencari strategi dan usaha untuk memperbaiki kehidupan finansial kita juga perlu membangun budaya sadar finansial di dalam keluarga.

Anda dan pasangan pasti tidak mau mewariskan sandwich generation ini pada anak-anak Anda bukan?

Oleh karena itu ajarkan mereka tentang keuangan sedari dini. Tentunya Anda perlu mengembangkan literasi terkait pendidikan keuangan sesuai usia mereka ya!

Baca juga, 7 Tips Keuangan Untuk Generasi Sandwich

Penutup

Nah itulah ke tujuh tips yang bisa Anda coba agar impian Anda memiliki rumah dan tujuan keuangan lainnya bisa tercapai. Sebenarnya ada yang tidak kalah penting namun belum tersampaikan :

Kita juga perlu disiplin dan memiliki skill pengendalian uang agar keuangan keluarga tidak bocor. Yang kedua, jangan lupa untuk selalu mengkomunikasikan persoalan keuangan bersama pasangan dan keluarga tercinta ya!

Jadi, apakah membeli rumah untuk generasi sandwich itu mungkin? Bagaimana pendapat Anda setelah membaca artikel ini?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *