Daftar Bisnis yang Terdampak Kenaikan Harga LPG 3kg

Bisnis490 Dilihat

Setelah harga minyak goreng kemasan meroket, Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan memberikan sinyal akan menaikkan harga LPG 3kg. Jika ini benar terjadi, maka akan banyak daftar bisnis yang terdampak kenaikan harga LPG 3kg.

Meski yang sebenarnya terjadi adalah pengurangan subsidi, namun tentu itu akan mempengaruhi kenaikan harga LPG 3kg.

Sebenarnya sudah agak lama pemerintah mewacanakan untuk mengurangi subsidi LPG 3kg dengan alasan bahwa subsidi tidak tepat sasaran.

Mereka beranggapan bahwa masih banyak masyarakat dari kelompok menengah ke atas juga menggunakan LPG 3kg atau yang juda disebut LPG melon.

Tentu penyebutan masyarakat kelompok menengah ini nampak bias. Karena semenjak pandemi banyak masyarakat yang tadinya berada di level ekonomi menengah kemudian mengalami penurunan pendapatan.

Meski belum sampai bisa dimasukkan dalam golongan kurang mampu, tapi mereka harus bekerja lebih keras untuk melakukan penghematan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Nampaknya pemerintah harus memberi perhatian khusus kepada pelaku UMKM. Jika subsidi dikurangi begitu saja dan menaikkan harga LPG 3kg di pasaran, maka ada banyak bisnis yang terdampak kenaikan harga LPG 3kg.

Seharusnya ada upaya perlindungan dari pemerintah kepada pelaku UMKM, sebagaimana subsidi khusus pemerintah kepada nelayan untuk solar.

Lalu UMKM apa saja yang bisa masuk daftar perlindungan subsidi? Sebagai upaya membantu pemerintah, kami coba untuk membuat daftarnya.

Ini daftar bisnis yang terdampak kenaikan harga LPG 3kg, mari kita simak!

1. Pedagang Gorengan

Jika LPG 3kg jadi naik, para pedagang gorengan yang notabene kalangan UMKM ini akan mengalami apa yang disebut “sudah jatuh tertimpa tangga”.

pedagang gorengan

Bagaimana tidak, lha wong sekarang sudah terbebani oleh kenaikan harga minyak goreng kemasan yang membuat mereka harus beralih ke minyak goreng curah.

Lantas harus “dipukul” lagi dengan kenaikan harga LPG 3kg, tentu mereka akan babak belur seperti petinju yang KO di atas ring.

Beberapa pedagang sudah mengakali kenaikan harga minyak dan mungkin tepung dengan memperkecil ukuran gorengan mereka.

Sebagian lain lebih memilih menaikkan harga gorengan mereka, karena tidak ingin mengecewakan pelanggan dengan ukuran yang lebih kecil.

Bayangkan jika harga LPG 3kg juga mengalami kenaikan, harus dengan cara apalagi para pedagang ini agar mendapatkan untung.

Mungkin pedagang yang menggorengnya di rumah bisa menggunakan bahan bakar alternatif seperti briket atau kayu untuk membuat api.

Tapi ini tidak mungkin dilakukan pedagang gorengan yang berjualan keliling dengan gerobak atau dipikul.

Baca juga: 30 Contoh Usaha Waralaba Modal Kecil

2. Pedagang Jajanan

Jajanan yang dimaksud adalah jajanan tradisional seperti dadar gulung, lemper, serabi, getuk. Juga jajanan kekinian seperti sosis goreng, kentang goreng, telur gulung, batagor, siomay, atau seblak.

Hampir semua aneka jajanan diproses dengan menggunakan api sebagai pemanas dan membutuhkan bahan bakar gas untuk menjaga nyala api.

Tentu tidak ada pedagang jajanan yang menggoreng dengan Air Fryer alias alat penggoreng dengan tekanan udara.

Dengan harga yang relative terjangkau mulai dari seribu rupiah, Anda sudah bisa menikmati aneka jajanan.

Namun itu tidak akan berlaku lagi jika pemerintah benar-benar menaikkan harga LPG 3kg. Bisa jadi Anda harus mengeluarkan kocek Rp 1.500 – 2.000 untuk satu dadar gulung.

Atau yang tadinya 12ribu, naik menjadi 14ribu untuk satu porsi siomay. Jika para pedagang ini tidak menaikkan harga, maka darimana mereka akan mendapat keuntungan.

Namun jika harganya naik, maka kita harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk jajan.

Ya kalau pemerintah tidak pernah jajan beginian ya wajar kalau tidak tahu beratnya mengeluarkan uang 2ribu lebih banyak dari biasanya untuk membeli satu porsi seblak favorit.

jajanan anak cilor

3. Pedagang Makanan

Mau seperti apapun cara memasaknya, tumis, goreng, rebus, atau kukus. Semuanya membutuhkan bahan bakar untuk menjaga api tetap menyala.

Tentu apalagi kalau bukan LPG 3kg, meski beberapa pedagang makanan dengan kuantitas masakan yang besar juga ada yang menggunakan LPG 12kg non subsidi.

Namun kebanyakan dari pedagang makanan ada pada level kuantitas masakan yang kecil, seperti warteg atau kaki lima.

Hampir semua harga bahan masakan bergerak dengan fluktuasi yang cepat. Misalnya sayuran, telur, cabe atau daging.

Jika harus ditambah dengan kenaikan harga LPG 3kg, akan susah bagi para pedagang untuk tidak menaikkan harga.

Yang tentu akan berdampak pada pengeluaran banyak pekerja rantau dan mahasiswa yang sehari-harinya makan di warteg, warung rames, atau warmindo.

Ini tentu akan menimbulkan dampak yang lebih berantai. Jika pekerja rantau harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli makan daripada biasanya, maka alokasi uang untuk tabungan atau dikirim pada keluarga akan berkurang.

Jika kiriman pada keluarga berkurang, maka keluarga yang ada di kampung tidak bisa memenuhi kebutuhan dengan baik. Padahal mereka juga terdampak kenaikan harga LPG 3kg.

Berarti keluarga yang di kampung juga harus mengurangi alokasi uang untuk kebutuhan lain, misalnya menghemat pembelian nutrisi bagi anak. Misalkan dia punya anak usia 2 tahun.

pedagang makanan

Dampaknya adalah ada pengurangan kebutuhan gizi bagi anak, yang bisa jadi akan menyebabkan anak tidak bisa tumbuh kembang dengan sempurna. Fenomena ini lazim disebut dengan stunting.

Ternyata, menaikkan harga LPG 3kg bisa menjadi penyebab tidak langsung bagi balita untuk mengidap stunting.

Padahal pemerintah beberapa tahun ini mencanangkan program penekanan stunting, dengan beragam bantuan makanan kepada balita.

Namun bagaimana kalau ada balita yang tidak masuk dalam data penerima, dan dia harus mengalami pengurangan nutrisi akibat pengalihan alokasi keuangan untuk membeli LPG 3kg.

4. Pengrajin Makanan Ringan

Anda tidak asing kan dengan makanan ringan seperti keripik singkong atau keripik pisang yang biasanya dikemas dalam ukuran 250 – 500 gram?

Itu adalah hasil olahan UMKM yaitu makanan ringan, selain itu juga ada kacang goreng, kerupuk ikan, kacang mete goreng, kuping gajah, rempeyek dan masih banyak lagi.

Tidak kebayang kalau tiba-tiba sebelum lebaran pemerintah menaikkan harga LPG 3kg, mau seperti apa Idul Fitri kita tanpa aneka makanan ringan itu ya?

Jikalau ada, harganya kemudian akan melambung, karena proses produksi mereka membutuhkan api, dan api muncul karena ada bahan bakar LPG 3kg.

Nampaknya ibu-ibu di rumah harus segera mengamankan stok jajan lebaran mulai sekarang, untuk mengantisipasi kebijakan yang sifatnya seperti tahu bulat. Dadakan.

5. Pengrajin Kue Kering

Apakah ada yang bertanya apa hubungannya kue kering dengan harga LPG 3kg? Ini nih orang-orang yang tidak pernah ingin tahu proses, yang penting beli dan makan. Hehe.

Meski beberapa produsen kue kering menggunakan pemanggang dari listrik untuk membuat kue.

Namun banyak produsen kue kering rumahan yang masih menggunakan oven aluminium yang dipanaskan diatas kompor.

kue kering

Loh, bukannya dipanaskan dengan menjemurnya dibawah terik sinar matahari ya? Bukan, kalau itu jemur baju ya gaes.

Nastar, Kastengel, Putri Salju, atau aneka kukies yang ada di meja ruang tamu itu, sebagian dibuat dengan oven kompor.

Karena oven listrik membutuhkan daya listrik yang besar dan juga harganya mahal, maka para produsen kue kering UMKM lebih suka menggunakan oven kompor.

Selain harganya yang murah, biaya produksinya juga rendah. Sehingga harga kue bisa terjangkau oleh semua kalangan. Khususnya menengah ke bawah.

Dari Ramadhan hingga Idul Fitri merupakan bulan panen bagi para produsen kue kering, kami yakin pemerintah tidak akan tega mengurangi kebahagiaan mereka dan juga calon pembeli.

Apa jadinya jika pemerintah menaikkan harga LPG 3kg ketika para UMKM sedang memproduksi kue kering?

Mau tidak mau mereka dihadapkan pada dua pilihan, mengurangi kualitas rasa dan ukuran atau menaikkan harga.

Ini akan berdampak sistemik, bagi ratusan keluarga yang ingin merayakan kue kering saat lebaran.

Ada pengeluaran yang bertambah selain kenaikan kebutuhan dapur untuk memasak makanan seperti opor atau rawon kesukaan keluarga.

Ah, betapa idul fitri tahun ini dibayangi dengan inflasi akibat kenaikan harga elpiji.

Baca juga: 23 Bisnis Online Terbaru Potensial Generasi Muda

Potensi Inflasi Akibat Kenaikan Harga LPG 3kg

Ada sebuah paradoks yang muncul atas kebijakan pemerintah, pada satu sisi mereka ingin mendorong penguatan UMKM agar bisa kembali tumbuh akibat pandemic.

Namun pada sisi lain, rencana kenaikan harga LPG 3kg membayang-bayangi pelaku UMKM dan masyarakat umum.

Mengingat kemampuan daya beli yang belum sepenuhnya normal, menaikkan harga LPG 3kg adalah batu sandungan bagi rakyat kecil.

tabung gas LPG 3kg
©sketchfab.com

Meski rakyat sudah biasa menemui banyak batu sandungan dalam kehidupan, tapi tidak elok apabila pemerintah menambah sandungan yang semakin membuat perih.

Jika potensi inflasi pada kenaikan harga LPG non subsidi pada Februari lalu berkisar antara 7-8 persen, angka ini akan sangat berpotensi mengalami kenaikan hingga 20 persen.

Ini karena pengguna LPG subsidi lebih banyak daripada LPG non subsidi. Bahkan menurut catatan kompas.com, ada peralihan pengguna LPG non subsidi ke LPG subsidi akibat kenaikan harga.

Setelah penyesuaian harga Pertamax  dan penyelesaian kisruh harga minyak goreng yang berupa penyerahan mekanisme harga ke pasar bebas. Membuat masyarakat khawatir kalau itu akan terjadi pada komoditas kebutuhan pokok lainnya.

Lalu dimana peran pemerintah? Apakah cukup dengan menganjurkan makan dua buah pisang sebagai pengganti satu piring nasi.

Atau sudah siap untuk mengkampanyekan peralihan menuju energi alternatif untuk memasak? Jangan sampai hanya menggelar demo masak tanpa elpiji subsidi.

Melansir dari kompas.com, pemerintah sebenarnya sudah menyiapkan alternative bahan bakar baru yaitu Dimenthyl Ether atau DME.

Yaitu hasil konversi energi batu bara menjadi gas, namun cadangan batu bara yang semakin menipis juga berpotensi membuat peralihan ini hanya akan menjadi solusi temporer.

Meski dikatakan bahwa DME juga bisa diambil dari konversi energi yang bisa diperbarui, namun kompas.com tidak menyebutkan jenis energi secara spesifik.

Penutup

Meski baru sebatas pesan tersirat, namun ujaran pak Luhut yang dikutip di banyak berita seakan sebuah tanda bagi kita untuk bersiap.

Jika bulan puasa adalah bulan bagi umat muslim untuk menahan haus dan lapar, maka bersiaplah untuk menjadi bulan menahan diri bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Bulan yang kedatangannya diiringi kenaikan harga minyak goreng, Pertamax dan mungkin saja harga LPG 3kg.

Lalu apa yang bisa kita lakukan selain sabar? Atau mungkin harus bertindak sesuatu. Yuk kita diskusikan ini pada kolom komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *