Indonesia Akan Buat Bank Emas Untuk Pilihan Investasi

Berita274 Dilihat

Bank emas atau kerap dikenal dengan istilah bullion bank dibuat untuk mengelola salah satu komoditas andalan, Indonesia akan buat bank emas untuk pilihan investasi.

Sri Mulyani, menteri keuangan, mengatakan bahwa pemerintah mengusulkan seperangkat aturan mengenai pembentukan bullion bank atau bank emas.

Aturan ini termaktub bersama dalam Rancangan Undang Undang (RUU) tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK).

Salah satu usulan dalam Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) RUU P2SK adalah usulan tentang pengaturan mengenai kegiatan usaha bullion.

Hal ini dikatakan Sri Mulyani dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XI DPR RI, Kamis 17 November 2022.

Bullion Bank bisa menjadi pilihan lain bagi investor untuk berinvestasi. Bank emas akan beroperasi di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan standar kerja dan keamanan yang terjaga.

“Kebutuhan akan Bullion Bank mengingat semakin banyak masyarakat yang berminat investasi dalam bentuk simpanan emas, sehingga perlu diakomodasi,” ujar Sri Mulyani.

Sebenarnya rencana mengenai bank emas sudah dicanangkan oleh pemerintah sejak beberapa tahun lalu. Namun masih dirasa belum penting, apalagi pandemic 2019 membuat minat investasi turun.

Bullion bank sebenarnya bukan hanya untuk investasi emas, tetapi juga  perak, atau logam mulia lainnya yang disimpan dalam bentuk batangan, ingot, atau koin.

Kemudian setiap logam ini disimpan berdasarkan jenisnya pada tempat yang berbeda.

Menurut menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, bank emas memiliki fungsi penting. Yaitu memegang peranan penting dalam arus emas untuk kegiatan ekspor impor.

Bagi pemerintah, bank emas akan memberi manfaat berupa penghematan devisa. Sementara bagi pihak industri, bank emas bisa menjadi sumber pembiayaan proyek.

Dalam usulan pemerintah, bullion bank bisa dijalankan oleh bank yang sudah ada saat ini.

Kehadiran bullion bank bisa menjadi diversifikasi produk bagi bank tersebut. Sehingga masyarakat bisa lebih leluasa memilih instrument investasi dan mendapatkan imbal hasil (return) dari simpanannya.

Perlu diketahui bahwa Indonesia sendiri merupakan salah satu pemain besar emas di kancah global.

Indonesia selalu tercatat sebagai negara eksportir emas urutan atas, pada 2020 kinerja ekspor emas dan granula meningkat hingga USD 5.280 juta.

Indonesia juga merupakan pemilik dari lokasi tambang emas terbesar kedua di dunia, yakni tambang Grasberg di Papua dengan cadangan emas mencapai 30,2 juta ounce.

Ini membuat Indonesia menjadi produsen emas terbesar ketujuh di dunia. Dengan produksi sebesar 130 juta ton atau 4,59 juta ounce 2020.

Bullion bank menurut Airlangga akan meningkatkan perhatian masyarakat terhadap arus emas, karena merupakan komoditas yang istimewa.

Khususnya di saat krisis ekonomi akibat pandemi virus corona atau covid-19, harga emas justru melambung tinggi pada awal pandemi di saat komoditas lain jatuh.

Ini menandakan bahwa emas merupakan salah satu instrument investasi yang menjanjikan dan stabil terhadap krisis.

Namun meski komoditas emas mencatat peningkatan produksi dan ekspor, tapi juga ada catatan mengenai  impor emas yang tinggi.

Airlangga mencatat fenomena ini dan mengatakan bahwa ada sesuatu yang perlu didalami terkait ekspor impor emas ini, karena kita memiliki pertambangan yang besar.

Bullion Bank Tidak Benar – Benar Baru

Ada sejumlah negara yang sejak lama mengoperasikan bank emas, misalnya Hong Kong dan Swiss.

Itulah mengapa pemerintah tidak ragu untuk membangun Bank emas, sembari belajar kepada dua negara tersebut.

Rencana bullion bank juga disambut positif dan mendapat apresiasi oleh beberapa ekonom.

Beberapa ekonom menyarankan supaya kelak pemerintah dapat memasukkannya ke bursa pasar emas di London sebagai upaya Indonesia untuk merebut pangsa pasar dunia.

Jika pemerintah mempunyai regulasi yang jelas, bukan tidak mungkin bullion bank Indonesia bisa masuk ke dalam anggota LBMA (London Bullion Market) agar lebih mendapatkan kepercayaan investor asing.

Baca juga: 5 Komitmen Penting G20 Untuk Ekonomi Global

LBMA merupakan asosiasi pedagang logam mulia internasional yang salah satu tugas mereka adalah mensertifikasi mutu dan standar produksi pabrik emas atau perak di seluruh dunia.

Dalam standar LBMA, emas batangan setidaknya harus memiliki standar kemurnian minimal 995,0 atau 99,5%.

Ini juga harus menjadi standar minimal bagi bullion bank Indonesia untuk bisa mengejar kualitas emas dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *