Waspada! Ini Dampak Ekonomi Global Perang Rusia

Bisnis500 Dilihat

Dalam jangka panjang akan ada dampak ekonomi global perang Rusia. Konflik Rusia – Ukraina kemungkinan akan berdampak pada keputusan anggaran beberapa negara untuk masa depan.

Hanya dalam beberapa hari, prospek ekonomi global telah menjadi gelap sementara pasukan Rusia belum tampak akan menghentikan pertempuran di Ukraina.

Imbasnya adalah sanksi keuangan yang tak terduga akan mengguncang ekonomi Rusia dan memicu inflasi di seluruh dunia.

Harga minyak, gas alam, dan bahan pokok lainnya melonjak pada akhir Februari 2022. Pada saat yang sama rantai pasokan makanan belum sepenuhnya stabil akibat pandemi.

Ketidakstabilan ini akan meningkat seiring Amerika Serikat, Eropa, dan sekutu mereka memperketat pengawasan pada transaksi keuangan Rusia.

Amerika dan sekutunya juga membekukan ratusan miliar dolar aset pemerintah Rusia dan miliarder Rusia yang ada di luar negeri.

Meski Rusia telah lama menjadi pemain yang relatif kecil dalam ekonomi global, hanya menyumbang 1,7 persen dari total output dunia meskipun ekspor energinya sangat besar.

Presiden Vladimir Putin telah bergerak untuk lebih melindunginya dalam beberapa tahun terakhir.

Misalnya dengan membangun gudang cadangan devisa, mengurangi utang nasional dan bahkan melarang impor keju dan makanan lainnya dari Eropa.

Meski Putin telah mengabaikan sejumlah norma internasional, namun dia tidak dapat mengabaikan sistem keuangan modern dan raksasa.

Dengan sebagian besar dari mereka dikendalikan oleh pemerintah Amerika Serikat dan bankir di luar negaranya.

Jika Putin bisa memobilisasi puluhan ribu pasukannya, maka pemerintah sekutu telah memobilisasi kekuatan finansial mereka yang besar untuk membunuh Rusia perlahan.

Militer VS Ekonomi

Kali ini kita akan melihat pertarungan antara militer dan keuangan, siapa yang lebih mempunyai sumber daya yang besar untuk memenangkan pertarungan.

Bersama-sama, invasi dan sanksi menyuntikkan dosis besar ketidakpastian dan volatilitas ke dalam pengambilan keputusan ekonomi, meningkatkan risiko terhadap prospek global.

Sanksi tersebut dirancang untuk menghindari gangguan ekspor energi esensial  yang merupakan andalan negara Eropa untuk memanaskan rumah, pabrik listrik, dan mengisi tangki bensin.

Rencana ini mungkin akan membantu meredam untuk sementara. Tetapi tidak menghapus, lonjakan harga energi yang disebabkan oleh perang dan kecemasan tentang gangguan aliran minyak dan gas.

Kekhawatiran tentang kekurangan juga mendorong harga beberapa biji-bijian dan logam, yang akan menimbulkan biaya lebih tinggi pada konsumen dan bisnis.

Rusia dan Ukraina juga merupakan pengekspor besar gandum dan jagung, serta logam esensial, seperti paladium, aluminium, dan nikel, yang digunakan dalam segala hal mulai dari ponsel hingga mobil.

Biaya transportasi yang biasanya terjangkau juga diperkirakan akan melambung tinggi. Akan ada kenaikan ongkos transportasi laut dan udara.

Ketiadaan minyak sebagai bahan bakar akan menaikkan harga ongkos transportasi 3 kali lipat dari biasanya.

Khususnya pada pesawat atau kapal kargo dari Eropa dan Amerika. Ini merupakan dampak berkurangnya pasokan minyak dunia yang 17 persennya berasal dari Rusia.

Sebagai respon dari sanksi ekonomi, Rusia menutup wilayah udaranya untuk 36 negara.

Ini artinya bahwa pesawat pengiriman harus dialihkan ke rute lain yang lebih memutar.

Sehingga membuat mereka menghabiskan lebih banyak bahan bakar dan mungkin akan membuat beberapa perusahaan mengurangi jumlah muatan dalam satu penerbangan.

Dampak ekonomi global perang Rusia adalah semakin berkurangnya produk industri. Padahal saat musim panas tiba biasanya industry manufaktur akan menambah produksi mereka.

Tidak adanya bahan bakar dan bahan logam tentu akan mempengaruhi proses produksi. Akan ada banyak perusahaan yang membuat penyesuaian pada rencana produksi satu tahun ke depan.

Dalam kesibukan menyusun pembaruan rencana kerja pada hari Senin, beberapa analis dan ekonom Wall Street membuat sebuah pengakuan.

Bahwa mereka telah meremehkan sejauh mana invasi Rusia ke Ukraina dan tanggapan internasional.

Dengan peristiwa yang menumpuk dengan cepat, penilaian potensi kejatuhan ekonomi bergerak dari yang mulanya hanya ringan bisa bergeser menjadi beresiko menengah.

Baca juga: 10 Saham Syariah Terbaru

Ancaman Inflasi

Inflasi sudah terjadi di Amerika Serikat pada level paling tinggi sejak tahun 1980-an.

Sekarang pertanyaan selanjutnya adalah tentang berapa banyak lagi inflasi yang mungkin naik dan bagaimana Federal Reserve dan bank sentral lainnya merespons situasi keuangan global.

The Fed berada di dalam kotak, inflasi berjalan pada 7,5 persen, tetapi mereka tahu jika mereka menaikkan suku bunga, itu akan melemahkan pasar.

Akan ada beberapa pilihan yang semuanya mengandung resiko, yang bisa The Fed lakukan adalah memilih opsi yang paling rendah resikonya.

Begitu pula negara lain kini menjadi lebih berhati-hati tentang efek limpahan mengingat isolasi ekonomi Rusia.

Banyak negara Eropa yang bertanya mengenai mengapa konflik berdampak pada inflasi, dan apakah itu akan membawa pada prospek stagflasi. Yaitu pertumbuhan ekonomi melambat dan harga naik dengan cepat.

Beberapa ekonom Eropa mengatakan bahwa segelintir bank di Eropa dapat menderita dari eksposur mereka ke sistem keuangan Rusia. Juga bahwa perusahaan-perusahaan Eropa Timur mungkin kehilangan akses pada uang di negara itu.

Ribuan orang yang melarikan diri dari Ukraina juga mengalir ke negara-negara tetangga seperti Polandia, Moldova, dan Rumania. Ini akan menambah anggaran belanja negara untuk membantu pengungsi.

Ribuan pengungsi Ukraina, termasuk keluarga yang ada di kota perbatasan Medyka, telah meninggalkan Ukraina ke Polandia, Rumania, dan Moldova.

Ekonomi Turki, yang sudah berjuang, kemungkinan juga akan terpukul.

Oxford Economics menurunkan perkiraan pertumbuhan tahunan Turki sebesar 0,4 poin persentase menjadi 2,1 persen. Karena kenaikan harga energi, gangguan pada pasar keuangan dan penurunan pariwisata.

Dampak Ekonomi Global Perang Rusia

Serangan Rusia di Ukraina dapat menyebabkan lonjakan harga energi  dan makanan yang akan memusingkan masyarakat Eropa dan dapat menakuti investor.

dampak ekonomi global perang Rusia

Kerusakan ekonomi dari gangguan pasokan dan sanksi ekonomi akan parah di beberapa negara dan industri dan tidak diperhatikan di negara lain.

Belum lagi dengan naiknya biaya energi yang harus dikeluarkan oleh industri dan masyarakat yang saat musim dingin membutuhkan penghangat ruangan.

Harga minyak sudah menjadi yang tertinggi sejak 2014 , dan telah meningkat seiring dengan meningkatnya konflik.

Rusia adalah produsen minyak terbesar ketiga, menyediakan sekitar satu dari setiap 10 barel yang dikonsumsi ekonomi global.

Musim dingin adalah waktu meningkatnya permintaan gas untuk bahan bakar penghangat ruangan. Namun berkurangnya pasokan gas tentu akan membuat harganya naik.

Pada tahun 2021, 19 persen gas alam di Eropa berasal dari Rusia, dan 8,3 persen berasal dari Ukraina.

Beragam kelangkaan ini akan memicu inflasi, yang sudah mencapai level tertinggi dua dekade hampir 50 persen, sekarang diperkirakan mencapai 60 persen, kata ahli ekonomi Oxford.

Begitu juga di Amerika Serikat, ketua Dewan Penasihat Ekonomi pemerintahan Biden, Cecilia Rouse, mengatakan dampak terbesar pada ekonomi Amerika dari perang adalah kenaikan harga gas.

Ada potensi kenaikan harga bahan bakar untuk transportasi darat, tentu akan ada protes dari para pengguna mobil di Amerika Serikat.

Naiknya harga energi sangat sulit bagi konsumen, meskipun baik untuk produsen. Yang tentu aktifitas ekonomi AS memiliki keduanya, konsumen dan produsen minyak.

Negara-negara penghasil minyak lainnya juga akan melihat peningkatan pendapatan.

Dan bagi Iran, yang telah tertutup dari ekonomi global selama bertahun-tahun, permintaan minyak dari sumber lain dapat membantu kelancaran negosiasi untuk mencabut sanksi.

Kenaikan Anggaran Militer

Yang paling baru, Kanselir Jerman Olaf Scholz  mengumumkan bahwa ia akan meningkatkan pengeluaran militer hingga 2 persen dari biasanya.

“Pengeluaran pertahanan pada keseluruhan negara di dunia telah turun secara konsisten sejak  pasca-Perang Dunia II”. Kata Jim Reid selaku direktur pelaksana Deutsche Bank.

Jim meramalkan bahwa dengan adanya pergeseran perilaku geopolitik negara-negara besar maka aka nada perubahan prioritas dan kemungkinan akan diikuti negara lainnya.

Sementara Rusia juga sedang menyusun serangkaian tindakan ekonomi bersama antara bank sentral dan pemerintah.

Beberapa diantaranya termasuk menggandakan suku bunga utama menjadi 20 persen untuk meningkatkan daya tarik rubel.

Kemudian melarang orang mentransfer uang ke rekening luar negeri, dan menutup pasar saham untuk menahan kerusakan dan meredam kepanikan.

“Apa yang terjadi sekarang adalah kita sedang melihat perpecahan salah satu ekonomi terbesar di planet ini.

Perlawanan Rusia terhadap sanksi ekonomi adalah upaya yang cerdas dan mungkin akan memicu respon berikutnya dari Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Rusia Siapkan Rubel Digital

Apa yang tidak dibayangkan Amerika dan Uni Eropa adalah kesiapan Rusia dalam menyiasati sanksi ekonomi.

dampak ekonomi global perang Rusia

Sanksi ekonomi akan dibantu oleh bank sentral dari berbagai negara untuk mengawasi transaksi dari dan untuk entitas Rusia.

Namun ekosistem kripto yang semakin besar dan atas regulasi yang rapi oleh Rusia, maka akan membantu Rusia agar tetap bisa melakukan transaksi dengan entitas luar.

Pembayaran dengan kripto adalah kunci agar perdagangan global bisa luput dari pengawasan bank sentral.

Tentu entitas lain di luar sana harus sepakat untuk menerima pembayaran dengan kripto, karena sejauh ini jaringan raksasa blockchain belum bisa diintervensi oleh pemerintah Amerika.

Rubel digital menjadi strategi Putin untuk menghindari dampak ekonomi global perang Rusia. Ini juga yang harus segera dilakukan oleh para miliarder Rusia.

Mereka terancam mengalami pembekuan aset di negara lain, memindahkan aset mereka dalam bentuk kripto adalah solusi.

Dengan ini maka penurunan kripto yang terjadi sebagai imbas serangan Rusia ke Ukraina bisa kembali didongkrak untuk naik.

Karena ada banyak permintaan pada koin kripto, sehingga akan menaikkan harga dan tingkat kepercayaan para investor kripto.

Siapa nih yang kemarin nangis karena boncos, siap siap buat tersenyum lagi ya gais.

Penutup

Inflasi dan berkurangnya pasokan makanan adalah dampak ekonomi global perang Rusia. Bagaimanapun tidak ada yang benar-benar akan diuntungkan dari perang.

Sehingga para investor internasional dan lokal juga harus waspada, karena sedikit banyak tentu akan berpengaruh terhadap situasi ekonomi di Indonesia.

Mengingat Indonesia juga mengimpor gandum dari ukraina sebagai bahan dasar tepung dan mi instan.

Semoga perang lekas berakhir dengan solusi paling baik untuk Ukraina, Rusia dan masyarakat global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *