Review Bitcoin, Calon Mata Uang dan Aset Investasi Masa Depan

Investasi381 Dilihat

Sekitar 5 sampai 10 tahun lalu kalau membicarakan soal cryptocurrency alias mata uang kripto atau mata uang digital, memang tidak banyak orang paham. Namun kini di era serba teknologi canggih dan internet, cryptocurrency hadir sebagai salah satu produk keuangan inovatif. Hal ini pula yang membuat berbagai ulasan review Bitcoin sangat diperlukan.

Tunggu, kenapa harus review Bitcoin sih?

Karena memang tak dipungkiri dari berbagai mata uang kripto yang beredar di dunia, Bitcoin (BTC) memang sangat populer. Ketenaran Bitcoin bahkan membuat banyak orang selalu berpikir jika cryptocurrency itu hanyalah Bitcoin. Padahal faktanya, aset kripto sangatlah banyak dengan jaringan blockchain yang berbeda-beda.

Sebut saja seperti Ether (ETH) dari Ethererum, ADA coin milik platform Cardano, XRP dari Riiple atau yang merupakan mata uang kripto murni bak Bitcoin seperti Litecoin hingga Dogecoin. Hanya saja memang jika dibandingkan dengan nama-nama lain, Bitcoin memang ada di posisi teratas baik dalam hal kapitalisasi pasar maupun nilai tukarnya.

Dari data yang dilaporkan Coindesk pada hari Sabtu (12/6) pagi, aset kripto ini memiliki kapitalisasi pasar $693,11 miliar yang membuatnya paling perkasa di antara cryptocurrency lainnya. Bahkan untuk nilai tukarnya, Bitcoin menembus $37.001,85 (sekitar Rp526 juta) per ’keping’. Lantaran hampir mencapai setengah miliar, Bitcoin memang punya daya tarik luar biasa besar.

Tak heran kalau saat ini ada banyak investor-investor pemula dari kalangan generasi milenial atau generasi Z, rela menggelontorkan uang dalam jumlah besar untuk membeli Bitcoin. Apakah itu benar-benar bikin untung? Ulasan lengkap review Bitcoin kali ini jelas bisa jadi pertimbangan Anda. Sehingga Anda bisa menentukan secara cepat soal investasi Bitcoin ini.

Baca juga: Review ADA (Cardano), Mata Uang Kripto Pesaing Bitcoin dan Ethereum

Mengenal Sejarah Bitcoin dan Mata Uang Kripto

ilustrasi Bitcoin
© Toshi Times

Sebelum membahas bagaimana pergerakan dan untung rugi mata uang kripto yang satu ini, tak lengkap ulasan review Bitcoin tanpa mengetahui bagaimana asal muasalnya. Dan asal muasal Bitcoin tak akan pernah ada tanpa kehadiran cryptocurrency. Untuk itu supaya Anda runtut memahaminya, harus tahu sejak kapan sih mata uang kripto ini akhirnya dikenal masyarakat.

Kendati sangat populer dalam beberapa tahun terakhir terutama sejak pandemi Covid-19, cryptocurrency rupanya sudah hadir jauh lebih lama. Disebut-sebut adalah Wei Dai, seseorang yang mulai menggagas mata uang kripto pada tahun 1998. Hanya saja saat dikenalkan 23 tahun lalu itu, mata uang kripto tidak bisa diterapkan.

Kenapa begitu?

Karena teknologi dan sistem komputasi di tahun 1998 tidaklah secanggih era 2000-an. Sehingga cryptocurrency di masa tersebut tak dapat diemplementasikan. Pengguna cuma bisa menduplikasi mata uang, lantaran tak dapat mencatat transaksinya. Barulah sekitar 10 tahun kemudian, sekelompok atau seorang pengembang bernama Satoshi Nakamoto menemukan solusinya.

Setahun setelah menemukan solusi untuk sistem cryptocurrency, Nakamoto justru malah bikin geger karena merilis Bitcoin. Bukan tanpa alasan kenapa kehadiran Bitcoin bikin gempar dan dibicarakan banyak orang. Karena aset kripto yang resmi dikenalkan pada 3 Januari 2009 itu merupakan mata uang kripto dengan teknologi blockchain pertama sepanjang sejarah manusia.

Menurut Nakamoto, Bitcoin hadir sebagai sistem uang tunai peer-to-peer yang bertujuan untuk menciptakan sistem transaksi elektronik tanpa mengandalkan kepercayaan. Hingga saat, identitas Nakamoto apakah dirinya merupakan kelompok pengembang atau individu tunggal tidak ada yang dapat memastikannya.

Bitcoin kini sudah berjalan selama hampir 12 tahun dan dikontrol lewat perangkat lunak (software) dengan sistem terbuka (open source). Hal ini yang membuat Bitcoin bisa dikembangkan oleh siapapun tanpa harus terbebani urusan hak cipta atau meminta izin terlebih dulu. Agar menjaga nilainya, pasokan Bitcoin ini dijaga jumlahnya maksimal sebanyak 21 juta BTC saja.

Hingga bulan Maret 2021, pasokan Bitcoin yang sudah beredar di pasaran sekitar 18,2 juta yang artinya tinggal menyisakan kurang lebih 2,7 BTC. Pasokan yang terbatas inilah menjadi faktor utama kenapa harga Bitcoin sangatlah fluktuatif. Berbeda dengan investasi emas, Bitcoin dianggap sebagai aset langka yang tentunya bakal punya nilai melambung di masa depan.

Lantas, kapan kira-kira Bitcoin mencapai batas pasokan 21 juta tersebut?

Dalam berbagai review Bitcoin, tak ada yang bisa menjamin dengan pasti ’kepingan’ terakhir Bitcoin itu beredar. Hanya saja beberapa maniak kripto menyebutkan bahwa kemungkinan 8 Oktober 2140 merupakan tahun dimana BTC terakhir dapat ditambang. Hal ini diprediksi berdasarkan kemampuan daya tambang Bitcoin yang masih sama seperti saat blok pertama BTC ’digali’.

Tata Cara dan yang Wajib Disiapkan untuk Menambang BTC

ilustrasi Bitcoin
© pojokbatam.id

Untuk Anda yang baru mempelajari review Bitcoin, tentu akan cukup bingung dengan istilah penambangan. Yap, sama seperti emas, untuk bisa memperoleh Bitcoin, Anda haruslah menambang (mining). Hanya saja jika emas diraih lewat proses penambangan batuan kasar di alam bebas, mining Bitcoin dilakukan secara digital.

Para penambang (miner) Bitcoin menggunakan seperangkat komputer canggih yang terhubung ke internet agar bisa menambang. Jika penambang emas memecahkan batu kuarsa agar mendapat logam mulia tersebut, para miner Bitcoin memecahkan persamaan matematika super rumit agar bisa memperoleh hadiah berupa Bitcoin dalam jaringan blockchain yang luar biasa kompleks.

Nakamoto sebagai sang pengembang rupanya ’menyembunyikan’ Bitcoin dalam blok-blok data yang terlindungi algoritma unik dan serangkaian persamaan matematika. Ada dua jenis hadiah yang bisa didapat miner dari kegiatan mining yakni pecahan BTC untuk setiap blok yang berhasil dikonfirmasi, serta insentif dari biaya transaksi yang dibayarkan pada miner, karena mereka sudah melakukan proses sekaligus verifikasi transaksi.

Setiap miner Bitcoin jelas berpegangan pada prinsip bahwa semakin tinggi biaya transaksi, maka sudah pasti insentif yang diperoleh makin besar. Nantinya ketika seluruh ’kepingan’ Bitcoin sudah selesai ditambang, insentif transaksi inilah yang akan menjadi sumber penghasilan miner karena sudah tak ada blok BTC yang dapat ditambang.

Baca juga: Review Ethereum dan Prediksi Harga Lima Tahun ke Depan

Bicara soal tata cara penambangan Bitcoin, rupanya dalam satu waktu ini terjadi banyak sekali transaksi Bitcoin di jaringan blockchain. Nantinya blockchain melakukan verifikasi transaksi di setiap kelompok oleh para miner. Jika sudah dikonfirmasi, bisa langsung masuk ke rantai blok. Tertarik mendapatkan Bitcoin? Berikut beberapa hal yang harus Anda penuhi dulu:

1. Komputer Khusus Bitcoin Mining

Seperti yang sudah disinggung dalam ulasan review Bitcoin di atas, Anda membutuhkan sebuah perangkat komputer khusus canggih untuk bisa memecahkan persamaan matematika rumit, ketika menambang Bitcoin. Hal inilah yang membuat para miner harus melengkapi diri dengan berbagai perangkat hardware spesifikasi dewa.

Yang pertama adalah Anda harus punya CPU (Central Processing Unit) mumpuni. CPU bertugas untuk menyelesaikan permasalah matematika dalam blok-blok data Bitcoin. Namun karena Bitcoin terus berkembang dan diburu banyak orang, Anda akhirnya membutuhkan GPU (Graphics Processing Unit) yang mampu bekerja lebih cepat daripada CPU.

Tak berhenti di CPU atau GPU saja, para miner juga harus mempunyai FPGA (Field Programmable Gate Array) sebagai unit pemrosesan komputer untuk penambangan Bitcoin. Bahkan kini selaras dengan perkembangan teknologi komputer dan internet yang makin menggila, disediakan pula hardware khusus untuk penambangan Bitcoin yakni ASIC.

Lantaran kemampuannya yang memang khusus untuk mining si aset kripto, ASIC (Application Specific Integrated Circuit) ini dianggap sebagai hardware mining terbaik dan terpercaya saat ini. Bahkan kalau memang tujuan dan profesi Anda adalah miner pemburu Bitcoin, wajib memiliki ASIC. Berapa harganya? Kisaran US$1.000 – 2.694 (sekitar Rp14,2 juta – Rp38,3 juta) per unit.

2. Kolam Bitcoin Mining

Jika Anda sudah melengkapi diri dengan perangkat komputer mumpuni, penambangan Bitcoin bisa dilakukan secara solo mining atau bergabung dalam kolam khusus Bitcoin mining. Karena konsepnya secara kolektif, dalam ’kolam’ ini para miner saling menggabungkan kemampuan hardware mereka demi memperoleh kepingan BTC.

Supaya tidak jadi korban penipuan, pastikan Anda memilih kelompok Bitcoin farming ini yang sudah punya reputasi bagus. Namun ada biaya tambahan yang harus Anda bayarkan ke masing-masing jenis kolam penambangan seperti Slushpool (tarif 2%), pool.BTC.com (2-3%) dan Kanopool (0.9%).

3. Software atau Aplikasi Bitcoin Mining

Tak hanya membekali diri dengan sejumlah hardware alias perangkat komputer super canggih, untuk memecahkan persamaan matematika dalam jaringan blockchain Bictoin membutuhkan software berkualitas pula. Anda bisa memperoleh software ini secara gratis atau berbayar. Lewat software khusus penambangan ini, Anda bisa mengakses jaringan dan database transaksi BTC.

Tak perlu cemas, software mining Bitcoin ini punya beberapa jenis sesuai pengoperasiannya entah di Mac, Windows atau Linux. Beberapa software yang bisa Anda pilih untuk diintegrasikan dengan ASIC seperti CG Miner dan BitMiner.

4. Bitcoin Wallet

Nah, jika hardware, software dan tempat untuk mining sudah ditentukan, hal terakhir yang wajib disiapkat miner adalah Bitcoin wallet alias dompet Bitcoin. Seperti fungsi dari dompet itu sendiri, wallet digital ini berfungsi menyimpan hasil-hasil mining. Karena sifat Bitcoin yang terdesentralisasi, mata uang kripto ini tak bisa disimpan di rekening bank.

Ada tiga jenis wallet khusus Bitcoin yakni varian website, software dan hardware. Mayoritas para pemilik Bitcoin menyimpan kepingan-kepingan aset kripto mereka ini di jenis hardware karena lebih aman, serta tidak terhubung ke internet.

5. Biaya Penambangan dan Hadiah yang Didapat

Jika semua hal di atas sudah Anda persiapkan dan penuhi, maka artinya Anda siap dengan tingginya biaya yang harus dikeluarkan. Yap, untuk bisa membongkar jaringan blockchain super rumit itu, setiap miner harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Dimulai dari biaya hardware dan software, miner pemula harus menyiapkan minimal Rp8,5 juta – Rp14 jutaan.

Tak hanya biaya perangkat komputer, Anda juga harus mengalokasikan dana khusus untuk biaya listrik. Karena bagaimanapun juga, perangkat untuk mining tak mungkin bisa berjalan tanpa adanya daya listrik. Dimana semakin tinggi spesifikasi komputer yang dipakai, biasanya biaya listrik bakal sebanding.

Namun seperti yang sudah disinggung sebelumnya, setiap kegiatan mining tentu berujung pada hadiah sehingga beban pengeluaran akan sebanding dengan penghasilan. Disebutkan bahwa setiap blockchain yang berhasil dipecahkan, miner akan mendapat 12,5 BTC. Hanya saja dalam empat tahur terakhir, jumlah BTC yang diperoleh makin berkurang.

Dimana untuk tahun 2021 ini saja, setiap blok blockchain yang berhasil dipecahkan oleh miner, cuma meraih sekitar 6,25 BTC. Namun jika dikonversikan dengan nilai tukar BTC saat ini yang mencapai Rp500 juta saja, setidaknya Anda sudah meraup minimal Rp3 miliar untuk setiap blok. Sungguh sangat menjanjikan!

Review Bitcoin: Rekam Jejak Harga dan Prediksi Nilai di Masa Depan

rekam jejak harga BTC
© Katadata

Tak lengkap rasanya ulasan review Bitcoin tanpa membahas bagaimana perkembangan harganya di pasar. Setahun setelah dikenalkan oleh Nakamoto, minat akan cryptocurrency memang sangat rendah. Orang-orang selalu berpikir bahwa mata uang fiat tak mungkin bisa terganti, termasuk aset investasi yang bisa dilihat secara fisik adalah utama.

Sementara Bitcoin, merupakan aset kripto yang cuma bisa ditemukan di dunia digital. Tak heran kalau harga Bitcoin pada tahun 2010 masihlah kurang dari US$1, yang artinya satu ’keping’ BTC kurang dari Rp10 ribu (kisaran kurs Rupiah ke Dolar AS per tahun 2010). Dua tahun berjalan, harga Bitcoin mulai merambah naik menjadi US$5-7 (sekitar Rp45 ribu – Rp63 ribu) per BTC.

Harga Bitcoin mulai menyentuh level yang berbeda di tahun 2013 ketika menembus lebih dari ratusan Dolar AS. Setidaknya saat itu dilaporkan kalau satu BTC mencapai US$10-300 (sekitar Rp100 ribu – Rp3,1 juta). Bahkan di penghujung 2013, harga Bitcoin makin menggila yang mencapai level $1.154,93 (sekitar Rp12 juta) pada 30 November.

Diharapkan bisa mencapai posisi serupa di 2014, Bitcoin justru melemah di sepanjang tahun. Level terendahnya terjadi pada 8 Oktober 2014 di level $326,23 (sekitar Rp3,8 juta), sedangkan posisi terbaiknya sudah dialami pada 9 Januari 2014 di level $860,84 (sekitar Rp10,2 juta). Tak berbeda jauh dengan yang terjadi di sepanjang 2014, tahun 2015 sepertinya masih muram bagi Bitcoin.

Coindeks melaporkan bahwa nilai tukar Bitcoin memang cukup terseok-seok di 2015, bahkan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Dimana tercatat level terendahnya di tahun 2015 adalah pada tanggal 16 Januari yakni $220,57 (sekitar Rp2,9 juta) dan pencapaian terbaiknya pada level $438,28 (sekitar Rp5,8 juta) di tanggal 22 Desember.

Meskipun dua tahun cukup terpuruk, tahun 2016 sepertinya adalah momen kebangkitan Bitcoin. Bahkan posisi terburuknya sudah terjadi di awal tahun yakni pada 29 Januari di level $369,13 (sekitar Rp4,9 juta). Semenjak itu harga Bitcoin terus merangkak naik dengan posisi terbaiknya terjadi pada tanggal 15 Desember di level $776,98 (sekitar Rp10,3 juta).

Investor-investor Bitcoin mencapai momen menakjubkan di sepanjang 2017 karena harga aset kripto yang satu ini begitu fantastis. Di berbagai review Bitcoin menyebutkan bahwa 2017 adalah salah satu era terbaik untuk BTC. Membuka perjalanan pada 3 Januari di level $1.028,33 (sekitar Rp13,7 juta), posisi terendah Bitcoin sepanjang 2017 sudah terjadi pada 29 Maret di nilai $1.011,97 (sekitar Rp13,5 juta).

Baca juga: Apa Benar Investasi Minimal Trading Bitcoin Cukup Rp5 Ribu Saja?

Namun di penghujung tahun 2017 atau tepatnya pada 18 Desember, Bitcoin begitu menggegerkan dunia karena mencapai level $18.640,26 (sekitar Rp249 juta)! Raihan ini merupakan salah satu status ATH (All Time High) terbaik yang pernah dicapai Bitcoin dan membuatnya menjadi aset kripto terdepan.

Hanya saja sama seperti pergerakan cryptocurrency lainnya, Bitcoin tak bisa bertahan di angka ratusan juta Rupiah per keping dalam waktu lama. Karena di sepanjang 2018, Bitcoin justru melemah. Sempat bikin tenang karena mencapai $16.576,70 (sekitar Rp240 juta) pada 6 Januari, Bitcoin justru kemudian anjlok hingga level terburuknya terjadi pada 12 Desember di level $3.360,95 (sekitar Rp48,6 juta).

Bitcoin sepertinya enggan beranjak terlalu tinggi ketika memasuki tahun 2019. Bahkan hingga tiga bulan awal, BTC masih tak bisa lebih dari empat ribu dolar per keping. Bitcoin akhirnya bangun pada 4 April 2019 saat berhasil menembus $5.102,15 (sekitar Rp70,9 juta). Level terbaik Bitcoin di tahun 2019 terjadi pada 7 Juli saat singgah di $11.219,05 (sekitar Rp155,9 juta).

Memasuki masa pandemi Covid-19, Bitcoin sama seperti kebanyakan aset keuangan lain, juga mulai terpuruk. Hanya saja mata uang kripto yang satu ini sepertinya tidak anjlok terlalu mudah. Bahkan level terendah Bitcoin terjadi ketika wabah corona mulai menggila yakni 18 Maret 2020 di posisi $5.465,58 (sekitar Rp77,9 juta).

Dan tahukah Anda, posisi Bitcoin pada pertengahan Maret itu adalah posisi terjeleknya dalam setahun terakhir. Karena sejak saat itu, nilai tukar Bitcoin luar biasa fantastis sampai mengerek cryptocurrency yang lain. Pencapaian Bitcoin ini cukup mencengangkan karena saat pandemi Covid-19 melanda dunia, emas justru yang jadi primadona lantaran menembus Rp1 juta per gram.

Bitcoin seolah ’mengejek’ aset investasi lain seperti saham, obligasi, deposito hingga properti yang harganya anjlok gila-gilaan lantaran wabah corona. Bitcoin membuktikan diri sebagai aset finansial yang tak peduli inflasi dan tahan resesi ekonomi. Di sepanjang 2020 kemarin, Bitcoin bahkan stabil di level $10 ribu – $20 ribu (sekitar Rp142 juta – Rp285 juta) per keping.

Barulah ketika 2021 tiba, pergerakan nilai Bitcoin benar-benar menggemparkan dunia keuangan global. Saat itu, mata uang kripto ini sudah nyaman di posisi lebih dari $30 ribu (sekitar Rp427 juta). Posisi tergila Bitcoin sepanjang masa sejak tahun 2009 terjadi pada 16 April 2021 saat menembus level $63.346,79 (sekitar Rp903 juta) per BTC!

Sehingga bisa disimpulkan jika Anda menabung lima BTC saja yang diperoleh pada Januari 2015 dengan nilai total Rp15 juta, maka kalau Anda jual di akhir pertengahan April 2021, dana yang diraup mencapai lebih dari Rp4,5 miliar!

Lantas, Berapa Prediksi Harga Bitcoin ke Depannya?

ilustrasi Bitcoin
© teknologi.id

Setelah hampir saja menyentuh satu miliar Rupiah per keping, tentu saat ini ada banyak sekali prediksi harga dalam berbagai review Bitcoin ke depannya. Ada yang bilang kalau pencapaian di pertengahan April 2021 itu tidak akan pernah bisa diraih Bitcoin kembali, tapi ada juga yang berpendapat kalau Bitcoin kini tengah ’mengumpulkan energi’ untuk memecahkan rekor lagi.

Hanya saja kalau Anda bertanya bagaimana pergerakan harga Bitcoin ke depannya, tentu harus diperhatikan kalau sejak April 2021, nilai tukar Bitcoin memang cenderung ambles. Bahkan sejak pertengahan Mei hingga pertengahan Juni 2021 saat ini, Bitcoin tak mampu menembus $40 ribu (sekitar Rp570 juta) per keping.

Nikolaos Panigirtzoglou selaku analis dari JPMorgan Chase & Co bahkan tak bisa menutupi kecemasannya karena harga Bitcoin yang terus anjlok kepada Fortune. Menurut Panigirtzoglou, bursa Bitcoin mengalami likuiditas tajam seperti yang terjadi pada pertengahan Januari dan Februari 2021, serta akhir November 2020.

Hal inilah yang membuat Panigirtzoglou memprediksi kalau harga Bitcoin akan terus menurun langkah demi langkah. Bahkan peluang aset kripto ini melambung lagi sangatlah rendah karena ketika penurunan bertahan terjadi, akan sulit untuk membalikkan kondisi. Sementara itu Reuters justru memberitakan kalau penurunan harga Bitcoin ke depannya karena India.

Baca juga: 10 Broker Crypto Terbaik Indonesia dan Luar Negeri

Sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di benua Asia, perekonomian India memang sudah lama jadi sorotan masyarakat global. Disebutkan bahwa seorang pejabat senior pemerintahan India kini tengah ’menggodok’ RUU yang bakal mengkriminalisasi kepemilikan, penerbitan, penambangan, perdagangan hingga transfer cryptocurrency.

RUU ini sendiri memang sesuai dengan wacana pemerintah India yang melarang peredaran mata uang virtual pribadi seperti Bitcoin. Dan rupanya hal ini muncul lantaran India tengah bersiap-siap untuk merilis cryptocurrency mereka sendiri. Hanya saja kendati terancam dilarang, sekitar $1,4 miliar investasi kripto terjadi di India.

Dengan sifat Bitcoin yang terdesentralisasi termasuk berbagai mata uang kripto lainnya, sebetulnya larangan pemerintah India itu tidak akan berdampak cukup signifikan. Hanya saja tetap jika Anda membaca review Bitcoin kali ini karena berniat untuk jadi investor, harus mempertimbangkan pola penurunan harga aset kripto setiap akhir pekan.

Yap, cryptocurrency yang punya volatilitas luar biasa tinggi ini memang cenderung langsung melemah saat akhir pekan tiba. Menurut Amin Shams selaku asisten profesor keuangan di Universitas Columbus, Ohio, anjloknya nilai aset kripto setiap akhir pekan karena jumlah transaksinya lebih sedikit dibandingkan ketika hari kerja.

Namun selain itu juga disebabkan oleh tindakan investor yang menggunakan margin untuk trading kripto. Sementara itu penyebab terakhir adalah karena adanya manipulasi pasar supaya harga mata uang kripto ini anjlok lewat aksi rekayasa. Salah satunya lewat tindakan spoofing saat investor melakukan perdagangan fiktif agar mempengaruhi harga aset kripto.

Sementara itu Nanang Wahyudin selaku Research and Education Coordinator Valbury Asia Futures, kepada Kontan menjelaskan bahwa calon investor Bitcoin harus lebih waspada setelah mencapai level tertinggi sepanjang masa. Dimana menurutnya meskipun saat ini Bitcoin masih punya harga tinggi, tapi jika melihat sejarahnya sejak diluncurkan tahun 2009, rekor tertinggi selalu diikuti penurunan drastis.

Risiko dan Solusi Saat Hendak Investasi Bitcoin

risiko dan solusi investasi Bitcoin
© technologyreview

Setelah melihat ulasan awal mula hingga pergerakan harga termasuk prediksinya dalam review Bitcoin kali ini, tentu akan ada rasa penasaran dan ketertarikan mulai berinvestasi. Nah, supaya Anda bisa melakukan investasi Bitcoin dengan tenang, ada beberapa hal yang wajib diperhatikan:

Ancaman Kejahatan Siber

Dengan sistem peer-to-peer, banyak yang mengklaim kalau seluruh transaksi Bitcoin sangatlah aman, karena tercatat dan terverifikasi dalam jaringan blockchain. Dibutuhkan teknik-teknik kriptografi tingkat dewa untuk menembus teknologi blockchain, mulai dari melakukan transaksi termasuk menambang blok data Bitcoin.

Hanya saja bukan artinya investasi Bitcoin selamanya aman. Anda harus tetap waspada dengan berbagai serangan siber. Peretas memiliki sejumlah cara untuk mencuri Bitcoin sekalipun disimpan dalam smart wallet, termasuk penipuan dalam kolam-kolam penambangan. Untuk itu Anda harus memilih wallet dengan kualitas terbaik dan kelompok mining yang reputasinya baik.

Baca juga: 10 Cryptocurrency Terbaik Untuk Investasi Masa Depan

Regulasi Masih Minim

Salah satu masalah penting yang menjadi risiko terberat Bitcoin adalah tidak adanya regulasi yang mengatur. Bitcoin tak memiliki bank sentral yang menjamin keberadaannya. Bahkan banyak pemerintah di berbagai negara yang menolak keberadaan cryptocurrency.

Sifatnya yang terdesentralisasi dan open source, membuat Bitcoin tidak bisa dibebankan pajak sehingga bisa memicu masalah persaingan dengan mata uang fiat resmi yang dirilis pemerintah seperi Rupiah. Banyak pakar ekonomi dunia yang menyebutkan kalau Bitcoin bisa menjadi fenomena economical bubble.

Peristiwa gelembung ekonomi ini bisa terjadi ketika harga barang atau jasa mendadak naik drastis hingga sangat tinggi, lalu tiba-tiba hancur begitu saja seperti gelembung sabun yang ditiup membesar dan meletus. Jika dibiarkan, economic bubble ini bisa saja membahayakan perekonomian sebuah negara sehingga menjadi alasan utama kenapa belum memperoleh regulasi resmi.

Tapi justru minimnya regulasi pada Bitcoin ini dianggap sebagai angin segar karena artinya Anda tak bakal dikenai pajak dan berbagai administrasi menyebalkan saat melakukan transaksi. Setiap penjualan dan pembelian terhubung langsung ke pihak yang berkaitan. Hal inilah yang menjadikan Bitcoin sebagai harapan akan industri keuangan masa depan.

Pasar Bitcoin Sangat Bergejolak

Jika Anda melihat ulasan pergerakan harga Bitcoin, tentu sepakat bahwa mata uang kripto yang satu ini sangatlah fluktuatif. Bitcoin bisa saja menembus nilai tertingginya yakni Rp1 miliar per keping misalnya, tapi tidak ada satupun yang bisa menjamin berapa lama bertahan. Termasuk tak ada yang akan bisa menahan kalau harganya langsung anjlok ke puluhan juta Rupiah.

Hal inilah yang membuat calon investor Bitcoin haruslah benar-benar punya mental yang kuat. Anda harus paham kalau harga Bitcoin bisa berubah sangat drastis hanya dalam hitungan jam, tanpa ada yang bisa memprediksi. Karena itu tak ada yang bisa memastikan berapa keuntungan yang bakal Anda peroleh, berbeda dengan investasi saham, obligasi, deposito atau emas.

Namun Anda tak perlu cemas, solusi untuk meminimalisir kerugian akibat harga Bitcoin yang sangat fluktuatif adalah lakukan investasi dengan modal kecil. Jadikan Bitcoin sebagai bagian dari diversifikasi investasi, serta modal dana yang bukan kebutuhan darurat. Sehingga Anda tak akan ambil pusing ketika alokasi dana itu berkembang jadi rugi atau untung.

Terlalu Bergantung Teknologi

Risiko terakhir dari keberadaan Bitcoin sebagai alat transaksi adalah mata uang kripto ini terlalu bergantung pada teknologi. Seperti dalam penjelasan review Bitcoin di atas, untuk memperolehnya Anda haruslah menambang secara digital lalu disimpan dalam smart wallet yang lagi-lagi hanya bisa diakses lewat perangkat komputer, smartphone dan internet.

Sehingga bisa disimpulkan bahwa tanpa adanya teknologi, cryptocurrency seperti Bitcoin ini tidaklah berarti. Tentu saja karena bentuknya yang digital membuat Bitcoin tak memiliki jaminan fisik selayaknya emas, properti, saham, deposito hingga obligasi. Karena itulah Bitcoin hingga saat ini masih sangat terbatas sekali penggunaannya.

Hanya beberapa merchant yang menerima pembayaran lewat Bitcoin seperti Overstock, Newegg, Monoprix, AirBaltic, Air Lituanica dan CheapAir. Lantaran baru ditemukan pada tahun 2009, teknologi blockchain yang jadi ’tulang rusuk’ Bitcoin barulah ditemukan 12 tahun yang lalu sehingga dianggap belum berkembang menjadi situasi yang solid.

Namun Anda tak perlu cemas, karena teknologi yang terus maju membuat keberadaan Bitcoin saat ini makin mudah diakses. Anda bisa melakukan mining dari smartphone juga dan menyimpannya dalam wallet yang dapat diakses di berbagai perangkat. Ogah ribet? Bergabunglah di exchange aset kripto yang memperdagangkan Bitcoin sebagai aset investasi.

Baca juga: 8 Kesalahan Investasi Mata Uang Kripto yang Sering Dilakukan Pemula

Indonesia Bakal Tetapkan Pajak Untuk Bitcoin?

wacana pajak aset kripto
© altonivel

Sedikit berbeda dengan di India atau China, keberadaan Bitcoin di Indonesia rupanya tidak sepenuhnya dilarang. Namun pemerintah hanya menerima Bitcoin dan sejumlah aset kripto lainnya sebagai alat investasi, alih-alih alat pembayaran sah seperti layaknya Rupiah atau mata uang fiat lainnya.

Lantaran sudah memperoleh izin dari Bappebti (Badan Pengawas Pedagangan Berjangka Komoditi), OJK (Otoritas Jasa Keuangan), BI (Bank Indonesai) dan Kemenkeu (Kementerian Keuangan), kegiatan jual-beli Bitcoin kini sudah bisa dilakukan di Indonesia. Ada banyak sekali exchange yang menawarkan Bitcoin beserta aset kripto lain, seperti layaknya broker saham.

Khusus untuk investor cryptocurrency di Indonesia, harus siap dengan wacana penarikan pajak transaksi. Yap, Menkeu Sri Mulyani Indrawati seperti dilansir CNBC Indonesia, menyebutkan bahwa pihaknya tengah dalam proses perbincangan dengan Gubernur BI Perry Warjiyo dan OJK soal tarif pajak transaksi aset kripto.

Nah, jika memang nanti akhirnya diterapkan, maka Anda sebagai calon investir Bitcoin tentu harus mempertimbangkan perihal biaya. Jangan cemas, asalkan memahami betul ulasan review Bitcoin dari kami, Anda bisa menjadi investor Bitcoin yang bijaksana. Pelajari betul seluk beluk pasar dan lakukan analisa yang terperinci, supaya raup cuan besar dari Bitcoin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *