Mengelola Keuangan dan Investasi dengan Stoikisme

Keuangan581 Dilihat

Mengelola keuangan dan investasi dengan stoikisme menjadi tema yang menarik untuk kita bahas. Mungkin Anda yang tertarik mampir untuk membaca artikel ini sedang sering merasakan hal-hal di bawah ini?

Sering overthinking kalau sedang bicara tentang keuangan? Khawatir sekali tentang keuangan di masa depan sampai pikiran tidak karuan? Ataukah tidak jarang merasa menyesal karena sudah boros dalam berbelanja?

Jika iya, maka artikel ini wajib Anda baca sampai selesai, untuk mengetahui bagaimana stoikisme di pakai dalam mengelola keuangan dan investasi.

Beberapa waktu lalu, stoikisme banyak dibahas di media sosial. Katanya, dengan menjadi seorang stoik, kita akan bisa hidup lebih tenang. Bebas dari rasa khawatir dan juga lebih fokus menghadapi apa yang bisa kita kendalikan.

Hmm.. bagaimana ya jika filosofi stoikisme ini dipakai untuk mengelola keuangan dan investasi? Apakah juga sama-sama bisa mengurangi rasa cemas maupun overthinking kita akan keuangan? Yuk langsung kita bahas!

Apa itu Stoikisme?

Apa itu Stoikisme
gambar : unsplash.com/ elena taranenko

Seperti biasa, kita mulai dengan mendefinisikan istilahnya terlebih dahulu. Apa sih yang dimaksud dengan stokisme dan menjadi seorang stoik?

Asal Mula dan Prinsip Stoikisme

Filosofi ini awalnya di cetuskan oleh seseorang bernama Zeno of Citium pada masa Hellenistik. Lalu di kembangkan oleh Seneca, Epictitus, dan juga Marcus Aurelius.

Stoikisme adalah sebuah filsafat Yunani kuno yang sangat populer di kalangan masyarakat pada masa itu, bahkan hingga kini karena memang sangat relevan dengan kehidupan kita. Tidak peduli miskin atau kaya, filosofi ini akan tetap bisa membantu kehidupan kita.

Stoikisme memiliki 4 prinsip utama :

  1. Tuhan selalu peduli terhadap semua makhluknya
  2. Hidup dengan kebijaksanaan sangatlah penting untuk menjadi bahagia
  3. Alam semesta bekerja secara harmoni. Kitapun harus hidup harmonis dengan alam
  4. Semua hal terjadi pasti memiliki alasan yang sudah di atur oleh kekuatan yang lebih besar dari apapun yang ada di alam semesta ini

Prinsip nomor 4 di sebut-sebut sebagai inti dari stoikisme. Namun hal ini berbeda dengan oknum agama yang melakukan hal buruk dengan alasan ‘sudah di atur/ takdir’. Justru adanya 3 poin sebelumnya menjelaskan bahwa kita harus bertindak bijak dengan cara hidup harmoni dengan alam.

Kita tidak mungkin bisa tahu bagaimana hidup harmoni dengan alam jika tidak memfungsikan akal yang rasional. Para filosof stoik menyebutkan bahwa inilah pembeda antara manusia dengan makhluk lain. Dengan kata lain, seorang stoik pasti menggunakan akal rasionalnya saat menghadapi suatu kejadian tertentu.

Definisi Stoikisme

Bisa di bilang bahwa stoikisme (stoicism) merupakan sebuah filosofi hidup yang melihat dan memisahkan antara hal-hal yang bisa kita kontrol dan tidak bisa kita kontrol.

Karena stoikisme memandang bahwa semua kejadian pasti ada alasannya, maka saat menghadapi suatu masalah seorang stoik akan menganalisis penyebabnya lalu melihatnya dengan perspektif yang lebih luas.

Dengan begitu, akan terlihat mana sebenarnya hal-hal yang bisa kita kendalikan dan tidak. Konsekuensi positif yang akan kita dapatkan lainnya dengan pola pikir seperti ini adalah meningkatkan kecerdasan emosi.

Sebab kita akan cenderung mudah untuk mengendalikan diri dan tidak terlalu lama tenggelam dalam emosi tertentu (khususnya emosi-emosi yang tidak nyaman).

Kembali ke pembahasan utama kita, apakah stoikisme ini bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah keuangan?

Jawabannya, tentu saja bisa! Yuk kita bahas bagaimana caranya!

Mengelola Keuangan dan Investasi dengan Stoikisme

Mengelola Keuangan dan Investasi dengan Stoikisme
gambar : unsplash.com/ Kenny Eliason

Dalam mengelola keuangan dan investasi dengan stoikisme, kita akan menggunakan salah satu studi kasus yang sering menjadi polemik keuangan khususnya bagi kita anak-anak muda. Yakni, susah membeli rumah.

Disini ada yang sama-sama sedang menjadi pejuang rumah?

Yap, rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar kita sebagai manusia. Inginnya ketika sudah berkeluarga nanti, kita bisa tinggal di rumah yang nyaman dan aman milik kita sendiri. Tapi apa daya, katanya kenaikan harga tanah dan rumah mungkin sulit di kejar oleh para millenial dan gen z karena tidak berimbang dengan income kita yang rendah.

Nah, bagaiamana stoikisme bisa membantu kita menghadapinya? Apa saja variabel yang bisa dan tidak bisa kendalikan?

1. Harga Tanah dan Rumah yang Selalu Naik

Mari kita renungkan, apakah dengan mengeluhkan harga tanah dan rumah yang selalu naik maka kita akan bisa menurunkan harga tanah dan rumah?

Jawabannya, tidak.

Oleh karena itu yang harga tanah dan rumah yang selalu naik adalah faktor yang tidak bisa kita kendalikan. Artinya, apa yang bisa kita lakukan?

Biarkan saja. Ya betul biarkan, tidak perlu menghabiskan banyak energi untuk terlalu memikirkan harga tanah dan rumah yang cenderung selalu naik sampai kita merasa tidak karuan dan kehilangan fokus. Atau kita biasa bilang, overthinking.

Karena thinking yang asli dan overthinking itu tentu berbeda. Thinking menghasilkan solusi, sementara overthinking hanya menyisakan perasaan cemas dan lelah yang tidak berujung.

2. Penghasilan

Variabel yang kedua adalah soal penghasilan. Inilah yang paling mungkin untuk kita kendalikan. Mari kita bahas.

Kalau kita merasa penghasilan kita masih kecil, maka rencanakan dan pikirkan bagaimana cara meningkatkannya. Bisa dengan mencari pekerjaan sampingan (side hustle), berbisnis ataupun dengan perencanaan karir agar gaji bisa naik.

Dalam usaha meningkatkan penghasilan pun seorang stoik pasti hanya akan berfokus pada hal-hal yang bisa ia kendalikan. Misalnya rencana yang Anda pilih adalah dengan berbisnis. Lalu ternyata usaha Anda terhambat karena di curangi oleh kompetitor.

Jika Anda seorang stoik tidak akan terlalu lama tenggelam dalam perasaan murka kepada kompetitor. Ia akan fokus mencari sebab dan hal-hal yang mungkin bisa ia lakukan untuk memperbaikinya. Karena ia sadar ia tidak punya kuasa untuk memerintah kompetitor agar tidak berbuat curang.

Misalnya dengan cara meningkatkan kualitas produk, pemasaran serta kepercayaan konsumen, membuat suatu sistem proteksi untuk menangkal hoax atau fitnah, dll.

Anda bisa membaca artikel dibawah ini untuk ide-ide dalam meningkatkan income!

Baca, 10 Ide Menambah Penghasilan yang Realistis Untuk Karyawan 2022

3. Pengeluaran

Variabel yang ke tiga adalah soal pengeluaran.

Pengeluaran memang lebih mungkin bisa kita kendalikan karena kitalah aktor utamanya. Kita yang mengeluarkan uang untuk berbagai kebutuhan. Contohnya, kebutuhan bulanan, dan kebutuhan lain yang mesti di keluarkan seperti pajak, ganti gadget atau barang elektronik, kendaraan dan lainnya.

Kita bisa belajar untuk mengendalikan gaya hidup kita sendiri. Sesimpel mulai mencatat pengeluaran rutin kita sehari-hari. Dengan begitu kita akan bisa dengan mudah mengevaluasi keuangan dan meminimalisir kebocoran keuangan.

Kemudian belajar mengendalikan pengeluaran rutin bulanan. Kita bisa mulai belajar memisahkan mana yang kebutuhan dan mana yang merupakan keinginan semata. Gaya hidup minimalis akan sangat membantu Anda mengurangi kebiasaan membeli barang-barang yang tidak terlalu di butuhkan.

Baca juga, Strategi Mengatur Keuangan Dengan Gaya Hidup Minimalis dan Sederhana

Misalnya kita masih merasa keberatan membayar pajak kendaraan yang banyak. Maka kita bisa mengurangi kendaraan sesuai kebutuhan dengan menjual sebagian kendaraan yang kita miliki.

Kita juga bisa belajar merawat barang-barang elektronik yang kita miliki sehingga bisa lebih awet dan tidak terlalu sering harus mengeluarkan uang untuk menggantinya.

4. Investasi

Selanjutnya, kita akan bicara soal investasi. Berapa sih yang bisa kita alokasikan untuk berinvestasi tiap bulannya? Inilah yang bisa kita kendalikan.

Meski penghasilan masih minim, sebenarnya kita bisa mulai membiasakan diri untuk berinvestasi loh!

Apalagi ketika penghasilan kita bertambah, kita akan bisa berinvestasi lebih banyak. Bukan sebaliknya ya. Penghasilan bertambah, Tapi investasi malah tetap atau malah turun. Kalau begitu, mana mungkin kita bisa membeli rumah yang harganya selalu naik itu?

Lalu bagaimana jika investasinya gagal?

Setiap investasi tentu memiliki tingkat resikonya sendiri-sendiri. Sehingga tidak ada satu orang pun yang bisa memastikan bahwa suatu investasi akan selalu menguntungkan. Oleh karena itu, dalam hal ini seorang stoik hanya akan fokus pada apa yang bisa ia kendalikan.

Yaitu meningkatkan literasi keuangan dan investasi, berusaha meningkatkan alokasi investasi, termasuk disiplin untuk berinvestasi secara rutin tiap bulan. Jika di rasa sudah cukup paham soal investasi dan merasa sudah bisa membayar ahli, ia mungkin akan menyerahkan strategi investasi pada pihak yang kompeten.

Begitupun jika terjadi masalah dalam investasi yang di lakukannya, ia akan fokus mencari sebab dan hal-hal yang mungkin bisa ia lakukan. Jadi tidak mungkin seorang stoik malah tenggelam pada ketakutan gagal berinvestasi.

5. Harga Rumah yang Akan Kita Beli

Variabel terakhir yang bisa dikendalikan dalam masalah susah membeli rumah ini adalah harga rumah yang akan kita beli.

Faktanya, harga rumah juga ada banyak klasifikasi. Soal kenaikan harga memang tidak kita kendalikan, namun kita bisa memilih soal klasifikasi harga rumah. Kita bisa menyesuaikan berapa harga rumah yang akan kita beli sesuai dengan kemauan kita.

Mulai dari harga rumah Rp 150 juta, Rp 300 juta, Rp 500 juta bahkan bermiliar-miliar. Semuanya ada. Tinggal di sesuaikan dengan variabel utama yang perlu di pertimbangkan sesuai dengan kondisi Anda masing-masing dan pastinya di hitung lengkap dengan variabel bunga investasi serta inflasi ya.

Baca juga :

Dengan mempraktikan filosofi stoikisme, kita tidak akan lagi panik dengan harga yang tanah dan rumah yang terus naik. Kita hanya memilih klasifikasi rumah dan juga menghitung langkah untuk membelinya dengan mengusahakan 4 poin sebelumnya.

Penutup

Stoikisme ternyata menjadi suatu mata kuliah dalam rumpun cara berpikir yang di ajarkan di beberapa kampus. Ternyata pola berpikir ini memang dianggap relevan untuk di terapkan pada berbagai bidang keahlian, termasuk dalam menyelesaikan masalah keuangan.

Kesulitasn membeli rumah adalah salah satu contoh masalah yang bisa di lihat dengan pola pikir stoik. Anda pun bisa menerapkannya dalam masalah keuangan yang lain. Sekarang pertanyaannya, apa saja yang sudah kita lakukan sebagai usaha untuk membeli rumah?

Apakah sudah pernah cek harga rumah melalui internet atau survey langsung? Apakah sudah mencoba untuk meningkatkan penghasilan? Sudahkan berusaha mengendalikan pengeluaran? Dan terakhir, apakah sudah pernah menghitung berapa uang muka yang di butuhkan untuk membeli rumah?

Jika belum, mulai sekarang yuk menjadi seorang stoik atau fokus dengan hal-hal yang lebih bisa kendalikan! Dengan begitu kita bisa berfikir jernih dan jauh dari overthinking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *