5 Jenis Aset Mirip Cash, Dijamin Lebih Cuan!

Investasi267 Dilihat

Memang ada aset mirip cash yang bisa membuat kita lebih cuan?

Ada dong!

Pernah mendengar istilah “cash is king?”. Pernyataan ini ada benarnya, karena dalam kondisi tertentu kita sangat-sangat membutuhkan cash. Dengan kata lain, cash bisa jadi penyelamat!

Seperti halnya kondisi yang sudah kita lalui di tahun 2022 ini. Mulai dari market crash, harga-harga kebutuhan primer naik, banyak terjadi PHK, isu resesi hingga inflasi yang sangat tinggi di Amerika dan berdampak pula ke Indonesia (naik sampai 6% dan ini adalah inflasi tertinggi dalam 5 tahun terakhir).

Bagi kita, 2022 ini terasa cukup berat ya?

Jadi wajar, kalau kondisi ini disebut oleh banyak influencer dengan sebutan situasi cash is king. Setidaknya kita perlu menyiapkan 20-30% cash uang dingin dari total aset kita.

Tapi apakah cash itu artinya kita perlu segera mencairkan aset dan menyimpan uangnya di bank, di dompet, atau di bawah kasur?

Mengenal Makna “Cash Is King”

Sebenarnya cash disini bukan berarti bukan berarti kita harus mengambil uang cash dari ATM lalu di simpan di dopet. Bukan juga mencairkan aset lalu di simpan di bank, apalagi di taruh di bawah kasur.

Cash disini bisa jadi berupa aset investasi yang rendah resiko dan mudah di cairkan seperti halnya uang tunai yang bisa kita ambil kapan saja di ATM.

Memangnya kenapa kalau uang kita disimpan di bank saja untuk mengaplikasikan “cash is king?”

Coba bayangkan, kalau kita punya uang Rp 100 milyar, lalu kita simpan di rekening Bank. Tapi misalnya, ternyata inflasi terjadi mencapai 10% sehingga tentunya nilai uang kita akan berkurang sebesar Rp 10 miliar hanya karena kita memegang uang tunai.

Nah, tahukah Anda kalau ternyata ada loh beberapa aset mirip cash yang jauh lebih mengutungkan dibanding uang tunai?

Apa saja itu? Yuk kita bahas!

1. Reksadana Pasar Uang (RDPU)

aset mirip cash Reksadana Pasar Uang (RDPU)
gambar : unsplash.com/ joshua mayo

Pertama, aset mirip cash tapi bisa membuat kita lebih cuan adalah rekasadana pasar uang (RDPU). Ini adalah salah satu jenis reksadanadimana dana kita 100% di alokasikan ke Pasar uang yakni deposito atau surat berharga yang tenornya kurang dari 1 tahunan.

Seperti jenis reksadana lainnya, RDPU juga di kelola oleh manajer investasi yang sudah profesional di bidangnya.

Reksadana pasar uang sangat cocok untuk kita yang memiliki tujuan jangka pendek karena rendah resiko dan mudah di cairkan. Tapi kalau ingin di simpan dalam jangka waktu yang lebih lamapun tidak masalah.

RDPU adalah pilihan yang lebih menguntungkan di banding menyimpan uang secara tunai karena returnnya bisa mencapai 3-6% (sudah termasuk pajak). Sedangkan tabungan di bank bunganya hanya 0-2%, belum lagi di tambah pajak 20%.

Selain itu, trend RDPU juga selalu naik setiap tahunnya, Sehingga tidak perlu khawatir.

Apalagi suku bunga akan di naikan. Ini akan berdampak positif bagi investor terutama yang berinvestasi di reksadana pasar uang.

Cara Memilih Reksadana Pasar Uang

Jika kita membuka aplikasi investasi seperti Ajaib, Bareksa dan beberapa aplikasi resmi reksdana lainnya, Anda akan menemukan beberapa pilihan pengelola RDPU.

Lalu bagaimana cara memilihnya? Berikut adalah 2 kriteria dalam memilih RDPU yang bisa Anda lakukan!

  • Memperhatikan Asset Under Management (AUM)
    AUM ini harus berada di top 20 dalam dana kelolaan. Makin besar AUM maka artinya sudah banyak investor mempercayakan uangnya untuk di kelola di reksadana tersebut.
  • Return RDPU Harus Konsisten Tinggi
    Coba sortir di top 20 AUM, dan cari manakah reksadana pasar uang yang returnnya konsisten tinggi.

Namun ini bukan ajakan untuk membeli reksdana tertentu ya. Tetaplah berinvestasi sesuai analisa Anda. Selain itu, RDPU juga tetap punya resiko gagal bayar kalau kita salah memilih manajer investasi atau manajer investasinya bermasalah.

Baca juga :

2. Surat Berharga Negara / SBN Ritel

Kemudian ada juga yang namanya SBN ritel atau Surat Berharga Negara untuk ritel yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan.

SBN ritel ini mirip dengan deposito, namun bedanya kita meminjamkan uang bukan ke bank, melainkan kepada negara untuk melaksanakan pembangunan. Jadi nantinya kita akan mendapatkan imbal hasil dari dana yang kita pinjamkan tersebut dalam bentuk kupon.

Kenapa SBN ritel ini lebih baik dibanding uang tunai (cash)?

Pertama, investasi ini dijamin aman karena dijamin oleh negara. Sejak penerbitannya dulu sampai sekarang, tidak ada sejarah gagal bayar.

Selain pilihan investasi yang sifatnya konvensional, SBN ritel juga menerbitkan versi syariahnya. Jadi bagi Anda yang lebih cenderung berinvestasi secara syariah bisa merasa lebih nyaman.

Yang ketiga, soal return tentu saja lebih tinggi SBN ritel dibandingkan tabungan di bank atau deposito bank. Misalnya saja SBN ritel terbaru yakni ST009 yang returnnya 6,15% pertahun. Sedangkan deposito bunganya hanya 4-5% saja.

Pajak SBN ritel juga lebih rendah yakni hanya 10% saja, dibandingkan pajak deposito yang bisa mencapai 20%.

SBN ini bunganya juga bisa cair setiap bulan dan ada juga yang bisa di perdagangkan atau di cairkan lebih awal sebelum jatuh tempo. Jadi cocok juga untuk di jadikan pasive income.

Jenis-jenis SBN Ritel yang Bisa Dipilih

Jika Anda tertarik untuk membeli SBN ritel sebagai aset mirip cash yang lebih menguntungkan, Anda perlu mengetahui bahwa SBN ritel itu ada beberapa jenis.

Untuk membantu Anda menentukan SBN ritel mana yang pas untuk Anda, yuk simak penjelasan singkat berikut ini!

  • ORI (Obligasi Ritel Indonesia)
    Sifatnya konvensional, sebagai investor kita bisa mendapatkan kupon tetap dan bisa di perdagangkan.
  • SBR (Saving Bond Ritel)
    Sifatnya juga konvensional, kupon yang kita terima sifatnya mengambang (float) mengikuti suku bunga Indonesia. Jadi kalau suku bunga kita sedang naik, kuponnya ikut naik dan sebaliknya (namun ketika turun, tetap ada batas bawahnya. Selain itu SBR tidak bisa di perdagangkan.
  • SR (Sukuk Ritel)
    Ini adalah surat berharga versi syariah. Mirip dengan ORI, dimana kita bisa dapat kupon tetap dan tentunya bisa di perdagangkan.
  • ST (Suku Tabungan)
    Bisa disebut juga SBR versi syariahnya. Kita mendapatkan suku bunga mengambang dan ST yang kita pegang tidak bisa di perjual belikan. Sehingga kalau ingin dicairkan harus menunggu jatuh tempo terlebih dahulu. Jika Anda tertarik, bisa coba mencari tahu tentang ST009 yang baru keluar kemarin dengan return sebesar 6,15% per tahun.

Namun tetap saja SBN memiliki resiko gagal bayar, meski sejauh ini hal itu tidak pernah terjadi dan ada juga jenis SBN seperti SBR dan ST yang kurang fleksibel karena harus menunggu jatuh tempo ntuk mencairkannya.

Nah, jika Anda merasa membutuhkan penjelasan yang lebih detail, coba baca artikel berikut ini!

Baca juga, Apa Bedanya ORI dengan Jenis SBN Ritel lain? Yuk Cari Tahu!

3. Mata Uang Asing

aset mirip cash lebih untung Mata Uang Asing.png
gambar : unsplash.com/ Frederick Warren

Aset mirip cash yang ketiga adalah mata uang asing. Singkatnya, kita mengganti uang Rupiah kita dengan mata uang asing untuk mendapatkan keuntungan.

Biasanya salah satu mata uang asing yang banyak digunakan adalah US Dollar. Karena US Dollat adalah mata uang yang kuat dan digunakan oleh 40% transaksi yang terjadi di dunia.

Selama jumlah import di Indonesia masih tinggi maka nilai Rupiah akan selalu melemah dari tahun ke tahun. Hal ini terbukti selama 20 tahun terakhir.

Cara Investasi Mata Uang Rupiah ke US Dollar

Ada tiga cara yang bisa kita lakukan kalau kita ingin investasi mata uang Rupiah ke US Dollar.

  • Memiliki Dollar nya secara fisik. Dimana kita pergi ke bank atau money changer dan mengganti uang rupiah dengan US Dollar.
  • Bisa juga dengan membeli US Dollar secara digital lewat mobile banking. Misalnya kita bisa menggunakan bank-bank digital seperti jenius, digibank dan lainnya.
  • Beli Dollar di cryptocurrency dalam bentuk USDT atau USDC.

Tapi, investasi mata uang asing khususnya US Dollar juga memiliki beberapa resiko. Pertama ada yang nama country risk, dimana jika terjadi kondisi-kondisi krisis di Amerika seperti perang,inflasi naik dll yang membuat nilai US Dollar menurun.

Begitupun dengan resiko currency risk dimana jika suatu saat Rupiah menguat, maka US Dollar akan melemah. Dan yang ketiga adalah resiko yang terjadi jika platform pembelian USDT atau USDC kita bermasalah, maka ada resiko kesulitan withdraw (sulit mencairkan uang).

Baca juga :

4. Emas

Emas merupakan salah satu aset mirip cash yang tentunya bisa lebih menguntungkan.

Sejak dulu, emas sudah digunakan oleh banyak orang sebagai instrumen berinvestasi. Karena emas adalah tipe investasi yang konservatif dan mudah di pahami.

Kenapa emas bisa jadi alternatif yang lebih menguntungkan dibandingkan menyimpan yang secara tunai?

Karena kenyataannya nilai emas cenderung naik setiap tahunnya, meskipun nilainya tipis. Emas cocok digunakan sebagai pelindung nilai aset dari inflasi (hedging) dan anti resesi.

Bicara tentang investasi emas, ada beberapa jenis emas yang bisa Anda beli untuk berinvestasi. Diantaranya emas batang dan juga emas digital yang bisa di beli lewat platform online atau nabung emas digital. Tapi tidak disarankan untuk berinvestasi menggunakan emas perhiasan ya.

Resiko Investasi Emas

Seperti jenis investasi lainnya, emas juga punya resikonya tersendiri.

Seperti misalnya jika kita menggunakan emas batangan untuk berinvestasi, resikonya bisa hilang atau rusak. Selain itu penyimpannya mahal dan sulit, ditambah lagi kalau ingin menjualnya harus pergi ke toko emas (tidak fleksibel).

Ada juga resiko spread (selisih harga beli dan harga jual). Jadi misalnya kita membeli emas hari ini dan menjualnya hari ini juga, sudah di pastikan kita akan rugi sekitar 1,3%.

Baca juga :

5. Deposito Bank Digital

Deposito Bank Digital
gambar : unsplash.com/ CardMapr.nl

Aset mirip cash yang lebih menguntungkan yang terakhir adalah deposito bank digital. Konsepnya sama persis dengan deposito bank biasa. Bedanya, tentu deposito bank digital lebih mudah untuk membukanya, cukup lewat aplikasi saja.

Nah kenapa deposito digital lebih baik? Karena bunganya lebih besar dibanding deposito bank biasa yakni sekitar 6-7% pertahun. Selain itu jangka waktu deposito lebih fleksibel mulai dari 1 bulan.

Saat ini sudah banyak bank digital yang bisa dijadikan pilihan. Untuk itu Anda bisa mempertimbangan siapa bank yang mem-bank up di belakangnya. Contoh, seabank di back up oleh sea group, digibank dari DBS, dll.

Investasi pada deposito bank digital juga memiliki resiko. Salah satunya bunga diatas 3,75% yang di tawarkan tidak di jamin oleh LPS. Sehingga Anda perlu mengeceknya info terbarunya.

Baca juga, 4 Tabungan Digital Terbaik Tawarkan Banyak Keunggulan

Penutup

Nah itulah beberapa aset mirip cash yang bisa membuat kita lebih cuan dibanding menyimpan uang secara tunai di bank. Semoga artikel ini bisa membantu Anda dalam mempraktikan masa cash is king ya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *