Jangan Salah, Ini Lho Beda Investasi dan Trading Saham

Investasi422 Dilihat

Ketika Anda terjun di pasar saham, ada dua kegiatan yang bisa dipilih yakni investasi dan trading saham. Banyak orang yang mengira kedua hal ini adalah sama padahal faktanya beda. Bahkan ternyata keuntungan dan potensi kerugian yang ditawarkan pun berbeda sehingga pemula wajib waspada.

Seperti yang sudah diketahui banyak orang, pasar saham memang memiliki pergerakan uang begitu cepat. Ada kalanya seseorang untung, tapi juga bisa rugi dalam waktu singkat. Diperlukan pemahaman yang tepat terhadap pasar modal supaya Anda tetap raih cuan baik sebagai investor maupun trader saham.

Apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, Bursa Efek Indonesia alias BEI sebagai pusat perdagangan saham Tanah Air pernah limbung. Kala itu di tahun 2020, IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) mengalami penurunan yang tentunya membuat pelaku pasar saham ketar-ketir.

Baca juga: Tips dan Hal-Hal Penting Jika Mau Investasi Tas Mewah

Kendati Indonesia sudah resmi bebas dari resesi ekonomi, pergolakan di lantai bursa pun masih jadi hal yang layak diperhatikan. Apalagi jika Anda merupakan pemula, ada baiknya bisa memilih di antara investasi dan trading saham secara tepat, supaya dapat memaksimalkan dana dan keuntungan yang bakal diperoleh.

Perbedaan Investasi dan Trading Saham

beda investasi trading
© Getty Images

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, banyak orang yang menilai kalau investasi dan trading saham adalah sesuatu yang sama. Instrumennya memang sama yakni saham, tetapi kedua hal ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Nah supaya Anda tidak salah pilih, berikut perbedaannya yang wajib dipelajari:

1. Jangka Waktu

Perbedaan utama dan yang paling mencolok antara investasi dan trading saham adalah pada jangka waktunya dalam memperoleh keuntungan. Investasi sudah pasti merupakan kegiatan jangka panjang yang biasanya memerlukan waktu lebih dari tiga tahun, sedangkan trading bersifat jangka pendek.

Ketika Anda memilih trading, waktu yang diperlukan supaya meraup keuntungan biasanya dalam hitungan jam. Yap, trading memanfaatkan betul pergerakan harga saham yang tentu fluktuatif setiap harinya. Hal inilah yang akhirnya membuat sifat para investor dan trader sudah pasti berbeda.

2. Tujuan Finansial

Lantaran baik investasi dan trading saham punya perbedaan jangka waktu, maka sudah pasti mempengaruhi tujuan finansial pelakunya. Sebagai bentuk kegiatan meningkatkan kekayaan dalam jangka panjang, investasi yang sampai butuh waktu belasan atau puluhan tahun ini memberikan manfaat hingga anak cucu.

Dalam investasi saham, artinya Anda membeli saham sebuah emiten lalu membiarkannya dalam waktu bertahun-tahun. Karena perekonomian selalu bergerak, bisa saja harga saham emiten itu meningkat dan mendatangkan keuntungan. Sedangkan trading, lebih cocok dilakukan oleh mereka yang ingin meraih cuan singkat.

Sebagai trader, Anda bisa saja menjual saham sebuah emiten dalam waktu beberapa jam saja setelah bursa saham dibuka. Tentunya dalam menjual atau membeli saham di kegiatan trading ini, diperlukan pemahaman pasar modal termasuk kepekaan pada kondisi perekonomian dunia.

3. Strategi

Berkaitan dengan jangka waktu yang dimiliki, baik investasi dan trading saham sudah pasti butuh strategi berbeda dalam mencari cuan. Dalam investasi misalnya, Anda tak akan terlalu peduli pada pergerakan harga harian karena fokus utama adalah pada emiten dengan fundamental perusahaan dan kinerja keuangan positif.

Hal inilah yang membuat investor memasang strategi pada pembelian saham-saham blue chip yang memang dikenal cukup ’tahan banting’. Bahkan sekalipun emiten blue chip dengan kapitalisasi pasar di atas Rp10 triliun ini mengalami penurunan harga, perusahaan tetap mampu mencetak laba sehingga mampu membayar dividen.

Baca juga: 6+ Kesalahan Investasi yang Tidak Dilakukan Crazy Rich

Sedangkan di lain pihak, trader pada dasarnya membeli saham tanpa terlalu mempertimbangkan urusan fundamental. Hal inilah yang membuat trader mengincar saham-saham dengan harga murah dan kapitalisasi pasar kecil, atau yang kerap disebut saham gorengan. Strategi trader biasanya fokus pada sentimen dan kondisi pasar.

Karena kedua hal tersebut yang paling sering ’dipermainkan’ oleh spekulan sehingga membuat harganya terus bergerak. Tentu diperlukan pemahaman atas kondisi bursa agar Anda bisa menjadi trader yang berpengalaman termasuk memasang beberapa indikator seperti stop loss, target profit hingga risk-reward ration agar aman.

4. Prinsip

Perbedaan berikutnya dari investasi dan trading saham adalah pada prinsip si pelaku. Dalam investasi, Anda bakal lebih sering melakukan buy dan hold. Maksudnya adalah Anda akan membeli saham-saham keluaran emiten berkualitas dan kemudian menahannya dalam jangka waktu lama hingga harga saham itu melambung.

Misalkan saja salah satu saham blue chip di BEI yakni BBCA milik PT Bank Central Asia. Di tahun 2005 lalu, saham BCA tersebut dijual di level 1.687 per lembar saham. Namun satu dekade kemudian yakni pada 2015, BBCA sudah berharga 13.175 per lembar saham. Sedangkan di tahun 2021, BBCA nyaman di level 32.950.

Bisa ditebak kalau Anda berinvestasi pada lima lot saham BBCA di tahun 2005 dengan modal Rp843.500, maka di tahun 2021 ini total lima lot saham BBCA Anda sudah bernilai Rp16.475.000! Besar nilai saham ini belum memperhitungkan keuntungan dividen yang sudah pasti dibagikan BCA setiap tahunnya.

Sementara itu di lain pihak sebagai trader, prinsip yang Anda pegang dalam transaksi saham adalah buy dan sell lantaran memang fokus pada perubahan harga. Untuk itulah para trader akan menggelontorkan dana pada saham-saham yang masih berharga murah tapi punya potensi naik, dan kemudian dijual lagi.

Supaya tidak terjebak pada emiten-emiten saham gorengan yang bisa bikin rugi, biasanya para trader menggunakan analisa teknikal untuk bisa membeli saham terbaik. Pada prinsipnya trader adalah membeli saham di harga murah dan menjualnya saat sedang mahal-mahalnya demi selisih cuan.

5. Risiko

Nah, perbedaan terakhir dari investasi dan trading saham adalah terletak pada risiko yang dimiliki. Sejatinya Anda harus tahu bahwa seluruh kegiatan di bursa saham sudah pasti punya risiko tinggi. Sebagai aset investasi yang memiliki potensi untung terbesar, saham juga punya potensi rugi terbanyak.

Untuk trading saham, risiko terbesar yang menghantui para trader adalah capital loss. Kondisi capital loss sendiri terjadi ketika harga jual kembali atas sebuah saham itu jauh lebih rendah daripada harga beli. Contohnya Anda beli saham sebanyak 100 lot dengan nilai 200 per lembar saham, maka dananya mencapai Rp2 juta.

Lalu mendadak emiten tersebut mengalami penurunan kinerja signifikan yang akhirnya membuat sahamnya anjlok ke level 75. Artinya Anda bakal merugi Rp1,25 juta karena saham sebanyak 100 lot itu cuma dihargai Rp750 ribu. Benar-benar sesak bukan? Hal itulah yang membuat profesi trader memang butuh kejelian menganalisa.

Namun potensi rugi ini tidak serta merta membuat investasi saham adalah terbaik. Sebagai investor, Anda harus berhati-hati terhadap risiko counter party dan partial fills. Sekadar informasi, counter party merupakan risiko dalam investasi saham saat Anda membutuhkan pihak lain untuk membeli saham.

Sedangkan partial fills terjadi saat aset cuma berhasil terjual sebagian. Selain kedua potensi risiko itu, investasi saham juga bisa saja mendadak rugi ketika tiba-tiba jajaran direksi mengalami masalah seperti skandal korupsi.

Tentu saja kondisi ini langsung membuat reputasi emiten memburuk dan bisa saja harga saham yang diprediksi meningkat, bakal langsung anjlok. Bukan itu saja, perusahaan-perusahaan yang terkena masalah kriminal bisa saja langsung ditutup paksa atau disita oleh pemerintah yang membuat pergerakan sahamnya di lantai bursa berhenti.

Lantaran investasi saham fokus pada jangka panjang dan jumlah saham yang cukup besar, sudah pasti kerugiannya bakal lebih banyak daripada trading sekalipun.

Ilustrasi Kegiatan Investasi dan Trading Saham

contoh investasi trading
© Getty Images

Setelah mengetahui perbedaan investasi dan trading saham, tak ada salahnya kalau Anda langsung melihat contoh kasus sehingga makin mudah membedakan. Dalam contoh kali ini, anggap saja Anda adalah seorang pekerja tambang minyak lepas pantai internasional dengan penghasilan Rp15 juta per bulan.

Lantaran besaran investasi minimal adalah 10% dari penghasilan, maka artinya Anda menyisihkan minimal Rp1,5 juta dalam sebulan. Jika hal tersebut dilakukan dalam waktu satu tahun, maka Anda bakal memiliki dana investasi sebesar Rp18 juta. Dari jumlah dana investasi itu, Anda belikan saham emiten XYZ dengan harga Rp2 juta per lot.

Totalnya Anda bakal memiliki sembilan lot saham yang artinya 900 lembar saham. Jika dalam setahun saja saham emiten XYZ itu melambung Rp2 juta per lot setiap tahun dan Anda tahan untuk investasi selama tiga tahun, maka total keuntungan sembilan lot saham selama tiga tahun adalah Rp54 juta!

Baca juga: Hal-Hal yang Wajib Diketahui dan Waspadai dari Saham Gorengan

Jika setiap tahunnya Anda meraih dividen sebesar Rp10 juta, maka total seluruh keuntungannya bisa mencapai Rp84 juta. Namun patut diingat, Anda masih harus membayar biaya pajak dividen, biaya online trading dan biaya pajak penjualan. Tapi jika dibandingkan, selisih keuntungan saham itu masih sangat menggiurkan.

Tetapi jika Anda memilih jadi trader dengan modal Rp18 juta dan akhirnya memiliki sembilan lot saham, maka Anda harus tahu pergerakan harganya hari itu juga. Andai emiten tersebut untung dan meningkat harganya Rp500 per lembar saham, maka artinya dalam satu lot bakal untung Rp50 ribu.

Dengan begitu karena punya sembilan lot saham, total untung harian dari trading dalam sehari mencapai Rp450 ribu langsung. Anggap saja keuntungan ini rutin selama seminggu, Anda bakal mengantongi profit Rp3,15 juta per pekan berkat trading. Namun ingat juga, trader harus membayar biaya broker dan pajak transaksi pula.

Lebih Untung Mana Antara Investasi dan Trading Saham?

untung investasi trading
via Nasdaq

Melihat ulasan kasus investasi dan trading saham, bagaimanapun juga trading mampu menghasilkan keuntungan lebih cepat yang membuat banyak pemula tergiur. Namun para pemula ini kadang lupa bahwa tidak semua saham memiliki pergerakan untung yang stabil setiap harinya.

Baca juga: 15+ Istilah Investasi Saham yang Wajib Diketahui Pemula

Kondisi nyata di lantai bursa harga saham justru fluktuatif setiap hari bahkan setiap jam. Bisa saja saat bursa dibuka harganya di level 1.300, lalu saat bursa ditutup di sore hari, harganya langsung ambles ke level 450. Kalau sudah begini, Anda tentu harus rela kehilangan uang dalam jumlah besar.

Sedangkan di lain pihak investasi akan memberikan untung besar hingga puluhan juta Rupiah serta dividen, tetapi setidaknya butuh waktu setahun. Untuk itulah jika Anda dihadapkan pada fakta harus memilih investasi dan trading saham, pertimbangkan secara matang sesuai dengan kemampuan finansial dan profil risiko diri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *