Belajar Reinvestasi, Rahasia Orang Kaya Jadi Makin Tajir

Investasi667 Dilihat

Pernahkah terlintas di benak Anda, kenapa bisa orang-orang kaya itu jadi semakin kaya seolah tidak pernah kehabisan uang? Pertanyaan menggelitik itu tentu memiliki banyak sekali jawaban. Namun salah satu yang dianggap sebagai rahasia orang kaya bisa semakin tajir adalah karena mereka bersedia belajar reinvestasi dan menerapkannya.

Memang, apa sih reinvestasi itu?

Reinvestasi atau reinvestment secara mudahnya dianggap sebagai investasi ulang.

Tentu memang dalam belajar reinvestasi tidak jauh-jauh dari pengertian atas investasi itu sendiri. Seperti yang Anda tahu, investasi sudah sejak dulu hingga saat ini dianggap salah satu cara terbaik untuk membuat kesejahteraan finansial makin makmur. Coba lihat bagaimana orang-orang kaya di dunia ini memperoleh penghasilan dalam jumlah besar dari investasi.

Bahkan negara super power seperti China saja mampu melakukan revolusi ekonomi selama berdekade lamanya hingga dikenal sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, berkat investasi. Sehingga bisa disimpulkan jika investasi konvensional sudah mendatangkan keuntungan, apalagi kalau melakukan reinvestasi.

Baca juga: Bisnis Atau Investasi, Mana yang Lebih Penting?

Hal inilah yang membuat orang-orang kaya dan mereka yang sudah sangat paham dengan pengelolaan finansial, memilih melakukan reinvestasi untuk makin meningkatkan pundi-pundi Rupiah Anda.

Apakah itu artinya kita harus menunggu kaya terlebih dulu untuk belajar reinvestasi?

Tentu saja tidak! Bagi Anda yang sudah mencicipi keuntungan dari investasi entah aset apapun itu, bisa mulai belajar reinvestasi sekarang juga supaya semakin sejahtera finansial. Karena keinginan untuk bisa hidup foya-foya dan bahagia secara ekonomi di usia tua adalah hak setiap orang.

Memahami Konsep Utama Saat Belajar Reinvestasi

konsep utama reinvestasi
© Getty Images

Keinginan untuk melipatgandakan keuntungan dari sebuah instrumen investasi tentu sering mendera benak investor. Kondisi ini normal dialami terutama ketika kita baru saja memperoleh profit dari sebuah aset investasi. Nah, saat memperoleh keuntungan investasi itu ada dua hal yang bisa Anda pilih yakni menggunakannya untuk hal konsumtif atau reinvestasi.

Saat seorang investor memilih melakukan reinvestasi, maka dia harus menunggu sampai mendapat keuntungan dari sebuah investasi. Misalnya Anda memperoleh dividen dari investasi saham atau kupon bunga obligasi, alih-alih dicairkan dan digunakan dalam bentuk uang tunai, langsung Anda gunakan untuk membeli sekuritas lain.

Tak heran kalau akhirnya metode reinvestasi ini dikenal dalam aset reksadana, deposito hingga saham yang memang kerap membagikan keuntungan dalam jangka waktu rutin. Sementara untuk tingkat keuntungan dalam reinvestasi, kerap disebut sebagai reinvestment rate. Alasan utama dari investor melakukan reinvestasi adalah karena profit investasi adalah ’uang dingin’.

Disebut sebagai uang dingin karena memang uang tersebut belum mendesak untuk dibutuhkan. Daripada malah tergiur membeli barang yang tidak penting dan akhirnya menyesal, ’uang dingin’ yang merupakan profit investasi itu langsung dialihkan ke sekuritas yang sesuai dengan tujuan keuangan masing-masing investor.

Bagi Anda yang berinvestasi pada reksadana, kini banyak perusahaan sekuritas atau layanan investasi yang menawarkan konsep reinvestasi secara otomatis. Sehingga ketika dividen atau keuntungan modal sudah cair, bisa dialirkan langsung ke instrumen investasi lain atau bahkan yang sama alih-alih dibayarkan ke investor dalam bentuk uang tunai.

Tunggu, bukankah ini artinya konsep reinvestasi hampir serupa dengan metode laba ditahan dalam sebuah perusahaan?

Benar sekali!

Sama halnya ketika Anda belajar reinvestasi, konsep laba ditahan ini dilakukan ketika perusahaan memperoleh keuntungan, ada beberapa kemungkinan yang bakal dilakukan. Mulai dari membagikan seluruh keuntungan sebagai dividen kepada para pemegang saham, melakukan reinvestasi lewat tabungan aset perusahaan hingga digunakan sebagai modal ekspansi bisnis.

Contoh Ilustrasi Reinvestasi yang Bisa Ditiru

contoh ilustrasi reinvestasi
© The Startup Garage

Tidak lengkap rasanya belajar reinvestasi tanpa mengetahui contoh penerapannya. Bagi Anda yang memang ingin melakukan langkah finansial yang satu ini, berikut ilustrasinya:

Anggap saja Anda berinvestasi pada SBN Ritel jenis Sukuk Tabungan (ST) sebesar Rp20 juta dengan besaran imbalan mencapai 6% per tahun selama tiga tahun. Sehingga artinya dari investasi syariah ini, Anda bakal mendapat imbalan sebesar Rp1,2 juta per tahun yang berarti total Rp3,6 juta selama tiga tahun investasi.

Baca juga: Lebih Baik Mana, Investasi Rumah atau Apartemen?

Jika dikurangi dengan kewajiban pajak sebesar 15%, maka total keseluruhan keuntungan selama investasi ST yang bakal Anda peroleh mencapai Rp3.060.000.

Ketika profit itu akhirnya cair, Anda mendadak dihadapkan pada dua pilihan yakni digunakan untuk membeli smartphone baru padahal smartphone lama masih berfungsi dengan sangat layak, atau justru dialokasikan ke bentuk investasi lain misalnya membeli emas sebanyak tiga gram langsung. Mana yang bakal Anda pilih?

Supaya bisa memaksimalkan keuntungan, Anda harus tahu bahwa kedua pilihan itu sama-sama punya risiko. Anggap saja Anda membeli smartphone baru, artinya Anda harus siap dengan konsekuensi bahwa barang konsumsi nilainya akan menurun di masa depan. Bahkan dalam waktu satu tahun saja, smartphone itu mungkin hanya laku Rp1,5 juta saat dijual ulang.

Sedangkan jika Anda mengalokasikan imbalan ST untuk investasi emas sebesar tiga gram, tetap saja ada peluang rugi. Misalkan saat Anda beli harga emasnya Rp1 juta per gram lalu saat dijual kembali merosot jadi Rp950 per gram. Namun yang harus Anda tahu, emas berpeluang meningkat bahkan hanya dalam waktu tiga tahun saja.

Sehingga bukan tak mungkin kalau nanti ketika Anda menyimpan tiga gram emas itu dalam waktu tiga tahun, harga jual emas bisa melambung jadi Rp1,5 juta per gram! Artinya Anda sudah memperoleh keuntungan dari reinvestasi seperti yang diharapkan sebelumnya. Namun jika membeli smartphone, Anda mungkin cuma merasakan kepuasan karena punya gawai baru.

5 Manfaat Saat Anda Belajar Reinvestasi

Bagaimana? Tidak sulit bukan sebetulnya untuk melakukan reinvestasi? Tentu dibutuhkan tekad yang kuat karena artinya Anda jadi tidak bisa ’foya-foya’ dengan keuntungan investasi yang didapat, lantaran digunakan untuk investasi kembali. Nah supaya semakin kuat niat reinvestasi, beberapa ulasan manfaat berikut layak dipertimbangkan:

1. Dana Pendidikan di Masa Depan

biaya pendidikan
© Shutterstock

Hal pertama yang menjadi manfaat dari belajar reinvestasi adalah bisa digunakan sebagai dana pendidikan masa depan. Terutama kalau Anda saat ini sudah berumah tangga dan memiliki buah hati, sudah jadi kewajiban untuk memberikan fasilitas pendidikan terbaik agar anak bisa tumbuh jadi pribadi yang berkualitas

Namun kadang keinginan untuk menyekolahkan anak ke institusi pendidikan terbaik terhalang oleh biaya yang begitu besar, nah reinvestasi ini akan jadi solusinya. Misalkan saja Anda baru memperoleh profit dari reksadana dan buah hati masih duduk di bangku kelas 1 SD. Daripada menggunakan profit untuk membelikan mainan, alokasikan saja ke instrumen investasi lainnya.

Andai Anda membeli saham dan berinvestasi secara jangka panjang misalkan enam tahun, maka ketika anak sudah lulus SD dan memasuki jenjang SMP, dividen dari investasi saham yang terkumpul bakal bisa digunakan untuk biaya pendidikannya ke sekolah di luar negeri. Jauh lebih menguntungkan daripada Anda gunakan untuk beli mainan enam tahun silam, bukan?

Baca juga: Memahami Value investing, Filosofi Investasi ala Benjamin Graham

2. Tabungan Hari Tua

Seseorang bisa disebut telah mencapai kesejahteraan finansial jika mereka tetap mampu memenuhi kebutuhannya meskipun sudah tidak produktif lagi. Hal ini pula yang akhirnya menjadi ciri khas dari orang kaya tujuh turunan, karena selain sukses finansial di usia muda, mereka sudah memiliki tabungan yang sangat cukup di hari tua.

Untuk bisa mewujudkannya, belajar reinvestasi adalah salah satu pilihannya. Karena ketika Anda melakukan reinvestasi terus-menerus, profit yang Anda kumpulkan hanya lewat aset-aset investasi itu bakal terus berjalan sekalipun Anda sudah tidak bekerja lagi. Jauh lebih untung daripada menggunakan keuntungan investasi untuk beli baju, smartphone atau nongkrong di cafe.

3. Jadi Modal Usaha Cadangan

dana untuk usaha
© corporatevision

Berstatus sebagai karyawan tapi punya keinginan membuka usaha sendiri seperti bisnis grosiran sembako saat sudah pensiun nanti? Dengan belajar reinvestasi maka semua itu bisa terwujud. Karena saat ini Anda masih menjadi karyawan dan punya penghasilan, maka keuntungan investasi seperti obligasi tentu belum digunakan.

Daripada cuma mengendap di tabungan dan memperoleh bunga sangat kecil, gunakan imbal hasil obligasi itu untuk membeli reksadana. Ketika mendapat keuntungan investasi, beli reksadana lagi. Lakukan dalam waktu 10-20 tahun hingga Anda pensiun, nanti profit yang sudah terkumpul selama puluhan tahun tentu berjumlah besar dan sangat cukup jadi modal usaha cadangan.

4. Dana Travelling

Siapapun dari kita tentu sangat senang dengan travelling. Apalagi jika memanfaatkan liburan akhir tahun untuk berlibur ke tempat yang diidam-idamkan, tentu bakal bisa membuat pikiran dan tubuh kembali sehat sehingga siap bekerja lagi. Namun seperti yang Anda tahu, pandemi Covid-19 membuat rencana travelling harus ditunda dalam waktu lama.

Tetapi penundaan travelling ini justru menjadi kabar bagus karena Anda bisa memiliki waktu lebih lama untuk menabung dan mengalokasikannya ke aset investasi. Misalkan saja dividen yang Anda peroleh dari salah satu emiten blue chip seharusnya digunakan untuk solo travelling ke Asia Tenggara di tahun 2021, tapi Anda pilih alihkan ke reinvestasi karena belum bisa liburan.

Anggap saja dividen itu Anda gunakan untuk investasi pada saham dari emiten yang sama pula. Nanti ketika dunia sudah semakin bisa mengendalikan wabah corona beberapa tahun kemudian berbarengan dengan pencairan dividen, sudah bisa dipastikan kalau keuntungan Anda berlipat ganda dan membuat dana travelling makin melimpah.

Baca juga: Keuntungan, Risiko dan Jenis Investasi Jangka Pendek

5. Cerdas Mengelola Keuangan

reinvestasi mapan finansial
© Getty Images

Nah, inilah manfaat terakhir yang bakal diperoleh jika Anda bersedia belajar reinvestasi. Yap, Anda akan menjadi seseorang yang cukup cerdas dalam mengelola keuangan. Ketahuilah, banyak orang bisa memperoleh penghasilan fantastis tapi hanya sedikit yang mampu memanfaatkannnya secara tepat. Di kalangan milenial, konsep ini sering sulit dilakukan karena gaya hidup.

Namun jika Anda sudah terbiasa ’menahan diri’ dengan mengalokasikan keuntungan investasi ke reinvestasi, maka artinya Anda bisa terhindar dari pemborosan. Anda tahu bahwa dana segar yang dibiarkan begitu saja bisa dengan mudah digunakan untuk barang-barang konsumtif tidak berguna. Namun jika dijadikan reinvestasi, justru bakal jauh lebih bermanfaat.

Kesimpulan

Bagaimana? Sangat seru bukan belajar reinvestasi? Lantaran manfaat yang diberikan sangat banyak, tidak heran kalau konsep keuangan yang satu ini menjadi rahasia kenapa banyak orang kaya semakin kaya. Kalau memang Anda ingin mengikuti jejak serupa, komitmen, disiplin dan kesabaran adalah prinsip utama demi masa depan finansial yang lebih baik dan sejahtera.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *