9 Kesalahan Bisnis Franchise yang Bikin Mimpi Jadi Ambyar

Bisnis544 Dilihat

Dalam memulai sebuah bisnis, ada banyak sekali cara yang dapat dipilih. Mau dijalankan benar-benar dari nol dan membangun produk sendiri, atau memilih menggunakan brand yang sudah terkenal lewat jalur franchise alias waralaba. Sayangnya masih banyak orang yang tidak terlalu paham kesalahan bisnis franchise yang akhirnya berujung kerugian luar biasa besar.

Kesalahan bisnis franchise ini jelas akan begitu menyakiti hati karena selama ini banyak orang berpikir mereka pasti untung berbisnis secara waralaba. Padahal faktanya dalam bisnis franchise ini tetap diperlukan yang namanya strategi bisnis supaya para franchisee alias pewaralaba memperoleh untung juga.

Dalam bisnis franchise, pewaralaba memang berkewajiban membayar biaya awal sekaligus royalti berkelanjutan kepada pemilik dagang karena menjual produknya. Sedangkan pemilik dagang alias franchisor harus memberikan dukungan penuh mulai dari supply bahan baku sampai kebebasan menggunakan merk produk barang atau jasa mereka. Sudah pasti jika waralaba yang Anda pilih ini laris manis, franchisee bakal memperoleh banyak cuan.

Baca juga: 10+ Biaya Bisnis Properti yang Harus Dikeluarkan di Indonesia

Beberapa bisnis franchise yang terkenal di Indonesia seperti jaringan rumah makan KFC, Indomaret, Apotek K24, Kebab Baba Rafi sampai gerobak Ayam Sabana. Dengan nama brand yang sudah besar, konsep bisnis franchise memang menawarkan banyak keuntungan seperti pengurangan risiko bisnis, standarisasi sistem keuangan dan produk, iklan yang point-of-sale, penelitian produk selanjutnya sampai SOP para pegawai.

Tergiur menjalankan bisnis waralaba? Nah, supaya tidak salah kaprah ada baiknya Anda mempelajari sepuluh kesalahan bisnis franchise berikut ini agar bisa menghindarinya. Kesalahan-kesalahan yang akan kami bahas ini tidak hanya dari sisi pemilik merek dagang, tapi juga mereka yang hendak menjadi pewaralaba. Sehingga dengan begitu, Anda bisa memiliki pertimbangan mendalam sebelum mulai menjalankan konsep waralaba berikut ini:

1. Tidak Maksimalnya SDM – SOP

SDM - SOP
© Shutterstock

Ada alasan tersendiri kenapa tidak maksimalnya SDM (Sumber Daya Manusia) dan SOP (Standar Operasional Prosedur) merupakan kesalahan bisnis franchise yang pertama sekaligus utama. Karena bagaimanapun, konsep bisnis waralaba memang fokus pada sistem SDM dan SOP yang sudah dirumuskan sedemikian tepatnya untuk diterapkan mulai dari pusat hingga cabang-cabang waralaba nantinya.

Ketika Anda sebagai calon pewaralaba mengajukan keinginan kepada pemilik merek dagang, prosesnya akan berlanjut ke kontrak dan pembayaran. Jika kontrak dan pembayaran awal sudah selesai, maka pewaralaba tinggal menyediakan lokasi dan menanti pemilik waralaba mengirimkan produknya untuk dijual. Entah dalam bentuk barang atau jasa, tahapan ini semua haruslah dijalankan sesuai SOP yang ditetapkan.

Jika pemiliki waralaba belum menetapkan SOP, proses distribusi ini jelas bisa terganggu. Bahkan bukan tak mungkin, produk yang dijual di pusat akan berbeda dengan apa yang tersedia di outlet cabang. Ujung-ujungnya karena SOP yang belum ditetapkan dengan berkualitas ini malah bikin pewaralaba merugi, batal melanjutkan kontrak dengan franchisor dan pastinya memberikan dampak buruk ke bisnis waralaba tersebut.

Karena itulah ketentuan SOP akhirnya memegang peranan penting. Jika Anda memang ingin bisnis waralaba sukses, tetapkan SOP sejak awal bisnis berjalan. Rajin lakukan pelatihan dan rekrut orang dengan keinginan kuat meningkatkan kualitas SDM diri mereka masing-masing, sehingga bisnis bisa berjalan lancar, berkembang dan memberikan omzet menggiurkan. Begitu pula tetapkan syarat karyawan sesuai SOP perusahaan kepada pihak franchisee nanti.

2. Terlalu Cepat Buka Cabang

Bagi pemilik franchise, tentu rasanya luar biasa bangga ketika bisnis yang dijalankan memiliki cabang di berbagai tempat. Tidak hanya di provinsi tempat Anda tinggal, tapi bisa-bisa sampai berkembang ke daerah lain bahkan di seluruh dunia. Bagaimanapun juga, cabang yang banyak dari sebuah bisnis sudah dianggap sebagai gerbang kesuksesan yang akhirnya berdampak ke omzet bisnis melimpah.

Hanya saja kesalahan bisnis franchise yang kerap tanpa sadar disadari pemilik merek dagang berikutnya adalah terlalu cepat membuka cabang. Lhoh, kok bisa cepat buka cabang dianggap sebagai kesalahan? Bukankah itu indikasi bisnis berkembang? Memang benar. Tapi akan berubah jadi mimpi buruk saat outlet cabang dibuka tanpa mempertimbangkan potensi pasar dan strategi marketing yang tepat.

Ketika franchisor memperoleh proposal pengajuan cabang waralaba dari calon franchisee, tahapan awal yang harus dilakukan adalah melakukan pengecekan lokasi. Apakah jika cabang itu dibuka akan memberikan dampak ke omzet? Apakah pasar di sekitarnya sesuai dengan target bisnis? Apakah sebanding pengeluaran dan pemasukan yang bakal diterima oleh franchisee? Berbagai hal itu haruslah terjawab memuaskan sebelum buka cabang baru.

Jangan lupa juga mencari tahu kemampuan manajemen bisnis waralaba yang Anda kelola, apakah SDM yang dimiliki sudah cukup mumpuni ketika ada cabang baru yang bakal dikelola. Jangan sampai saat kualitas manajemen bisnis pas-pasan tapi nekat buka cabang demi tergiur keuntungan, karena justru bisa bikin operasional franchise kalang kabut dan akhirnya merugi.

3. Komunikasi Buruk dengan Pemilik

Kesalahan bisnis franchise berikutnya yang bisa dibilang cukup fatal adalah komunikasi buruk antara franchisor dengan franchisee. Padahal kedua pihak inilah yang bakal memegang kunci utama kesuksesan bisnis waralaba. Pewaralaba haruslah bisa berkomunikasi tepat dan profesional kepada pemilik merek dagang, karena memang berkaitan dengan kelangsungan usaha seperti melakukan diskusi kecil.

Baca juga: 5 Kemampuan Wajib Perusahaan Agar Bertahan Saat Perekonomian Sulit

Jika komunikasi ini tidak dibangun, bagaimana mungkin pewaralaba bisa menjalankan usahanya dengan tepat? Apa yang harus dilakukan kalau franchisor terlambat mengirimkan bahan baku produksi? Untuk itulah jalin komunikasi yang baik dan profesional di kedua belah pihak.

4. Hutang Modal Tanpa Perhitungan Untung-Rugi

modal lewat hutang
© Getty Images/JamesBrey

Dibandingkan memulai bisnis dari nol dengan merek dagang yang Anda awali sendiri, bisnis franchise memang membutuhkan modal yang cukup besar. Sudah pasti makin besar modal yang dibutuhkan, maka artinya waralaba itu memang populer dan terbukti laris-manis. Contohnya Kkluldak, waralaba makanan ringan asal Korea Selatan yang sudah ada 200 outlet di seluruh dunia, membutuhkan modal sebesar Rp350 juta jika Anda ingin jadi franchisee.

Jauh berkali-kali lipat lebih mahal dari Kkuldak, ada waralaba KFC yang setidaknya butuh modal Rp1,5 miliar untuk memperoleh merek dagang dan menjual produknya. Selain kuliner, franchise Apotek K24 juga bisa dipilih dengan modal Rp970 juta lalu jaringan minimarket Indomaret yang setidaknya butuh dana Rp394 juta. Untuk menyiasati modal yang begitu besar, banyak franchisee memilih mengajukan kredit ke bank.

Apakah salah mencari modal bisnis dari hutang ke bank? Tentu tidak. Hanya saja menjadi kesalahan bisnis franchise jika Anda melakukannya tanpa memperhitungkan untung-rugi bisnis ke depannya. Karena dalam setiap bisnis, di awal penjualan tentu harus struggle dan tidak mungkin bisa langsung ludes terjual. Dalam kondisi ini, pebisnis tentu akan kesulitan jika dibebankan tagihan kredit yang luar biasa besar karena Anda tidak berpikir waktu hutang.

5. Minim Pengalaman

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, keuntungan bisnis franchise adalah Anda tak perlu repot-repot dalam membangun brand karena pemilik dagang sudah dikenal publik sebelumnya. Namun kondisi ini tak berarti Anda sebagai franchisee, sama sekali tidak paham atas operasional waralaba. Hal inilah yang akhirnya menjadi kesalahan bisnis franchise berikutnya yang tak hanya merugikan franchisee tapi juga franchisor.

Pengalaman ini sendiri rupanya juga setidaknya harus dikuasai oleh pemilik merek dagang karena perjalanan sebuah bisnis menjadi konsep waralaba tidaklah singkat. Semakin besar sebuah bisnis tentu harus diimbangi dengan pengalaman si pemiliknya. Pemilik yang berpengalaman tentu akan sangat profesional dalam menghadapi masalah yang tiba-tiba dialami franchisee.

6. Dana Operasional Tak Ada

Sudah jadi rahasia umum bahwa sebetulnya bisnis waralaba ini dijalankan tidak dengan modal besar. Dana operasional yang dimiliki franchisor kebanyakan diperoleh dari biaya royalti yang dibayarkan franchisee. Hanya saja sebagai pemilik bisnis jika Anda cuma mengandalkan dana tersebut, maka artinya itu adalah mimpi buruk. Karena pemilik waralaba yang baik haruslah mempersiapkan dana operasional sendiri sebagai persiapan atas kondisi berbahaya.

Untuk itulah ketika Anda sudah memantapkan diri berjalan sebagai franchisor, kelola keuangan secara tepat. Bedakan dana operasional untuk pusat dan dana operasional dalam menyediakan bahan-bahan yang didistribusikan ke pewaralaba. Royalti yang dibayarkan dalam jangka waktu tertentu juga harus digunakan khusus untuk pengembangan bisnis ke depanya, supaya perkembangan usaha berjalan secara vertikal dan horizontal.

Baca juga: 5 Standar Customer Service Toko Online yang Bisa Anda Terapkan

7. Sistem Support Belum Maksimal  

sistem support
via Corporate Vision

Lantaran bisnis waralaba ini bisa mempunyai banyak cabang yang tidak hanya terletak di ibukota saja, Anda sebagai franchisor sudah sepatutnya menyediakan sistem support di wilayah-wilayah lain. Dengan begitu ketika pewaralaba memperoleh masalah terutama kualitas bahan baku produksi, protes bakal langsung diterima sistem support perusahaan dan melakukan solusi secepatnya.

Tak sedikit bisnis waralaba terpaksa berhenti di tengah-tengah kontrak karena merasa si franchisor tak mampu memberikan apa yang dibutuhkan dan jadi hak pewaralaba. Supaya tidak mengalami hal ini, bangun terlebih dulu sistem support di beberapa wilayah selain pusat, sehingga masalah bisa selesai lebih efisien.

8. Keliru Pilih Partner

Untuk kesalahan bisnis franchise yang satu ini, kerap dialami oleh franchisor. Tergiur ada yang membeli merek dagang, mereka dengan tenang langsung menjalin kontrak tanpa memperhatikan reputasi partner bisnis. Jadi bahaya kalau partner tidak bertanggung jawab, maka Anda bakal kesulitan membuat bisnis berkembang. Tentu saja ini bakal jadi reputasi yang buruk ke produk Anda.

Padahal yang namanya partner bisnis. haruslah jadi pihak yang cukup memahami ilmu perdagangan dasar. Sehingga jika terjadi masalah dalam proses operasional, bisa melakukan diskusi dengan Anda mulai dari strategi marketing yang tepat, sampai produk yang sekiranya diminati oleh pasar di sekitarnya.

9. Ide Baru yang Belum Terbukti

ide baru

Kesalahan bisnis franchise berikutnya ini kerap dilakukan oleh para pemilik dagang. Atas nama inovasi, mereka kadang menerapkan ide-ide baru yang diharapkan jadi strategi marketing bisnis ke depannya. Karena memang dalam bisnis waralaba, pemilik merek dagang haruslah jadi orang yang bertanggung jawab untuk kelangsungan bisnis dan peningkatan laba usaha, dalam memikirkan ide-ide baru yang berdampak positif.

Baca juga: Inilah Perbedaan Webinar dan Meeting Online, Awas Jangan Sampai Salah!

Pada dasarnya tak ada kesalahan untuk memulai ide baru, hanya saja jika bicara soal skala waralaba yang melibatkan banyak pihak termasuk franchisee, franchisor haruslah ambil keputusan dengan lebih teliti. Apakah ide itu punya dampak bagus secara jangka panjang? Apakah ide itu sebanding dengan modal usaha yang dikeluarkan? Sehingga jika ada konsep yang menarik tapi belum terbukti, lebih baik dihindari.

Lantaran ada cukup banyak kesalahan bisnis franchise yang kerap terjadi, operasional bisnis ini memang tak bisa dilakukan secara sembrono. Anda baik pewaralaba maupun pemilik merek dagang haruslah senantiasa menjadi pihak yang benar-benar teliti dan selalu bersedia belajar. Sehingga dengan begitu omzet bisnis bakal meningkat dan kedua pihak akhirnya bisa cuan bersama-sama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *