8 Cara Atur Keuangan Jika Pasangan Belum Melek Finansial

Keuangan430 Dilihat

Cara Atur Keuangan. Ternyata, salah satu sebab masalah finansial keluarga yang banyak terjadi bukan karena penghasilannya rendah saja. Tapi sumber masalahnya terletak pada cara atur keuangan yang sembarangan!

Walaupun saat ini sumber literasi sudah sangat mudah di akses, tapi masih banyak juga loh orang-orang yang belum teliterasi secara keuangan.

Nah, bagaimana jika hal ini terjadi pada pasangan kita? Jangankan untuk menabung, keuangan jadi minus tiap bulannya. Padahal sama-sama bekerja dengan penghasilan yang stabil dengan total income di atas UMR.

Parahnya lagi, jika Anda dan pasangan sudah punya tanggungan anak dan memang perlu membantu keuangan orangtua/mertua. Pasti rasanya cemas dan stress ya? Lalu bagaimana cara atur keuangan keluarga supaya bisa lebih baik? Langkah apa saja yang bisa kita lakukan? Yuk ikuti tips di bawah ini!

1. Mengamati Detail Rasio Utang, Menabung dan Likuiditas

Mengamati Detail Rasio Utang, Menabung dan Likuiditas
Cara Atur Keuangan. gambar : unsplash.com/ mailchimp

Dari kasus yang sudah di angkat pada bagian pembuka artikel, sudah bisa di lihat sekilas bahwa memang ada hal yang perlu diperbaiki dari keuangan keluarga yang selalu minus tiap bulannya. Dengan kata lain keuangan keluarga kita sedang tidak sehat.

Namun ada baiknya juga jika kita bisa melihatnya lebih detail agar nanti bisa menentukan langkah apa yang lebih tepat untuk di ambil.

Pertama, lihat rasio hutangnya. Apakah rasio utangnya masih sehat ataukah Anda dan pasangan perlu memangkas cicilan tiap bulan?

Perlu Anda ketahui bahwa rasio hutang maksimal adalah 30% dari total penghasilan kita. Jika lebih dari itu maka bisa di katakan sudah tidak sehat.

Kemudian rasio menabung. Keuangan keluarga bisa di katakan sehat jika rasio menabung sudah mencapai minimal 20% dari total penghasilan. Nah sekarang, coba cek bagaimana dengan rasio menabung keluarga Anda?

Terakhir, cek juga rasio likuiditasnya. Apa itu?

Istilah ini biasanya digunakan pada keuangan perusahaan yang menggambarkan kemampuan dalam memenuhi kewajiban ataupun hutang jangka pendeknya.

Dalam konteks keuangan rumah tangga, kita bisa merujuk pada kewajiban kita memenuhi kebutuhan sehari-hari atau rutin perbulannya.

Dimana para financial planner menyarankan agar rasionya tidak lebih dari 50% saja dari total penghasilan.

Jika 2 dari 3 jawaban adalah kurang atau tidak sehat maka bisa dibilang bahwa keuangan keluarga kita memang sedang kurang sehat. Kondisi ini harus segera diperbaiki agar masalahnya tidak bertambah kompleks.

2. Mengkomunikasikan Tujuan Keuangan Dengan Pasangan

Langkah selanjutnya yang bisa di lakukan adalah mengkomunikasikan tujuan keuangan dimasa dengan bersama pasangan.

Misalnya saja menyiapkan hari tua, dimana nanti Anda dan pasangan akan memasuki masa pensiun dan sudah tidak berpenghasilan lagi. Atau bisa juga menyiapkan dana pendidikan untuk anak yang 10-15 tahun kedepan akan masuk kuliah.

Nah untuk hal-hal seperti, Anda dan pasangan memang perlu menyiapkannya sedini mungkin agar tidak menjadi beban yang terlalu besar nantinya ataupun membebani orang lain.

Bagaimana cara menghitung kebutuhan dananya? Anda bisa membaca beberapa artikel yang berkaitan dengan hal ini!

3. Mulai Investasi Minimal 5% Ke Instrumen Jangka Panjang

Mulai Investasi Minimal 5% Ke Instrumen Jangka Panjang
gambar : unsplash.com/ markus spiske/ Cara Atur Keuangan

Jika sudah berkomunikasi dengan pasangan,cara atur keuangan keluarga selanjutnya cobalah untuk mulai menginvestasikan minimal 5 % dari penghasilan bulanan ke instrumen jangka panjang. Misalnya saja reksadana saham ataupun saham.

Jadi tidak perlu terlalu besar untuk menyiapkan dananya. Kecuali jika memang keuangan sudah lebih stabil dan punya penghasilan tambahan, maka boleh berinvestasi untuk tujuan keuangan jangka panjang lebih dari 5% ya.

Dengan mulai berinvestasi dari sekarang, Anda bisa lebih tenang menyiapkan hari yang pasti akan datang tersebut. Jangan lupa membiasakan untuk tetap disiplin. Karena walaupun sedikit, tapi lama-lama akan menjadi bukit.

4. Memastikan Dana Darurat Sudah Tercukupi

Sebelum mulai berinvestasi, ada baiknya Anda memastikan bahwa Anda dan keluarga punya dana darurat yang cukup. Dana darurat yang harus dikumpulkan tentu berbeda dengan dana darurat saat Anda masih lajang.

Kini Anda dan pasangan sudah menjadi satu dalam ikatan keluarga. Apalagi jika Anda sudah ada tanggungan anak. Sehingga dana darurat ideal yang di siapkan adalah 12 kali pengeluaran rutin bulanan.

Misalnya pengeluaran rutin bulanan keluarga Anda selama ini adalah Rp 7.000.000. Maka, dana darurat yang perlu di kumpulkan adalah sekitar Rp 84.000.000. Wah berat juga ya?

Sebenarnya dana darurat ini bisa di kumpulkan secara bertahap. Misalnya, fokus untuk 3x pengeluaran rutin bulanan dulu.

Jika Anda dan pasangan masih punya tabungan saat ini, maka tabungan tersebut bisa di alokasikan untuk mengumpulkan dana darurat ini terlebih dahulu. Lalu sisanya kita sisihkan dari penghasilan bulanan kita.

Baca juga, 7 Cara Menambah Dana Darurat Untuk Menghadapi Wabah Corona

Jika keluarga Anda belum memiliki dana darurat, jelaskan kepada pasangan tentang pentingnya dana darurat, berapa jumlah yang di butuhkan dan bagaimana cara mengumpulkannya. Hal ini supaya Anda dan pasangan bisa sama-sama mengusahakannya dan tidak salah paham.

4. Menyicil Sisa Kebutuhan Dana Darurat dan Memilih Instrumen yang Tepat

Jika dana darurat minimal sudah tercapai, sisanya bisa di siasati dengan menyisihkan 5% penghasilan bulanan. Jangan lupa untuk menempatkan dana darurat sebesar 3 kali pengeluaran bulanan tersebut di rekening yang terpisah ya!

Lalu sisanya Anda bisa menyimpannya di reksadana pasar uang ataupun logam mulia. Intinya instrumen tersebut haruslah likuid atau mudah di cairkan dan minim resiko. Namanya juga dana darurat. Pasti akan di butuhkan dalam keadaan darurat yang mungkin tidak di sangka-sangka.

Sehingga Anda dan pasangan tidak boleh menempatkan dana darurat pada instrumen beresiko tinggi dan jangka panjang seperti halnya saham.

Baca juga, 10 Alasan Emas Adalah Bentuk Investasi Terbaik

5. Disiplin Atur Keuangan Bersama Pasangan

Agar bisa menyisihkan uang tiap bulannya untuk menabung dan investasi, sekarang Anda perlu mengajak pasangan untuk disiplin dalam mengatur keuangan.

Anda dan pasangan bisa mencoba menerapkan metode alokasi 50% untuk Living (kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk orangtua & cicilan jika ada), 30% untuk saving (menabung & investasi) kemudian 20% nya untuk playing (gaya hidup).

Sehingga disarankan untuk memiliki 4 rekening terpisah. Yaitu rekening untuk:

  • Dana darurat
  • Living
  • Saving
  • Playing

6. Komunikasikan Tentang Alokasi Untuk Membantu Orangtua/ Mertua

Kalau kita tidak memberi, akan di kira tidak sayang kepada orangtua. Memberinya sedikit, di kira pelit. Padahal seringnya orang luar tidak tahu bahwa keuangan keluarga kita sedang sering minus tiap bulannya.

Masalah alokasi untuk membantu orangtua/ mertua biasanya menjadi topik yang cukup sensitif jika tidak dibicarakan secara terbuka. Meski sudah menikah, kita dan pasangan pastinya ingin membantu orangtua sebanyak-banyaknya, apalagi jika kondisi orangtua memang perlu dibantu.

Namun terkadang saat kondisi keuangan masih kurang sehat kita perlu bisa ikhlas membuat alokasi yang realistis. Meski sedikit, itu tidak masalah. Karena yang paling prioritas saat ini adalah memperbaiki kondisi keuangan keluarga terlebih dulu. Percuma jika kita memberi besar namun keluanga keluarga kita selalu minus.

Lebih baik menyiapkan pondasinya dulu yakni dengan menyehatkan keuangan keluarga dulu. Dengan begitu kedepan income bisa meningkat, Anda dan pasangan bisa membantu orangtua maupun mertua lebih besar dari saat ini.

Baca juga, 7 Tips Keuangan Pasangan Muda yang Wajib Diketahui

7. Ajak Pasangan Untuk Mengakses Sumber Literasi Keuangan

Ajak Pasangan Untuk Mengakses Sumber Literasi Keuangan
gambar : unsplash.com/ Toa Heftiba

Seperti yang sudah di singgung sebelumnya, bahwa salah satu sebab masalah keuangan adalah karena kurangnya literasi keuangan.

Meskipun dalam keluarga pasangan Anda tidak sepenuhnya mengatur keuangan, namun ada baiknya jika pasangan Anda juga melek secara finansial. Dengan begitu, kedepan akan terjadi dialog yang nyambung dan saling membangun dalam hal keuangan keluarga Anda.

Saat ini kita bisa memilih banyak sekali sumber keuangan dari berbagai media. Salah satunya dengan membaca blog bisnis dan keuangan seperti folderbisnis.com. Jika pasangan Anda kurang suka membaca, Anda juga bisa beralih ke youtube atau podcast.

Ada banyak channel-channel yang membahas soal keuangan dan sangat inspiratif. Misalnya seperti QM Financial, Zap Finance, Ngomongin Uang dll.

8. Biasakan Untuk Membahas Keuangan Keluarga

Kira-kira apa saja ya yang di bahas? Bingung!

Sebenarnya jika kita amati lebih jeli, akan ada banyak pembahasan terkait keuangan keluarga. Misalnya saja :

  • Evaluasi pengeluaran di bulan lalu jika Anda dan pasangan masih berusaha untuk mendisiplinkan diri dalam mengelola keuangan berdasarkan alokasi.
  • Pembahasan tentang rencana memiliki rumah atau mengontrak saja. Jika ingin punya rumah maka rumah yang seperti apa, budgetnya, dan cara menabungnya
  • Membahas tentang tabungan pendidikan anak. Kira-kira akan menyekolahkan di institusi pendidikan yang seperti apa, berapa biayanya dan bagaimana mengumpulkannya
  • Masalah pengeluaran untuk anak, atau life style yang mungkin perlu di sesuaikan kembali
  • Belum lagi jika Anda dan pasangan perlu mengganti kendaraan, gadget, laptop atau barang-barang lainnya. Apakah ada standart untuk bisa mengganti? Dari mana asal biayanya.
  • Alokasi jika ada bonus atau income tambahan
  • Alokasi baru jika ingin merubah gaya hidup menjadi lebih berkualitas
  • dan masih banyak pembahasan keuangan lainnya

Selama ini, keluarga yang jarang ngobrol tentang keuangan secara terbuka dan rasional bukan tidak memiliki permasalahan finansial. Justru sebaliknya!

Masalah keuangan menumpuk karena tidak dibicarakan dengan baik dengan pasangan. Lalu tiba-tiba meledak pada saat konflik terjadi karena terlalu lama tertahan.

Pembiasaan ngobrol tentang uang ini tujuannya agar kita tidak tabu lagi dalam membicarakan keuangan bersama pasangan. Semakin kita sering menggunakan mindset problem solving dalam masalah keuangan, maka beban karena masalah ini bisa berkurang. Sebab kita tidak membuang-buang waktu dengan konflik emosional tanpa solusi.

Untuk membiasakannya, mungkin Anda dan pasangan bisa ngobrol 1 bulan sekali atau pada saat-saat we time. Sedangkan topik pembahasannya bisa disesuaikan.

Penutup

Masalah keuangan adalah salah satu tantangan dalam berumah tangga yang di alami banyak keluarga di Indonesia. Padahal pengelolaan keuangan yang baik adalah langkah awal dalam mencapai kebebasan finansial. Sebesar apapun penghasilan kita, jika cara atur keuangannya sembarangan maka bisa jadi kita selalu merasa tidak cukup.

Yuk mulai perbaiki keuangan keluarga yang kurang sehat!

Tidak ada kata terlambat jika kita benar-benar berusaha. Semoga artikel cara atur keuangan saat pasangan belum melek finansial bermanfaat untuk Anda dan keluarga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *