Prediksi Harga Bitcoin di Tahun 2022, Tertarik Beli?

Investasi429 Dilihat

Apakah cryptocurrency yang paling populer?

Bitcoin.

Mata uang kripto manakah yang harganya paling fantastis?

Bitcoin.

Aset kripto mana yang punya kapitalisasi pasar terbesar?

Bitcoin.

Yap, semua pertanyaan-pertanyaan di atas sangatlah benar. Bahkan tak sedikit para pemula di industri cryptocurrency berpendapat bahwa Bitcoin (BTC) adalah sebutan untuk semua token-token digital. Padahal faktanya Bitcoin cuma salah satu dari mata uang kripto yang memang membuat pembicaraan soal prediksi harga Bitcoin selalu menarik.

Bukan tanpa alasan kenapa prediksi harga Bitcoin selalu menarik perhatian karena seperti yang disebutkan di atas, Bitcoin adalah aset kripto terpopuler, termahal dan terbesar. Coindesk melaporkan pada hari Sabtu (19/6) pagi, Bitcoin memiliki harga US$35.642 (sekitar Rp516,5 juta)! Jauh lebih tinggi dibandingkan rekan-rekan cryptocurrency lainnya.

Baca juga: Cara Beli dan Jual (Trading) Ethereum yang Aman dan Terpercaya

Bahkan untuk kapitalisasi pasar, Bitcoin telah menembus US$666,28 miliar (sekitar Rp9.654 triliun)! Melihat deretan angka yang dihasilkan, memang bisa dibilang kalau pencapaian Bitcoin di tahun 2021 ini luar biasa fantastis apalagi jika dibandingkan dengan raihannya di tahun 2020. Bitcoin seolah menyadarkan masyarakat dunia pada potensi crytocurrency.

Hal inilah yang akhirnya membuat banyak investor maupun calon investor, mulai melirik Bitcoin serta berbagai mata uang kripto lainnya sebagai aset investasi. Tak sedikit dari mereka yang bahkan cukup percaya diri dengan kinerja BTC, sehingga menyebutkan kalau prediksi harga Bitcoin di tahun 2022 bakal sama gemilangnya.

Apakah memang demikian?

Memang apa yang membuat prediksi harga Bitcoin ke depan terus melambung?

Kami akan membahasnya satu-persatu secara lengkap hanya untuk Anda.

Melihat Pergerakan Harga Bitcoin Selama Ini

pergerakan harga BTC
© hindustantimes

Sebelum mengulas prediksi harga Bitcoin di tahun 2022, melihat bagaimana pergerakan harga mata uang kripto ini sebelumnya sangatlah menarik. Sebagai token digital yang memiliki pengaruh sangat besar pada sejarah cryptocurrency dan penggerak utamanya, tak ada yang pernah menduga kalau Bitcoin akan memiliki nilai luar biasa fantastis seperti saat ini.

Cikal bakal Bitcoin sebagai pembuka gerbang industri mata uang kripto global sebetulnya sudah terdengar sejak tahun 1998, saat Wei Dai menggagas wacana cryptocurrency di tahun 1998. Barulah satu dekade kemudian, entitas pencipta Bitcoin yakni Satoshi Nakamoto, menemukan solusi untuk sistem mata uang kripto dan meluncurkan Bitcoin pada 3 Januari 2009.

Pergerakan Harga Bitcoin 2010 – 2019

Satu tahun beredar, harga Bitcoin kala itu masih luar biasa rendah. Tercatat di tahun 2010, nilai Bitcoin bahkan kurang dari satu dolar AS. Butuh sekitar dua tahun lamanya sampai akhirnya harga BTC bisa meningkat hingga lima sampai tujuh dolar AS atau sekitar Rp45 ribu sampai Rp63 ribu. Bitcoin mulai memperlihatkan ’taringnya’ di tahun 2013, hampir empat tahun sejak dirilis.

Kala itu untuk pertama kalinya Bitcoin mencapai level US$10 – US$300 (sekitar Rp100 ribu – Rp3,1 juta). Bahkan pada 30 November 2013, Bitcoin mencapai ATH (All Time High) di level US$1.154,93 (sekitar Rp12 juta). Momen inilah yang membuat cryptocurrency menjadi perhatian kali pertama, dan industrinya mulai bergerak dengan banyaknya mata uang kripto dikembangkan.

Digadang-gadang terus memberikan kebahagiaan di tahun 2014, BTC justru bikin kecewa karena melemah sepanjang tahun. Posisi terendahnya adalah US$326,23 (sekitar Rp3,8 juta) pada 8 Oktober 2014. Padahal saat 9 Januari 2014, BTC mampu mencapai level terbaik yakni US$860,84 (sekitar Rp10,2 juta). Apa yang dialami Bitcoin di tahun 2014 juga terulang di 2015.

Bahkan harga Bitcoin di 2015 tampak terpuruk yakni uS$220,57 (sekitar Rp2,9 juta) untuk posisi terendahnya pada 16 Januari. Sedangkan peroleh terbaiknya dialami pada 22 Desember yakni di level US$438,28 (sekitar Rp5,8 juta). Tak ingin berlama-lama bikin investor atau trader kelimpungan bahkan kabur, 2016 menjadi tahun bangkitnya Bitcoin.

Mencatat posisi terburuknya di level US$369,13 (sekitar Rp4,9 juta) pada 29 Januari, BTC terus melambung dan meraih tempat terbaik pada 15 Desember di level US$776,98 (sekitar Rp10,3 juta). 2017 bisa dibilang sebagai momen gemilang dalam prediksi harga Bitcoin. Karena saat itu, Bitcoin membuka perjalanan sudah di level US$1.028,33 (sekitar Rp13,7 juta).

Kala itu, nilai terendah Bitcoin adalah US$1.011,97 (sekitar Rp13,5 juta) yang terjadi pada 29 Maret. Sementara untuk posisi tertingginya di tahun 2017, BTC berhasil menyentuh ATH untuk kedua kalinya sepanjang sejarah, pada 18 Desember saat mencapai level US$18.640,26 (sekitar Rp249 juta) per keping! Namun seperti kebanyakan cryptocurrency, BTC anjlok di tahun 2018.

Baca juga: Review Binance Coin (BNB): Pesaing Bitcoin dari Bursa Kripto Terbesar

Sempat membuka perjalanan di level US$16.576,70 (sekitar Rp240 juta) pada 6 Januari, BTC tampak kehilangan bahan bakar di sepanjang 2018. Bahkan anjlok hingga US$3.360,95 (sekitar Rp48,6 juta) pada 12 Desember. Diharapkan bisa lebih baik di 2019, BTC sepertinya enggan terlalu jauh melangkah. BTC baru ’bangkit’ di awal April saat menembus US$5.102,15 (sekitar Rp70,9 juta).

BTC akhirnya kembali ke level ratusan juta Rupiah per unit pada 7 Juli 2019, saat mendarat di posisi US$11.219,05 (sekitar Rp155,9 juta).

Pergerakan Harga Bitcoin 2020

harga BTC di sepanjang 2020
© bankrate

Satu dekade perilisan Bitcoin pun sudah dilewati pada tahun 2019, dengan pergerakan harganya yang sangat fantastis. Yap, mata uang kripto ini berhasil membuat dunia terbelalak ketika menembus ratusan juta Rupiah per-BTC, yang membuat kehadirannya begitu diburu. Lantas bagaimana dengan pergerakanya selama tahun pertama pandemi Covid-19?

Seperti yang kita tahu, saat wabah corona melanda dunia untuk kali pertama tahun lalu, hanya ada satu instrumen investasi yang harganya meledak yakni emas. Yap, si logam mulia ini bahkan berhasil menembus Rp1 juta per gram yang membuatnya sangat gemilang dan diburu, ketika perekonomian dunia ambruk dan resesi melanda berbagai negara.

Tak seperti emas yang merupakan aset safe haven, banyak instrumen investasi lainnya harus rela tergerus laju inflasi. Dianggap bakal anjlok juga seperti saham, properti, deposito, obligasi, forex atau bahkan P2P (Peer-to-Peer) Lending, Bitcoin justru bertahan dan membuat pandangan masyarakat global soal cryptocurrency berubah. Berikut kronologi perjalanan BTC di 2020:

13 Maret – Corona Hantam Bitcoin

Bisa dibilang bahwa bulan Maret 2020 adalah awal pandemi Covid-19 menyerang masyarakat global. Perekonomian yang luluh lantak berpengaruh ke semua produk keuangan baik konvensional atau yang modern, termasuk cryptocurrency. Coinmarketcap mencatat bahwa Bitcoin jatuh ke posisi US$3.850 (sekitar Rp55,9 juta) dalam waktu singkat pada 12 Maret.

Di waktu itu pula, AEX (Amsterdam Exchange Index) terpaksa ditutup karena anjlok lebih dari 10%, terburuk sejak tahun 1987. Hanya saja seperti yang sudah disinggung sebelumnya, kepanikan hampir terjadi di seluruh sektor ekonomi, termasuk likuiditas pasar saham. LiteForex melaporkan bahwa di waktu yang sama kala itu pertukaran derivatif BitMEX juga tak bisa dijangkau, menjadi bukti kacaunya bursa kripto di bulan Maret 2020.

11 Mei – Peredaran Bitcoin Berkurang

Saat harga Bitcoin ikut tergerus karena pandemi Covid-19, kabar gembira justru datang dari penambang (miner). Dilaporkan pada 11 Mei 2020, seorang miner memproses blok dengan subsidi hanya 6,25 BTC. Sejak bulan Mei pula, hanya 900 BTC baru yang beredar tiap harinya, bukan 1.800 BTC seperti yang sudah terjadi dalam kurun waktu empat tahun terakhir.

Baca juga: Review Bitcoin, Calon Mata Uang dan Aset Investasi Masa Depan

Artinya, aset Bitcoin yang beredar di masyarakat semakin langka sehingga membuat harga mata uang kripto ini merangkak naik. Hal inilah yang akhirnya menjadi salah satu penyebab kenapa BTC mampu menjaga kestabilan harganya ketika wabah corona mulai menggila dan membuat laju inflasi memaksa berbagai negara jatuh ke jurang resesi ekonomi.

4 Juni – Pembaruan Bitcoin Core

Kalau Anda memang seorang miner sejati, tentu paham bahwa Bitcoin Core adalah pusat dari seluruh semesta Bitcoin. Tepat pada bulan Juni 2020 lalu, 119 pengembang yang sudah bekerja selama enam bulan terakhir akhirnya berhasil melakukan upgrade ke-28 untuk Bitcoin Core. Dalam upgrade waktu itu, OpenSSL telah dihapus dari kode.

Hal ini terjadi saat ada perangkat lunak yang terpasang agar semua informasi yang dipadukan ke jaringan Bitcoin dan jaringan asli, tetap tersedia alias database di dalam database. Lantaran OpenSSL telah dihapus lewat upgrade 0.20.0, diklaim kalau jaringan Bitcoin menawarkan peningkatan keamanan protokol dan mengurangi serangan peretas.

22 Juli – Perizinan Bank Bitcoin

Perjalanan Bitcoin untuk menjadi mata uang yang diterima oleh banyak pihak secara global memang bukan perkara mudah. Indonesia saja sampai saat ini hanya mengizinkan Bitcoin sebagai aset perdagangan dan investasi selayaknya saham atau forex, bukan alat pembayaran. Namun langkah berbeda terjadi di Amerika Serikat pada bulan Juli 2020.

Di mana kala itu, pengawas bank nasional di Negeri Paman Sam memberikan izin bagi perusahaan Bitcoin untuk memperoleh lisensi agar dapat beroperasi sebagai bank. Bahkan OCC (Pengawas Mata Uang), melemparkan wacana kalau bank-bank di AS akan memberikan layanan Bitcoin ke depannya seperti penyimpanan.

Beberapa perusahaan yang mulai mengikuti wacana ini adalah Avanti, Kraken, BitPay dan Paxos, yang membuktikan kalau kepemilikan mulai bisa diterima industri keuangan AS. Artinya, Bitcoin akan bisa mendobrak dimensi digital dan bukan tak mungkin bisa menjadi alat pembayaran sah ke depannya, sehingga membuat peluang investasi dan harga BTC makin meningkat.

6 Agustus – MicroStrategy Belanja Bitcoin

Melihat amblesnya Dolar AS, seperitnya membuat banyak perusahaan dan instansi mulai mengalihkan dana mereka ke aset lain yang dianggap lebih menjanjikan. Hal itulah yang dilakukan MicroStrategy, perusahaan intelijen bisnis AS pada tahun 2020. Michael Saylor sang pemimpin MicroStrategy, tercatat total menghabiskan lebih dari Rp1 miliar untuk berbelanja Bitcoin.

Baca juga: Review ADA (Cardano), Mata Uang Kripto Pesaing Bitcoin dan Ethereum

Dimulai dari 6 Agustus, MicroStrategy menggelontorkan US$250 juta untuk 21.454 BTC. Dilanjutkan pada 15 September dengan 16.796 BTC dan ditutup pada 22 Desember senilai US$650 juta. Artinya MicroStrategy sudah mengumpulkan lebih dari 70 ribu BTC sebagai langkah dan upaya mereka meredam inflasi.

21 Oktober – PayPal Menerima Bitcoin

Bitcoin kembali mendapat kabar hangat di tahun 2020, tepatnya pada pertengahan bulan Oktober, ketika PayPal akhirnya menerima mata uang kripto ini. Dimana pada awal 2021, sekitar 26 juta merchant di jaringan PayPal bisa membeli, menjual atau menyimpan cryptocurrency termasuk Bitcoin di dompet PayPal.

Ke depannya, keputusan ini juga akan mempertimbangkan kelayakan mata uang virtual sebagai salah satu metode pembayaran. Hal ini berimbas pada harga Bitcoin yang langsung meroket dan mencapai level tertingginya di tahun 2020 yakni US$13.900 (sekitar Rp202 juta), menurut Bitstamp dan Coinbase.

Akhir 2020 – Bitcoin Makin Diburu

Mengikuti jejak MicroStrategy, Square yang adalah perusahaan milik Jack Dorsey dilaporkan membeli 5.000 BTC. Lalu perusahaan manufaktur teknologi Stoneridge juga mengeluarkan dana sebesar US$115 juta untuk membeli Bitcoin. Tak mau kalah, MassMutual yang adalah perusahaan asuransi Amerika membeli hampir 5.500 BTC.

Pembelian Bitcoin yang dilakukan perusahaan-perusahaan dan instansi keuangan global ini akhirnya semakin meningkatkan harganya. Pada pertengahan Desember 2020, Bitcoin berhasil mencapai lebih dari US$20 ribu (sekitar Rp290 juta). Menutup tahun 2020, Bitcoin memimpin roda laju cryptocurrency dengan ada di sekitar level US$30 ribu (sekitar Rp435 juta).

Pergerakan Harga Bitcoin Hingga Juni 2021

harga BTC sampai Juni 2021
© unsplash

Apa yang dicapai Bitcoin dan di tahun 2020 mungkin berbeda dengan prediksi harga Bitcoin beberapa kalangan. Tak sedikit yang menilai kalau BTC bakal ambruk selayaknya aset keuangan lain, tapi ternyata tidak terbukti. Menurut Jeff Dorman selaku Chief Investment Officer Arca, Bitcoin sudah naik kelas dari sekadar aset digital, jadi investasi global utama.

BTC membuka langkah di tahun 2021 dengan sangat percaya diri yakni menembus US$40 ribu (sekitar Rp571 juta) pada 8 Januari. Namun seperti kebiasaan cryptocurrency, kenaikan itu tak bertahan lama. Tiga hari kemudian, BTC anjlok 17% dan berakhir di US$30.261 (sekitar Rp432 juta). Diduga kuat penurunan ini terjadi karena Otoritas Perilaku Keuangan Inggris.

Baca juga: Review Ethereum dan Prediksi Harga Lima Tahun ke Depan

Dimana instansi tersebut menyebutkan kalau mereka yang berinvestasi dalam cryptocurrency harus siap kehilangan semua uangnya, karena masalah regulasi. Tak main-main, sekitar US$125 miliar nilai pasar Bitcoin langsung menguap dalam sehari karena isu tersebut. Namun kondisi buruk mata uang kripto tidaklah lama karena Elon Musk datang sebagai ’penyelamat’.

Melalui perusahaannya, Tesla, Musk melakukan pembelian Bitcoin sebesar US$1,5 miliar di awal Februari. Tesla disebut akan menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran yang membuat BTC langsung terkerek ke ATH ketiga yakni US$58.330,57 (sekitar Rp837 juta)!

Namun pemecahan rekor tertinggi sepanjang masa bagi Bitcoin terjadi pada 16 April saat menembus US$63.346,79 (sekitar Rp903 juta)! Dalam waktu singkat itu, berbagai prediksi harga Bitcoin pun langsung meluncur di pasaran seperti bola salju yang menggelinding. Banyak yang menilai kalau BTC akan mampu menembus satu miliar Rupiah per ’keping’.

Hanya saja ternyata prediksi harga Bitcoin itu belum terwujud. Justru memasuki bulan Mei dan sampai Juni saat ini, BTC berangsur-angsur menurun. Dimana sampai pekan ketiga bulan Juni, Bitcoin masih ada di sekitar level US$30 ribuan dan belum memperlihatkan tanda bakal beranjak.

Pertanyaannya, apakah ini merupakan akhir dari kegilaan harga Bitcoin?

Bagaimana dengan prediksi harga Bitcoin di tahun 2022 nanti?

Apa yang membuat Bitcoin masih dipercaya bakal mampu naik lagi?

Faktor-Faktor Mempengaruhi Naik-Turunnya Harga Bitcoin

faktor harga BTC naik-turun
© Market Bisnis

Sebelum membahas seperti apa sih prediksi harga Bitcoin di tahun 2022 mendatang, ada baiknya Anda mengetahui sejumlah faktor yang membuat harga cryptocurrency populer ini sangat tinggi. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebabnya, tentu bisa mempertimbangkan untuk meyakinkan hati berinvestasi dalam Bitcoin. Apa saja? Berikut ulasannya:

1. Spekulasi Trader

Faktor pertama yang mempengaruhi prediksi harga Bitcoin dan nilai realtime-nya adalah spekulasi para trader. Tak hanya sebagai instrumen investasi, Bitcoin sangat menjanjikan digunakan untuk trading jangka pendek. Apalagi karena Bitcoin belum dianggap sebagai alat pembayaran sah, Anda bisa memperoleh keuntungan saat menjual Bitcoin ketika harganya melambung.

Hal ini yang akhirnya membuat spekulasi para trader global menjadi salah satu acuan penetapan harga Bitcoin. Dimana para trader ini akan menunjukkan pergerakan saat ada masalah politik atau ekonomi global muncul, sehingga keputusan mereka menjual atau membeli Bitcoin jadi mengubah harganya.

Pun demikian saat ada banyak perusahaan internasional mulai mengakui keberadaan Bitcoin, para trader akan memburu mata uang kripto ini. Sehingga sedikit banyak harganya pun ikut meningkat.

2. Dukungan Terhadap Bitcoin

Bitcoin lepas dari statusnya sebagai aset digital menjadi instrumen investasi global. Kenapa begitu? Karena mata uang kripto ini memiliki nilai simpan (value of store) cukup menjanjikan. Bitcoin memang masih naik-turun, tapi harganya cukup stabil dan tidak pernah terkoreksi sampai terpuruk. Hal inilah yang membuat banyak prediksi harga Bitcoin di 2022 yang bakal makin tinggi.

Diikuti dengan langkah berbagai perusahaan yang mulai mengizinkan keberadaan Bitcoin bahkan untuk pembayaran seperti PayPal dan mungkin Tesla, atau untuk return investasi seperti yang ditetapkan Bakkt. Beberapa exchange cryptocurrency juga makin memudahkan metode memiliki BTC seperti transfer antar bank, kartu kredit, kartu debit, hingga e-wallet.

Baca juga: Apa Benar Investasi Minimal Trading Bitcoin Cukup Rp5 Ribu Saja?

3. Isu Kriminal

Sebagai aset digital, Bitcoin meskipun dibangun di jalur blockchain yang selalu diperbaharui dan dijamin keamanannya, masih saja terkena isu kriminal. Mulai dari peretasan wallet, hingga penggunaan Bitcoin dalam kasus investasi abal-abal. Kasus penipuan yang mengatasnamakan investasi Bitcoin ini bahkan cukup marak di Indonesia yang membuat kepercayaan pada BTC memudar.

Banyak orang yang jadi korban penipuan akhirnya memandang Bitcoin sebagi aset investasi yang tidak menjanjikan, padahal semua disebabkan oleh oknum yang membawa kabur uang korban. Tentunya jika kasus penipuan makin marak, bukan tak mungkin harga Bitcoin terus ambles, sehingga diperlukan edukasi lebih efektif perihal cryptocurrency.

4. Jumlah Pasokan Bitcoin

Dikenalkan sebagai sistem uang tunai peer-to-peer, Bitcoin kini sudah hadir 12 tahun lamanya. Selama itu pula, Bitcoin dikontrol melalui software (perangkat lunak) khusus dengan sistem terbuka (open source). Hal inilah yang akhirnya membuat Bitcoin bisa dikembangkan oleh siapapun tanpa meminta izin atau terbentur urusan hak cipta.

Lantas apakah tidak mempengaruhi nilai Bitcoin jika bisa dikembangkan siapapun?

Tentu saja tidak.

Bitcoin justru membuktikan sebagai cryptocurrency dengan nilai terbesar yang pernah ada, karena pasokannya yang terbatas. Berbeda dengan mata uang kripto lain yang digelontorkan puluhan juta sampai ratusan juta ’keping’ di jaringan blockchain, Nakamoto memprogram Bitcoin hanya sejumlah 21 juta BTC saja.

Dilaporkan sampai bulan Maret 2021, sudah ada 18,2 juta BTC yang beredar di pasaran global sehingga cuma tersisa kurang dari tiga juta BTC. Tentunya makin sedikit jumlah blok Bitcoin, proses mining juga makin berat. Bahkan banyak yang menyebutkan kalau blok terakhir Bitcoin baru bisa ditambang pada 8 Oktober 2140.

Pasokannya yang terbatas ini membuat BTC jauh lebih bernilai daripada emas sekalipun, sehingga membuat harganya mampu stabil di nilai sangat fantastis. Salah satu faktor utama yang membuat Bitcoin hampir sulit dikejar oleh cryptocurrency lainnya.

5. Regulasi Pemerintah

Sudah disebutkan bahwa regulasi adalah masalah terbesar yang dihadapi oleh cryptocurrency seperti Bitcoin. Beberapa negara terang-terangan melarang aktivitas mata uang kripto seperti China, Rusia, Vietnam, India, Bolivia, Kolombia dan Ekuador. Ketika isu pelarangan ini muncul, harga Bitcoin sudah pasti akan langsung terkoreksi.

Namun tak perlu sedih, banyak negara yang menerima Bitcoin seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia hingga beberapa negara di kawasan Uni Eropa. Bahkan pemerintah Indonesia pun memberikan izin perdagangan cryptocurrency, meskipun masih tegas melarangnya sebagai alat pembayaran yang sah.

Prediksi Harga Bitcoin di 2022 Oleh Berbagai Kalangan

prediksi BTC tahun 2022
© Reuters

Dengan gemilangnya pergerakan harga Bitcoin dalam setahun terakhir dan mengingat 2021 sudah berjalan enam bulan, tentu prediksi harga Bitcoin di tahun 2022 sangat layak dipertimbangkan. Beruntung, sudah banyak pihak yang memberikan prediksinya sehingga bisa jadi gambaran untuk Anda yang hendak berinvestasi pada BTC.

Baca juga: 10 Broker Crypto Terbaik Indonesia dan Luar Negeri

Bahkan prediksi di bawah ini dilengkapi dengan ilustrasi kondisi keuangan beberapa orang. Bukan tak mungkin dengan investasi Bitcoin secara tepat, Anda bisa membeli rumah impian dalam waktu setahun saja dengan dana yang jauh lebih kecil.

Wow, apakah itu mungkin?

Memang bisa? Bagaimana caranya?

Semuanya akan kami bahas berikut ini lengkap dengan pihak-pihak yang sudah mengeluarkan pernyataan soal pergerakan harga Bitcoin di tahun 2022 mendatang:

1. Peter Brandt – Rp2,8 Miliar

Prediksi harga Bitcoin untuk tahun 2022 yang pertama berasal dari Peter Brandt. Brandt sendiri adalah trader profesional sekaligus analis keuangan independen senior, yang juga CEO dari Factor LCC. Tak main-main, menurutnya Bitcoin bisa menembus US$180 ribu – US$200 ribu (sekitar Rp2,6 miliar – Rp2,8 miliar) di awal tahun 2022.

Jika mengikuti prediksi Brandt, berapakah kira-kira keuntungan yang bakal kita miliki kalau membeli Bitcoin saat ini dengan modal Rp1 juta?

Melihat harga realtime Bitcoin, maka dengan uang Rp1 juta, Anda hanya bisa memiliki 0,002 BTC saja. Namun kalau harga Bitcoin di tahun 2022 benar-benar sekitar Rp2,6 miliar – Rp2,8 miliar, maka artinya Anda bisa menjual 0,002 BTC dan memperoleh uang Rp5,2 juta – Rp5,6 juta.

2. Timothy Draper- Rp3,6 Miliar

Seorang investor modal ventura asal Amerika, Timothy Cook Draper, adalah salah satu yang juga memiliki prediksi sendiri untuk BTC di 2022 nanti. Menurut Draper, bukan tak mungkin kalau Bitcoin bakal menyentuh angka US$250 ribu (sekitar Rp3,6 miliar) di penghujung tahun 2022. Lantas berapa yang bakal kita miliki kalau membeli Bitcoin di Juni 2021 dengan modal Rp3 juta?

Jika melihat harga realtime, maka modal Rp3 juta hanya akan membuat Anda mengantongi 0,0059 BTC untuk saat ini. Namun kalau prediksi Draper menjadi kenyataan, 0,0059 BTC akan bisa berubah menjadi Rp21,2 juta di tahun 2022 mendatang. Menggiurkan?

3. Bloomberg – Rp5,7 Miliar

Prediksi harga untuk Bitcoin di tahun 2022 yang bisa dibilang gila keluar dari Bloomberg. Media massa multinasional asal Amerika Setikat ini bahkan memperkirakan kalau BTC bisa menembus US$400 ribu (sekitar Rp5,7 miliar). Namun dalam pemberitaan lain, Mike McGlone selaku analis Bloomberg berpikir jika Bitcoin ada di kisaran US$170 ribu (sekitar Rp2,4 miliar).

Lewat prediksi ini, anggap saja Anda yang masih bergaji UMR (Upah Minimum Regional) di Jakarta, menggelontorkan seluruh gaji Rp4,4 juta untuk membeli Bitcoin di hari Sabtu (19/6) ini. Maka artinya Anda akan memperoleh tabungan 0,0086 BTC.

Kalau Bitcoin itu ditabung hingga 2022 dan harganya bakal sesuai dengan prediksi Blooomberg, saat dijual lagi akan membuat Anda memperoleh Rp49 juta! Namun kalau ternyata harga Bitcoin sesuai dengan perkiraan McGlone, Anda masih akan bisa mendapatkan uang Rp20,6 juta.

4. BTIG – Rp1,3 Miliar

Berbeda dengan prediksi-prediksi sebelumnya yang menembus US$100 ribu, BTIG mempunyai pandangan lain. Perusahaan layanan keuangan global yang fokus bergerak di bidang trading, investasi hingga broker ini memperkirakan kalau Bitcoin akan mencapai US$95 ribu (sekitar Rp1,3 miliar) di penghujung tahun 2022.

Dengan prediksi dari BTIG, berapakah uang yang dibutuhkan untuk membeli Bitcoin di tahun 2021 kalau Anda ingin memiliki rumah seharga Rp400 juta di tahun 2022 nanti?

Jawabannya adalah Rp180 juta saja.

Yap, dengan uang Rp180 juta yang Anda belikan Bitcoin pada 19 Juni 2021, akan membuat Anda memperoleh 0,35 BTC. Nanti ketika prediksi BTIG ini menjadi kenyataan, jual 0,35 BTC dan membuat Anda memperoleh Rp455 juta! Sangat menguntungkan sekali bukan?

Baca juga: 8 Kesalahan Investasi Mata Uang Kripto yang Sering Dilakukan Pemula

5. Anthony Pompliano – Rp3,6 Miliar

Hampir sama seperti prediksi harga Bitcoin yang diungkapkan Draper, Anthony Pompliano juga memperkriakan kalau BTC akan mendarat di kisaran US$250 ribu (sekitar Rp3,6 miliar) di tahun 2022. Sekadar informasi, Pompliano sendiri adalah seorang pendiri sekaligus mitra Morgan Creek Digital. Dari perkiraan Pompliano itu, mari kita buat simulasi untuk membeli rumah.

Anggap saja Anda adalah pekerja di Yogyakarta, provinsi dengan UMP (Upah Minimum Provinsi) tingkat nasional yakni Rp1,765 juta per bulan, seperti dilansir dari data Kemenaker (Kementerian Ketenagakerjaan). Jika seluruh gaji bulanan Anda dibelikan Bitcoin saat ini juga, maka Anda hanya memperoleh 0,0035 BTC saja.

Kalau Bitcoin itu disimpan dan kemudian Anda jual ketika prediksi Pompliano menjadi kenyataan, maka uang Rp1,765 juta yang digelontorkan bakal berlipat menjadi Rp12,6 juta di tahun 2022! Dengan uang sebanyak itu, Anda akan bisa memulai bisnis kecil-kecilan di bidang kuliner atau lainnya, sehingga sukses dan tak perlu memperoleh gaji pas-pasan lagi dari tempat kerja.

6. JP Morgan – Rp9,4 Miliar

Apakah menurut Anda prediksi harga Bitcoin dari Bloomberg yang menembus US$400 ribu tak masuk akal? Prediksi yang lebih gila justru disebut dalam laporan JP Morgan, dimana Bitcoin bisa mencapai US$650 ribu (Rp9,4 miliar)! Menurut JP Morgan, laporan ini dibuat berdasarkan tren positif BTC sepanjang pandemi Covid-19.

Andai saja prediksi harga Bitcoin dari JP Morgan ini menjadi kenyataan, tentu ini adalah sebuah kabar menggembirakan bagi para freelancer. Seperti yang Anda tahu, freelancer adalah kelompok yang tidak memiliki penghasilan pasti. Hal ini yang membuat freelancer cukup kesulitan untuk menabung. Namun cobalah untuk membeli Bitcoin saat ini juga meskipun dengan Rp500 ribu.

Lewat modal Rp500 ribu, Anda memang hanya akan mendapatkan 0,00098 BTC saja. Namun sekali lagi jika memang prediksi JP Morgan terwujud di tahun 2022, 0,00098 BTC itu bisa menjelma menjadi Rp9,2 juta!

Kondisi ini jelas menjadi angin segar di mana Anda harus mulai memikirkan cara cepat dalam membeli rumah. Lagi-lagi Anda yang seorang freelancer, bisa mengumpulkan dana Rp25 juta saja untuk membeli Bitcoin saat ini sebanyak 0,049 BTC. Sesuai dengan prediksi harga JP Morgan, 0,049 BTC yang dijual tahun 2022 akan menghasilkan Rp460 jutaan.

Kesimpulan

Melihat berbagai prediksi di atas dan disesuaikan dengan kebutuhan saat ini, tentu Bitcoin memang tak dipungkiri lagi bisa jadi aset invetasi yang sangat menjanjikan. Dengan memperkirakan Bitcoin secara tepat, Anda bahkan bisa membeli rumah seharga hampir setengah miliar, hanya dengan dana yang mungkin lima persen saja.

Namun satu yang harus diingat, apa yang sudah diulas hanyalah sebatas prediksi harga Bitcoin. Seperti namanya, prediksi ya hanya prediksi yang bisa saja terwujud tapi sangat besar kemungkinan gagal. Kalau harga Bitcoin makin melambung memang sangat menguntungkan, tapi bagaimana jika anjlok? Tentu Anda harus bisa mempersiapkan diri dengan kerugiannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *