5 Pantangan Mengelola Keuangan Rumah Tangga

Keuangan272 Dilihat

Mengelola keuangan rumah tangga ada pantangannya?

Seperti yang kita tahu, keuangan seringkali menjadi salah satu sebab masalah dalam rumah tangga. Percekcokan karena masalah ekonomi ini bisa meluas hingga berujung pada perceraian bahkan KDRT jika tidak ditangani dengan baik.

Kasus-kasus mengerikan akibat masalah keuangan dalam rumah tangga yang geger di beritakan mungkin jauh dari lokasi kita saat ini. Namun salah-salah dalam mengelola keuangan rumah tangga, ternyata bisa menjadi salah satu percikan masalah di keluarga

Awalnya sepele tapi lama-lama membesar seperti bola salju.

Namun, bagi Anda yang berniat menikah atau baru menikah, kita tidak perlu jadi merasa serba takut melangkah karena adanya fakta ini. Sebab diam pun tidak menghasilkan solusi. Justru kita perlu menenangkan pikiran dan berpikir jernih, untuk mencari tahu sebab dan cara mencegahnya.

Nah dari beberapa sumber di sebutkan bahwa ada beberapa hal yang menjadi pemicu pertengkaran dan membuat masalah keuangan keluarga jadi semakin runyam. Kira-kira apa saja pantangan dalam mengelola keuangan rumah tangga yang sebaiknya kita hindari?

1. Menyembunyikan Pemasukan atau Pengeluaran

Menyembunyikan Pemasukan atau Pengeluaran
gambar : unsplash.com/ Kelly Sikkema

Salah satu tanda keuangan yang sehat bisa di lihat dari cash flownya. Apakah cash flow atau perputaran uangnya dalam keadaan baik ataukah tidak.

Tentunya, pemasukan (income) harus lebih tinggi di banding pengeluaran (expense). Kalau tidak, ini bisa jadi pertanda keuangan kita sedang ‘sakit’. Dan keuangan yang sakit bisa membuat rumah tangga menjadi sakit juga.

Oleh karena itu, kita wajib memperhatikan cash flow keluarga. Apakah masih dalam keadaan sehat?

Di sadari atau tidak, ternyata jika ada pemasukan ataupun pengeluaran yang di sembunyikan ini bisa menjadi salah satu pemicu pertengkaran. Kenapa?

Karena bisa jadi salah seorang dari pasangan jadi berburuk sangka atas pemasukan atau pengeluaran yang di sembunyikan.

Sebenarnya apapun hal tidak terkomunikasikan dengan baik bisa jadi sumber masalah. Terutama dalam persoalan yang umumnya menjadi hal-hal krusial dalam hidup, salah satunya adalah uang.

Pemasukan dan pengeluaran yang di sembunyian ini nantinya akan bisa mengganggu cash flow rumah tangga. Misalnya saja ada pemasukan yang disembunyikan tapi ternyata ada aset yang bertambah. Atau sebaliknya, ada pengeluaran yang di sembunyikan, pasti akan pusing sendiri saat mencatat cash flow rumah tangga.

Keuangan keluarga jadi sangat membingungkan. Hal ini tidak jarang menjadi pemicu pertengkaran.

2. Tidak Memiliki Budgeting Keluarga

Pantangan kedua yang sebaiknya dihindari dalam mengelola keuangan keluarga adalah budgeting yang tidak jelas. Ketidak jelasan budgeting seringkali menjadi salah satu sumber pertengkaran dalam keluarga, namun sering juga di lewatkan khususnya oleh pasangan muda.

Setelah selesai belanja, baru deh sadar dan menyesal ‘kenapa sih tadi beli ini itu, padahal kita tidak butuh?!’

Apalagi pasangan milenial atau gen z yang sudah terbiasa dengan life style serba instant. Lapar tinggal order online food, ngopi di cafe tiap pagi dan sore, makan siang di resto dekat kantor.

Hal ini seringkali jadi kebocoran halus yang tidak disadari karena tidak punya budgeting. Tahu-tahu saat awal bulan, tagihan paylater membengkak dan harus di tutupi dengan uang gajian.

Begitu terus siklusnya. Jangankan untuk menabung, yang ada tiap bulan harus nombok karena pengeluaran yang membludak. Hal ini tentu mengundang vibe negatif dalam keluarga.

Rasanya penghasilan selalu kurang dan bukan tidak mungkin pasangan jadi saling menyalahkan. Misalnya istri menyalahkan suami yang kurang penghasilannya dan suami yang menyalahkan istri karena dirasa tidak bisa mengelola uang.

Padahal kenyataannya hal ini terjadi karena pasangan suami istri tidak punya budgeting yang jelas dalam rumah tangga.

3. Suka Skip-skip Dana Darurat

mengelola keuangan rumah tangga Suka Skip-skip Dana Darurat
gambar : unsplash.com/ artem beliaikin

Kalau keluarga kita tidak punya dana darurat, ini artinya keuangan rumah tangga Anda sedang berada dalam bahaya!

Apalagi ditengah situasi ekonomi yang tidak menentu seperti saat ini dana darurat menjadi hal yang wajib disiapkan dengan baik. Biasanya kita suka skip-skip menabung dana darurat karena di rasa kondisi keuangan masih aman-aman saja.

Namanya juga kondisi darurat, datangnya memang tidak terduga. Inilah fungsi dana darurat, jika kita tidak menyiapkannya dari sekarang saat konsisi darurat itru terjadi kita jadi panik.

Misalnya salah seorang pasangan yang menjadi tulang punggung keluarga terkena PHK, atau terkena musibah. Otomatis keuangan jadi mandek.

Seminggu dua minggu mungkin masih bisa bertahan, tapi tanpa adanya dana darurat kita akan kelimpungan. Hal ini juga seringkali menjadi pemicu pertengakaran antar pasangan yang sulit di hindari. Jika hal ini terjaid, otomatis impian-impian lain yang sudah di susun bersama pasangan akan terganggu.

4. Punya Utang Lebih dari Batas Wajar

Pantangan ke empat yang wajib di hindari untuk mengelola keuangan rumah tangga yang lebih baik adalah utang yang lebih besar dari batas wajar.

Jika penghasilan sebagian besarnya habis untuk bayar cicilan, fix ini akan jadi sumber pertengkaran bersama pasangan!

Anda bisa membayangkan, jika kebutuhan utama seperti makan, bayar listrik, air dan lainnya tidak bisa terpenuhi karena harus bayar cicilan. Apalagi cicilannya ternyata untuk hal-hal konsumtif yang tidak terlalu penting.

Jangankan untuk cicilan yang dianggap tidak primer, jika utang yang ada akibat dari kebutuhan primer namun terlalu besar, hal ini tetap saja jadi masalah.

5. Tidak Punya Proteksi

Tidak Punya Proteksi
gambar : unsplash.com/ Volodymyr Hryshchenko






Pemicu pertengkaran lainnya yang berkaitang dengan keuangan keluarga adalah dikarenakan tidak menyiapkan proteksi. Kalau sudah punya dana darurat, bukannya sudah aman?

Dana darurat sebenarnya bersifat memproteksi kita dari kondisi darurat. Namun sifat adalah untuk mengcover kebutuhan primer kita sehari-hari. Sedangkan kondisi darurat seperti sakit yang membutuhkan penanganan medis membutuhkan proteksi dalam bentuk lain, yakni asuransi.

Karena jika kita tidak punya proteksi, uang yang kita kumpulkan untuk impian lain mau tidak mau harus di pakai untuk kebutuhan yang satu ini. Apalagi jika Anda berencana atau sudah punya anak. BIasanya anak-anak rentan sakit, jika hal ini tidak di kelola dengan baik maka kita sebagai orangtua yang akan bingung membayar pengobatan sana sini.

Namun walaupun Anda belum punya anak, ada baiknya tetap menyiapkan proteksi agar keuangan tidak bocor gara-gara kondisi kesehatan dan memicu pertengkaran yang membuat hubungan dengan pasangan makin memburuk.

Tips Hindari Pantangan Dalam Mengelola Keuangan Keluarga

Tips hindari Pantangan Mengelola Keuangan rumah tangga
gambar : unsplash.com/ peter jones

Setelah mengetahui 5 pantangan keuangan rumah tangga, selanjutnya apa yang harus di lakukan?

1. Terbuka Soal Keuangan dengan Pasangan

Yuk mulai terbuka tentang keuangan dengan pasangan. Mulai dari mana?

Kita bisa mulai dari jumlah penghasilan yang di terima, baik penghasilan tetap maupun bonus yang mungkin bisa di dapatkan sesekali. Hal ini agar Anda dan pasangan nantinya bisa mengukur kebutuhan dan gaya hidup seperti apa yang baiknya di lakukan.

Selain itu, terbuka pula soal kebutuhan dan gaya hidup yang dimiliki.

Dalam pernikahan, dampak dari apapun keputusan keuangan yang kita buat akan berdampak pula pada pasangan. Sementara, kebiasaan dalam menggunakan uang bisa jadi berbeda dengan pasangan. Hal ini akan memicu persepsi negatif dan persilisihan.

Jadi, belarjarlah berkomunikasi dengan baik soal keuangan. Buatlah komitmen bersama pasangan agar bisa meluangkan waktu untuk membicarakan tentang uang dengan sadar dan tenang.

2. Membuat Bugdeting dari Hal Sederhana

Tips yang kedua dalam mengelola keuangan rumah tangga adalah dengan membuat budgeting. Sulit karena belum terbiasa?

Mulai saja dari hal yang sederhana. Jangan langsung pasangan target terlalu tinggi. Sebab masalah anggaran rumah tangga ternyata bukan hal yang sepele.

Mungkin sekilas terlihat mudah dan simple, namun nyatanya untuk mengaplikasikan bugdeting kita perlu berproses juga. Karena seringkali budgteting yang dibuat tidak realistis, dan kurang pas dengan konteks spesifik yang terjadi dalam keluarga kita.

Oleh karena itu untuk mengimplementasikan budgeting yang baik, butuh konsistensi dan evaluasi secara bertahap. Jika Anda butuh referensi tentang bagaimana cara menyusun budgeting keluarga saya sudah menulisnya di artikel lain, silahkan baca :

3. Mulai Kumpulkan Dana Darurat Secara Spesifik

Biasanya pasangan suka skip-sikip menabung dana darurat karena tidak punya patokan secara jelas tentang berapa jumlah dana darurat yang diperlukan.

Nah bagi pasangan yang belum memiliki anak, dana darurat yang perlu dimiliki minimal 9 kali pengeluaran bulanan. Sedangkan yang sudah punya anak minimal 12 kali pengeluaran bulanan ya.

Stop dulu beli-beli perabotan yang kurang di perlukan, cukup dulu ngopi-ngopi cantiknya, tunda dulu planning-planning lainnya. Utamakan dana darurat keluarga dan mulai kumpulkan dari sekarang.

Supaya tujuan-tujuan keuangan lain tidak terganggu jika seandainya nanti harus berhadapan dengan kondisi darurat. SImpanlah dana darurat pada instrumen keuangan yang rendah resiko dan mudah di cairkan (likuid), seperti deposito, emas, atau reksadana pasar uang.

Jika kita mempunyai banyak mimpi tanpa menyiapkan dana darurat terlebih dulu bisa jad pada akhirnya kita tidak bisa mewujudkan mimpi-mimpi tersebut. Karena setiap kita menyiapkan dana untuk satu mimpi, dana tersebut harus di gunakan untuk kondisi darurat, begitu seterusnya.

Sehingga yuk utamakan dana darurat kita terlebih dahulu, baru membuat strategi untuk mencapai mimpi-mimpi kita!

Baca juga, Manfaat, Rumus dan 7 Tips Mengumpulkan Sinking Fund

4. Selalu Diskusikan Bersama Pasangan Sebelum Ambil Cicilan

Tahukah Anda bahwa persentase maksimal hutang adalah 35% dari total penghasilan?

Kurang dari itu akan lebih baik, tapi kalau lebih dari itu Anda dan pasangan perlu waspada. Ini tanda keuangan keluarga sedang tidak sehat.

Jadi sebaiknya selalu diskuiskan bersama pasangan sebelum mengambil cicilan. Dengan begitu kita punya second opinion untuk menilai apakah cicilan ini worth it atau tidak, dan apakah masih sehat bagi keuangan keluarga.

Dengan mendiskusikannya terlebih dahulu bersama pasangan, kita juga bisa mencari solusi bersama untuk membayar cicilan jika seandainya kondisi keuangan sedang kurang baik. Tidak stres sendiri dan membuat mood berantakan. Karena posisinya utang sudah di sepakati bersama sejak awal.

5. Mulai Riset dan PIlih Asuransi yang Sesuai

Terkadang kita suka sensi dan cenderung menghidari mas-mas yang menawarkan asuransi. Padahal jika kita tahu manfaatnya dan memilih polis yang tepat kita tentu akan bisa merasakan manfaatnya secara lebih maksimal.

Saat kita jatuh sakit dan perlu biaya besar, kita tidak perlu mengorbankan mimpi-mimpi kita karena harus membayar biaya perawatan. Sebab biaya tersebut akan di tanggung oleh asuransi.

Tapi walaupun begitu kita juga tidak boleh asal-asalan memilih asuransi. Pelajari dulu polisnya dengan teliti dan bandingkan dengan asuransi sejenis jika perlu.

Untuk tulang punggung keluarga wajib memiliki asuransi jiwa, sementara anggota keluarga yang lain wajib punya asuransi kesehatan.

Penutup

Nah itu dia 5 pantangan dalam mengelola keuangan rumah tangga yang sebaliknya di hindari. Selain itu saya juga sudah menyampaikan 5 tips yang bisa di lakukan agar terhindar dari bola salju masalah keuangan keluaraga. Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *